Sri Mulyani Ungkap 5 Hal yang Bikin Kurs Rupiah Fluktuatif di 2020

13 Juni 2019 17:06 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi Dolar-Rupiah Foto: ANTARA FOTO/Sigid Kurniawan
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi Dolar-Rupiah Foto: ANTARA FOTO/Sigid Kurniawan
ADVERTISEMENT
Nilai tukar atau kurs rupiah pada 2020 masih akan sangat dipengaruhi oleh kondisi perekonomian global, sehingga membuatnya fluktuatif. Pemerintah memproyeksikan nilai tukar rupiah di kisaran Rp 14.000 hingga Rp 15.000 per dolar AS.
ADVERTISEMENT
Angka tersebut lebih rendah dari proyeksi Bank Indonesia, sebesar Rp13.900 hingga Rp14.300 per dolar AS.
Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengungkapkan 3 hal yang dapat membuat rupiah melemah, dan 2 hal lain yang bisa mendorong penguatan nilai tukar mata uang Garuda. Dalam rapat dengan Komisi XI DPR terkait Pembicaraan Pendahuluan RAPBN 2020, mantan Direktur Pelaksana Bank Dunia itu memaparkan 3 hal yang bisa menekan rupiah.
Pertama, berlanjutnya perang dagang yang terus dilakukan Amerika Serikat dan China. Hal ini menimbulkan perkiraan bahwa pertumbuhan ekonomi global akan lebih lambat dari perkiraan sebelumnya.
"Ada risiko berlanjutnya perang dagang, dan dampaknya ke pertumbuhan ekonomi dunia, di tengah pertumbuhan ekonomi global yang masih relatif lemah," kata Sri Mulyani di Gedung DPR, Jakarta, Kamis (13/6).
ADVERTISEMENT
Fenomena kedua, adalah masih tingginya impor, karena Indonesia membutuhkan investasi untuk mengakselerasi pertumbuhan ekonomi.
Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati (tengah) dalam rapat dengan Komisi XI DPR. Foto: ANTARA FOTO/Indrianto Eko Suwarso
Sedangkan sumber tekanan terhadap kurs yang ketiga, yakni stagnasi harga komoditas yang akan mempengaruhi kinerja ekspor Indoneisa. Seperti diketahui, Indonesia masih mengandalkan komoditas seperti batu bara dan minyak sawit mentah untuk ekspor.
"Namun selain depresiasi, di 2020 ada juga faktor yang akan mendorong apresiasi rupiah," lanjutnya.
Hal tersebut yakni pertama, tidak berlanjutnya normalisasi kebijakan moneter The Fed, Bank Sentral AS. Kedua, masuknya arus modal asing seiring membaiknya perekonomian domestik.
Selain asumsi kurs, Menkeu juga mengajukan beberapa asumsi makro kepada Komisi XI DPR untuk menjadi Pembicaraan Pendahuluan RAPBN 2020. Yakni pertumbuhan ekonomi 5,3-5,6 persen, inflasi 2-4 persen (yoy), tingkat bunga Surat Perbendaharaan Negara (SBN) tiga bulan 5 persen - 5,6 persen, nilai tukar rupiah Rp14.000 - Rp15.000 per dolar AS, harga minyak mentah 60-70 dolar AS per barel.
ADVERTISEMENT