Strategi Jitu Modalku Tekan Rasio Kredit Macet

23 Januari 2019 14:40 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Co-Founder & CEO Modalku Reynold Wijaya (kiri) dan Co-Founder & Chief Operating Officer Modalku Iwan Kurniawan (kanan). (Foto: Elsa Olivia/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Co-Founder & CEO Modalku Reynold Wijaya (kiri) dan Co-Founder & Chief Operating Officer Modalku Iwan Kurniawan (kanan). (Foto: Elsa Olivia/kumparan)
ADVERTISEMENT
Rasio kredit macet atau Non Performing Loan (NPL) perusahaan peer to peer lending (P2P Lending), Modalku, tercatat di bawah 1 persen pada tahun 2018. CEO Modalku Reynold Wijaya mengatakan, pihaknya melakukan sejumlah strategi dalam menekan angka NPL.
ADVERTISEMENT
"Pertama, kami tekan dengan teknologi, yaitu melalui cross check data dengan data-data yang lain peminjam dari media sosialnya," katanya saat ditemui di Plaza Sentral, Jakarta Pusat, Rabu (23/1).
Kedua, dari sisi struktur, produk dirancang agar perputaran uang, baik di peminjam atau pun pemberi pinjaman, jelas. Misalnya, para pelaku UMKM yang meminjam tahu dan jelas siapa yang memberi mereka pinjaman.
"Begitu juga sebaliknya, pemberi pinjaman tahu uangnya dipinjam ke siapa. Kalau biasanya kan lewat perdagangan, siklus bisnisnya juga sudah jelas data historinya," tambahnya.
Co-Founder & CEO Modalku Reynold Wijaya (kiri) dan Co-Founder & Chief Operating Officer Modalku Iwan Kurniawan (kanan). (Foto: Elsa Olivia/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Co-Founder & CEO Modalku Reynold Wijaya (kiri) dan Co-Founder & Chief Operating Officer Modalku Iwan Kurniawan (kanan). (Foto: Elsa Olivia/kumparan)
Terakhir, untuk menekan angka NPL hingga 0,9 persen di Asia Tenggara, Modalku menerapkan tenor pinjaman yang pendek. Menurut Reynold, tenor pinjaman yang lebih pendek, bisa mengantisipasi ketidakmampuan peminjam bayar.
ADVERTISEMENT
"Eksposure kita kepada siklus ekonomi lebih rendah, jadi sesusah-susashnya usaha jatuh kan bisa dilihat dalam 3 bulan minimal," tuturnya.
Modalku mencatat rasio NPL di Asia Tenggara 0,9 persen dan di Indonesia 0,7 persen. Jumlah NPL ini disumbang dari para pelaku usaha yang terlambat membayar cicilan di jangka panjang, yakni berkisar 1-2 tahun.
"Itu biasanya juga karena usahanya sedang jatuh banget, tapi enggak terlalu banyak," pungkasnya.