Sriwijaya Merapat ke Garuda di Tengah Beratnya Industri Penerbangan

15 November 2018 13:20 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi Maskapai Garuda dan Sriwijaya Air. (Foto: Shutter stock)
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi Maskapai Garuda dan Sriwijaya Air. (Foto: Shutter stock)
ADVERTISEMENT
Kabar mengejutkan datang dari industri penerbangan nasional. Pada 9 November 2018, Sriwijaya Group menandatangani Kerja Sama Operasi (KSO) dengan Garuda Indonesia Group. Nantinya keseluruhan operasional Sriwijaya Group (PT Sriwijaya Air dan PT NAM Air) termasuk finansial, akan berada di bawah pengelolaan dari KSO tersebut. Untuk kerja sama ini, Garuda Indonesia mendelegasikannya kepada anak perusahaannya, PT Citilink Indonesia (Citilink).
ADVERTISEMENT
Bila dirunut, KSO ini bertepatan dengan beratnya bisnis penerbangan tanah air dan dunia di 2018. Industri penerbangan tanah air mengalami masa-masa sulit karena pelemahan mata uang rupiah dan naiknya harga minyak dunia.
Sekretaris Jenderal Asosiasi Maskapai Penerbangan Indonesia (Indonesia National Air Carrier Association/INACA) Tengku Burhanuddin menilai, pelemahan rupiah dan melonjaknya harga avtur sangat memberatkan maskapai penerbangan nasional.
"Tentu sangat berat terhadap operasional maskapai penerbangan nasional," ungkap Tengku kepada kumparan.
CEO Pelindo III, Ari Askhara (Foto: Fitra Andrianto/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
CEO Pelindo III, Ari Askhara (Foto: Fitra Andrianto/kumparan)
Ketua Umum INACA Ari Askhara menambahkan, pelamahan kurs dan naiknya harga minyak dunia sangat memukul maskapai penerbangan baik yang terjadwal (reguler) maupun yang sewa (charter).
"Semuanya terpukul. Sewa atau milik, financial atau operating, itu masalah hanya di rentalnya aja. Tetapi kalau minyak, harganya semua kena. Rata-rata kontribusi 38 persen-40 persen dari struktur biaya," ucapnya.
ADVERTISEMENT
Direktur Utama Sriwijaya Air Chandra Lie mengaku, saat ini perusahaan harus merasakan beban operasional yang lebih berat dengan pelemahan rupiah. Sebab, sebagian besar biaya operasional perseroan menggunakan dolar AS.
"Di antaranya sewa pesawat, perawatan pesawat, spareparts, asuransi pesawat dan lain-lainnya. Bayangkan saja kita jual tiket dapatnya rupiah, bayar harus pakai mata uang asing (dolar AS)," kata Chandra Lie kepada kumparan.
Pelemahan rupiah sangat memukul industri penerbangan karena beban operasional maskapai mayoritas dalam bentuk mata uang dolar Amerika Serikat (AS), sementara pendapatan berdenominasi rupiah. Kenaikan bahan bakar dinilai memberatkan maskapai karena avtur menyumbang sekitar 30-40 persen dari total biaya maskapai.
2 Maskapai Nasional Merugi di 2018
Akibat naiknya harga minyak dunia dan pelemahan rupiah, maskapai nasional melaporkan kerugian sepanjang periode 2018. kumparan mencatat, Garuda Indonesia dan Indonesia AirAsia melaporkan kerugian yang dipublikasikan secara terbuka.
Ilustrasi Air Asia. (Foto: AFP/ADEK BERRY)
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi Air Asia. (Foto: AFP/ADEK BERRY)
ADVERTISEMENT
Mengutip laporan keuangan yang disampaikan perseroan kepada Bursa Efek Indonesia (BEI), Indonesia AirAsia menderita rugi Rp 639,162 miliar di kuartal III 2018. Rugi itu membengkak 45 persen dari periode yang sama tahun sebelumnya Rp 440,497 miliar.
Sementara itu, Garuda Indonesia mencatatkan kerugian sepanjang semester I tahun 2018 sebesar USD 116 juta. Total kerugian tersebut lebih rendah dibandingkan periode yang sama tahun lalu yang mencapai USD 281,92 juta.
