Sri Mulyani: Rupiah Menguat karena Sentimen Global Membaik

7 November 2018 19:26 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Menteri Keuangan Sri Mulyani memberikan keterangan usai menjalani pemeriksaan oleh Badan Pengawas Pemilihan Umum. (Foto: ANTARA FOTO/Akbar Nugroho Gumay/)
zoom-in-whitePerbesar
Menteri Keuangan Sri Mulyani memberikan keterangan usai menjalani pemeriksaan oleh Badan Pengawas Pemilihan Umum. (Foto: ANTARA FOTO/Akbar Nugroho Gumay/)
ADVERTISEMENT
Nilai tukar rupiah terhadap dolar AS kembali menguat. Menteri Keuangan Sri Mulyani menilai, hal ini terjadi lantaran dinamika sentimen global yang sedang membaik.
ADVERTISEMENT
"Kita 'kan selalu melihat bahwa dinamika ekonomi global merupakan faktor yang harus kita kelola, kadang-kadang sentimennya membaik," ujar Sri Mulyani di sela-sela forum internasional bertajuk World Conference on Creative Economy (WCEE) di Bali Nusa Dua Convention Center, Rabu (7/11).
Mengutip data perdagangan Reuters, Rabu (7/11), kurs rupiah menguat ke posisi Rp 14.565 per dolar AS, dibandingkan pembukaan pagi tadi di Rp 14.790 per dolar AS.
Selain kurs yang membaik, Sri Mulyani juga menyebutkan, Indonesia merupakan salah satu negara emerging market yang memiliki pertumbuhan ekonomi di atas 5 persen.
"Inflasinya rendah, fiskal defisitnya rendah, sangat progresif, policy-nya sangat progresif, structure policy untuk investasinya juga ambisius," tutur Sri Mulyani.
ADVERTISEMENT
Dia memastikan, pemerintah akan terus berkoordinasi dengan Bank Indonesia (BI) dan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) untuk menjaga stabilitas nilai tukar rupiah terhadap dolar AS. Sehingga, kata dia, dunia global akan melihat bahwa Indonesia memiliki sentimen yang terus bergerak positif.
"Tapi bukan berarti kita mengatakan pas lagi bagus (rupiah), kita ngaku, pas lagi enggak bagus, kita enggak ngaku. Kita akan terus menjaga saja," ungkapnya.
Petugas memperlihatkan pecahan uang dolar dan rupiah di salah satu tempat penukaran mata uang asing/money changer di Jakarta. (Foto: Fanny Kusumawardhani/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Petugas memperlihatkan pecahan uang dolar dan rupiah di salah satu tempat penukaran mata uang asing/money changer di Jakarta. (Foto: Fanny Kusumawardhani/kumparan)
Sri Mulyani mengatakan, fleksibilitas ekonomi itu akan terus dipertahankan, sehingga, sewaktu-waktu terdapat gejolak, perekonomian negara tidak mudah patah. Tingkat fleksibilitas itu dapat diwujudkan dengan fokus pada kebijakan yang diterapkan hingga membangun industri kreatif.
"Karena ekonomi itu 'kan dinamis, dan ini pun akan berlanjut di nanti Desember (rencana kenaikan The Fed), apa yang terjadi di Amerika nanti Pemilu, juga akan memberikan sentimen (untuk Indonesia), apa yang terjadi antara Amerika dengan Republik Rakyat Tiongkok dari sisi perdagangan juga akan memberikan sentimen," tuturnya.
ADVERTISEMENT
"Sama seperti kita naik mobil, kadang-kadang ada badai, ada hujan, kadang-kadang jalan menikung, tapi kita tetap bisa jalan," sambungnya.
Hal senada juga telah disampaikan Gubernur BI Perry Warjiyo. Perry menekankan, pihaknya akan fokus menjaga stabilitas keuangan dan memastikan likuiditas di pasar keuangan cukup.
"Perkembangan nilai tukar rupiah ada tekanan dari global, tapi relatif stabil dalam batas yang normal. Depresiasi rupiah sekitar 10 persen year to date (ytd), lebih rendah dibandingkan India, Brasil, Turki, Rusia," kata Perry.
Tak hanya itu, Otoritas moneter juga memastikan akan terus berkoordinasi dengan pemerintah, OJK, dan Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) untuk melakukan langkah bersama menurunkan defisit transaksi berjalan atau Current Account Deficit (CAD).
ADVERTISEMENT