Sri Mulyani Soal Neraca Dagang Juli Defisit: karena Libur Panjang

15 Agustus 2018 18:53 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Kendaraan membawa peti kemas dengan latar belakang area bongkar muat di Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta, Rabu (15/8/2018). (Foto: ANTARA FOTO/Muhammad Adimaja)
zoom-in-whitePerbesar
Kendaraan membawa peti kemas dengan latar belakang area bongkar muat di Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta, Rabu (15/8/2018). (Foto: ANTARA FOTO/Muhammad Adimaja)
ADVERTISEMENT
Neraca perdagangan Indonesia pada Juli 2018 mengalami defisit USD 2,03 miliar atau sekitar Rp 29,6 triliun (kurs Rp 14.600). Pada periode tersebut, laju impor mencapai USD 18,27 miliar atau lebih tinggi dibandingkan ekspor yang sebesar USD 16,24 miliar.
ADVERTISEMENT
Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati punya alasan mengapa neraca perdagangan Juli 2018 mengalami defisit. Salah satu penyebabnya adalah karena libur panjang saat dan setelah Lebaran. Hal ini mengakibatkan kegiatan impor menumpuk di bulan Juli.
"Karena kemarin ada libur panjang jadi kegiatan impor terutama itu banyak yang dilakukan sebelum Lebaran kemudian libur panjang dan dikompensasi pada bulan Juli," ujar Sri Mulyani saat ditemui di Kantor Kemenko Perekonomian, Jakarta, Rabu (15/8).
Melihat defisit neraca perdagangan yang semakin besar, pemerintah pun tidak tinggal diam. Sri Mulyani mengatakan ada beberapa langkah yang akan dilakukan pemerintah untuk menekan defisit neraca perdagangan. Misalnya dengan memperketat impor seperti membatasi importasi 500 komoditas.
Menteri Keuangan, Sri Mulyani berikan keterangan pers tentang RUU Penerimaan Negara Bukan Pajak di Jakarta, Jumat (27/7). (Foto: ANTARA FOTO/Aprillio Akbar)
zoom-in-whitePerbesar
Menteri Keuangan, Sri Mulyani berikan keterangan pers tentang RUU Penerimaan Negara Bukan Pajak di Jakarta, Jumat (27/7). (Foto: ANTARA FOTO/Aprillio Akbar)
Selain itu, pemerintah juga membatasi impor barang modal yang digunakan untuk kebutuhan infrastruktur. Jadi, impor barang modal yang dinilai tidak berperan memacu pertumbuhan ekonomi akan dibatalkan.
ADVERTISEMENT
"Kita akan lihat dari sisi competitiveness," sebutnya.
Sebagai catatan defisit neraca perdagangan pada Juli merupakan kelima kalinya sepanjang tahun ini. Sementara surplus hanya dua kali terjadi, yakni di Maret sebesar USD 1,09 miliar dan Juni sebesar USD 1,74 miliar atau sekitar Rp 25,05 triliun.
Kepala BPS Suhariyanto mengatakan, defisit neraca perdagangan bulan Juli merupakan yang terdalam setelah Juli 2013 atau lima tahun lalu, yang mengalami defisit hingga USD 2,3 miliar.
"Defisit ini terdalam sejak Juli 2013 yang defisit USD 2,3 miliar. Saya agak sedih kok defisitnya agak dalam," kata Suhariyanto di Gedung BPS, Jakarta, Rabu (15/8).