Sriwijaya Air Tetap Pertahankan Kepemilikan Saham Setelah KSO
Direktur Utama Sriwijaya Air Chandra Lie menegaskan, dalam kesepakatan KSO tersebut tidak akan mengubah komposisi kepemilikan saham perseroan. Sriwijaya Group tetap mempertahankan kepemilikan saham di Sriwijaya Air dan Nam Air.
"KSO (Kerja Sama Operasi) ini biasa dilakukan. Kepemilikan saham kita tidak berubah, masih dimiliki pemegang saham saat ini 100 persen," ucapnya kepada kumparan, Kamis (15/11).
Chandra Lie, Azwar Anas, dan Arief Yahya (Foto: Ulfa/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Chandra Lie, Azwar Anas, dan Arief Yahya (Foto: Ulfa/kumparan)
Menurut Chandra, langkah KSO ini akan menguntungkan perseroan karena membantu memperbaiki kinerja operasi dan keuangan. Selain itu, citra Sriwijaya akan lebih baik di mata penumpang.
ADVERTISEMENT
"Ini baik untuk mengangkat brand image Sriwijaya Air Group," imbuhnya.
Penandantanganan KSO Garuda Indonesia dan Sriwjaya Group Dilakukan 9 November
Garuda Indonesia Group, melalui anak perusahaannya PT Citilink Indonesia, mengambil langkah strategis dengan mengambil-alih pengelolaan operasional Sriwijaya Air dan NAM Air. Langkah strategis ini direalisasikan dalam bentuk KSO yang dilakukan oleh PT Citilink Indonesia (Citilink) dengan PT Sriwijaya Air dan PT NAM Air. KSO tersebut telah ditandatangani pada tanggal 9 November 2018. Nantinya keseluruhan operasional Sriwijaya Group termasuk finansial akan berada di bawah pengelolaan dari KSO tersebut.
“Kerja sama operasi ini ditujukan untuk membantu Sriwijaya Air Group memperbaiki kinerja operasi dan kinerja keuangan termasuk membantu Sriwijaya Air dalam memenuhi komitmen atau kewajiban mereka terhadap pihak ketiga yang di antaranya ada pada lingkungan Garuda Indonesia Group,” kata Direktur Utama Garuda Indonesia Ari Askhara dalam keterangan tertulisnya.
ADVERTISEMENT
Ari menambahkan, bagi Garuda Indonesia Group, kerja sama joint operation ini, dapat memberikan dampak yang positif, di antaranya Citilink Indonesia dapat mensinergikan dan memperluas segmen market, network, kapasitas dan kapabilitasnya, serta mempercepat restrukturisasi penyelesaian kewajiban Sriwijaya Group pada salah satu anak usaha Garuda Indonesia.
Pesawat Airbus A330-300 Garuda Indonesia mendarat di Bandara Soekarno Hatta. (Foto: REUTERS / Beawiharta)
zoom-in-whitePerbesar
Pesawat Airbus A330-300 Garuda Indonesia mendarat di Bandara Soekarno Hatta. (Foto: REUTERS / Beawiharta)
Langkah ini merupakan langkah strategis sehingga secara langsung membantu sinergi Garuda Indonesia Group dan Sriwijaya Group dalam mengelola pangsa pasar penumpang angkutan udara hingga 51 persen.
“Kami berharap dengan KSO yang akan dikelola oleh Citilink ini dapat membantu pemulihan Sriwijaya Air Group di tengah persaingan industri penerbangan yang semakin kompetitif. Kami yakin Garuda Indonesia Group mempunyai kapabilitas yang sangat baik dalam mengelola bisnis airline," ujar Direktur Utama Sriwijaya Air Chandra Lie.
ADVERTISEMENT
KSO yang dikelola sepenuhnya oleh Citilink ini akan segera melaksanakan tugasnya setelah proses internal di masing masing perusahaan diselesaikan. Kerja sama ini juga dapat ditingkatkan lagi ke level kepemilikan saham Sriwijaya Group yang akan diatur kemudian.