Sudah Perang Dagang, AS Justru Catat Defisit Terburuk dalam 10 Tahun

7 Desember 2018 9:47 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi produksi kedelai. (Foto: Reuters/Ueslei Marcelino)
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi produksi kedelai. (Foto: Reuters/Ueslei Marcelino)
ADVERTISEMENT
Amerika Serikat (AS) pada Oktober lalu mencatatkan defisit perdagangan USD 55,5 miliar, sehingga menjadi defisit terburuk dalam 10 tahun terakhir. Padahal saat Presiden Donald Trump mengobarkan perang dagang, dengan mengenakan tarif impor tinggi mulai awal tahun ini, tekadnya adalah menurunkan defisit tersebut.
ADVERTISEMENT
Departemen Perdagangan AS mengungkapkan, angka defisit itu naik 1,7 persen dari September 2018 yang sebesar USD 54,6 miliar (sebelumnya dinyatakan USD 54,0 miliar). Selain jadi yang terburuk sejak Oktober 2018, defisit ini juga terus melebar dalam lima bulan terakhir.
Dikutip dari Reuters, pemicu lonjakan defisit ini adalah anjloknya ekspor kedelai. Pada sisi lain, impor barang konsumsi naik ke rekor tertinggi.
“Ini menunjukkan langkah-langkah pengenaan tarif impor oleh pemerintah Trump tidak efektif,” tulis Reuters, Jumat (7/12).
Defisit perdagangan barang-barang yang sensitif secara politik dengan China, bahkan melonjak 7,1 persen ke posisi USD 43,1 miliar pada bulan Oktober. Padahal China paling sengit diperangi dengan kebijakan perang dagang ini.
Washington telah memberlakukan tarif impor senilai USD 250 miliar atas produk-produk dari China. Hal ini untuk menekan China, agar meningkatkan impor produk AS dan lebih fair dalam perdagangan di antara kedua negara.
Presiden Amerika Serikat Donald Trump. (Foto: Reuters/Thomas Peter)
zoom-in-whitePerbesar
Presiden Amerika Serikat Donald Trump. (Foto: Reuters/Thomas Peter)
Bukannya menyerah, China justru memberlakukan balasan dengan menaikkan tarif impor produk AS, termasuk kedelai. Selama ini, China merupakan tujuan ekspor kedelai AS paling besar.
ADVERTISEMENT
Pada hari terakhir KTT G20, Sabtu (1/12), Presiden Trump dan Presiden China Xi Jinping telah sepakat untuk gencatatan senjata, mengakhiri perang dagang meski hanya untuk 90 hari. Keduanya menunda pemberlakuan tarif impor yang lebih besar lagi.
Tapi jalan damai itu diragukan akan efektif, setelah AS meminta aparat keamanan Kanada menangkap bos Huawei, untuk kemudian mengekstradisinya ke Negara Paman Sam itu.
"Kami skeptis terhadap kesepakatan (perdamaian) perdagangan yang substansial," kata Ekonom di Oxford Economics, Jake McRobie.