SKK Migas Dorong Penjualan LNG Skala Kecil ke Mal hingga Hotel

1 November 2018 12:13 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Kargo LNG domestik perdana 2018 (Foto: Jamal Ramadhan/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Kargo LNG domestik perdana 2018 (Foto: Jamal Ramadhan/kumparan)
ADVERTISEMENT
Sejak 1977, Indonesia sudah memproduksi gas alam cair atau Liquefied Natural Gas (LNG). Tapi sebagian besar LNG diekspor, hanya sedikit yang sudah dimanfaatkan untuk kebutuhan dalam negeri. Baru belakangan ini porsi LNG untuk dalam negeri diperbesar.
ADVERTISEMENT
Kepala Satuan Kerka Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) Amien Sunaryadi mengatakan, sejak harga minyak dunia naik pada 2005 pemerintah mulai memikirkan pemanfaatan LNG untuk kebutuhan dalam negeri.
Saat ini, sebanyak 60 persen pasokan LNG sudah dialokasikan untuk domestik. Tapi menurut Amien, jumlah ini masih terlalu sedikit, terutama bagi penggunaan gas skala kecil seperti konsumen di perumahan, rumah sakit, mal, dan hotel.
Karena itu, Amien meminta ada sinergi antara para pelaku bisnis gas di hulu, pelaku penyalur gas, dan konsumen bisnis atau pribadi untuk menciptakan lebih banyak rantai bisnis.
“Jadi di sini bukan sharing teknologi tapi create bersama. Kalau saya punya duit, saya datangkan real estate yang rumahnya banyak. Saya bilang kalau saya bangun pipa bangun jaringan di sini, saya ambil dari tank kontainer dari Bontang. Saya jualan gas. Sayangnya saya enggak punya duit. Mudah-mudahan kita bisa create bisnis yang ujung awalnya LNG,” kata dia dalam sambutan Workshop Distribusi LNG Skala Kecil di Gedung SKK Migas, Jakarta, Kamis (1/11).
ADVERTISEMENT
Kata Amien, selama ini, bisnis LNG berkapasitas besar, dengan volume pengiriman yang juga besar. Padahal, bisnis konsumen skala kecil, meski penyaluran tidak banyak pada setiap tempat, tapi potensinya besar.
Amien menghitung, misalnya pada perumahan di Indonesia yang jumlah tak terhitung karena terus bertambah. Juga ada ribuan mal, hotel, dan rumah sakit seluruh Indonesia. Banyaknya fasilitas umum pun menjadi potensi pasar yang besar di bidang penyaluran gas.
“Jadi itu kan bisa bangun jargas di situ. Pipa yang kuning itu, namanya ISO Tank. Jadi kalau kompleks perumahan itu misalnya ada 3 ribu unit, barangkali butuh 3-4 kontainer. Nanti yang standby 2 kontainer untuk salurkan,” jelasnya.
Workshop LNG Skala Kecil di Gedung SKK Migas, Jakarta. (Foto: Ema Fitriyani/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Workshop LNG Skala Kecil di Gedung SKK Migas, Jakarta. (Foto: Ema Fitriyani/kumparan)
Amien menyebut salah satu hotel yang sudah menggunakan LNG untuk bisnisnya adalah Hotel Hilton Bandung. Selain itu, mal di Balikpapan juga sudah memakai LNG.
ADVERTISEMENT
Pertimbangan mereka pakai LNG, kata Amien, karena LNG dianggap lebih murah ketimbang pakai gas LPG yang merupakan barang impor.
“Tapi kan jumlah hotel dan mal yang pakai masih sedikit. Padahal, kalau LNG lebih murah, mereka bisa masuk pakai ini. Dengan begitu, supply chain tersambung. Harga barang-barang juga jadi murah,” kata dia.
Terkait masalah harga, kata Amien itu diatur secara business to business antara pengusaha hulu migas, penyalur, dan konsumen.