Sukamdani Sahid Gitosardjono dan 'Pantulan Islam dari Gunung Menyan'

21 Desember 2017 11:34 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Sukamdani Sahid. (Foto: Youtube/Madrasah Aliyah Sahid)
zoom-in-whitePerbesar
Sukamdani Sahid. (Foto: Youtube/Madrasah Aliyah Sahid)
ADVERTISEMENT
Sukamdani Sahid Gitosardjono adalah salah satu pengusaha nasional yang sukses bertahan dari berbagai gempuran di dunia bisnis. Entitas bisnisnya menggurita di bawah Sahid Group. Tak cuma jago berbisnis, Sukamdani juga memberi perhatian pada dunia spiritual.
ADVERTISEMENT
Saat merayakan ulang tahun perkawinannya dengan Juliah yang ke-60 pada 27 Mei 2013, Sukamdani meluncurkan dua buku yang bernuansa Islam.
Buku pertama berjudul "Wirausaha Berbasis Islam dan Kebudayaan". Buku kedua berjudul "Pantulan Islam dari Gunung Menyan". Kedua buku itu membahas kaitan nilai-nilai Islam dengan kewirausahaan.
"Kedua buku ini bisa dibaca baik muslim maupun nonmuslim. Perasaan iri akan kesuksesan yang lainnya bisa menjadi pemacu semangat guna berkompetisi secara sehat untuk kemajuan bangsa," ujar Sukamdani saat memberikan sambutan pada acara ulang tahun perkawinannya seperti dikutip dari Bisnis Indonesia edisi Mei 2013.
Buku karya Sukamdani Sahid Gitosardjono (Foto: dok bukukita.com)
zoom-in-whitePerbesar
Buku karya Sukamdani Sahid Gitosardjono (Foto: dok bukukita.com)
Empat hal yang menjadi pokok pikiran dalam buku pertama adalah Islam Sumber Kebajikan dan Kemakmuran Umat, Budaya Sumber Kearifan dan Keunggulan Bangsa, Pertautan Islam dan Budaya dalam Pembentukan Jiwa Kewirausahaan, serta Tantangan dan Harapan.
ADVERTISEMENT
Khusus untuk buku kedua, Sukamdani menginginkan daerah terpencil seperti Gunung Menyan -- daerah di Bogor yang ditempuh nyaris 3 jam dengan mobil dari Jakarta -- bisa menjadi pusat pendidikan Islam internasional dan dioptimalkan sebagai kawasan wisata hijau. Kombinasi keduanya bisa menawarkan wisata rohani.
Dia berharap cahaya Islam yang dituliskan dalam bahasa Indonesia, Inggris, dan Mandarin bisa 'terpantul' ke seluruh dunia. Agama tidak hanya sebagai mitos, tetapi harus bisa jadi etos.
"Etos kerja keras, berprestasi, dan keilmuan, supaya bisa menambah iptek. Jadi tidak hanya pandai berdoa, tetapi juga bekerja karena keduanya penting," ujar pemilik Hotel Grand Sahid Hotel ini.
Buku "Pantulan Islam dari Gunung Menyan" saat ini bisa didapat secara online, dengan harga Rp 75 hingga 90 ribu.
ADVERTISEMENT
Pesantren Sahid di Gunung Menyan
Buku “Pantulan Islam dari Gunung Menyan” tentu tak terlepas dari Pondok Pesantren Modern Sahid di kawasan Gunung Menyan, Pamijahan, Bogor, seluas 72 hektar yang asri.
Gunung Menyan sendiri merupakan bukit di kaki Gunung Salak, yang tingginya 450 meter dari permukaan laut, yang berudara 20 hingga 27 derajat celsius. Daerah ini dinamai Menyan karena syahdan dulu banyak ditemukan tumbuhan kemenyan di sini.
Pondok Pesantren Modern Sahid didirikan oleh Sukamdani — pejuang Kemerdekaan RI yang kemudian menjadi pengusaha nasional, politisi, dan pendidik — pada tahun 2000 bersama sang istri, Hajjah Juliah Sukamdani.
ADVERTISEMENT
“Beliau berdua bercita-cita agar pesantren ini menjadi Pusat Pendidikan Islam Internasional mulai dari tingkat Raudhatul Athfal (TK Islam) sampai Perguruan Tinggi Islam (S-1, S-2, S-3) untuk menyiapkan generasi yang unggul, berbudaya, Islami dalam rangka merealisasi ajaran Islam yang rahmatan lil’alamin,” tulis Pondok Pesantren Modern Sahid dalam websitenya.
Rute Jakarta ke Gunung Menyan di Bogor (Foto: Google Maps)
zoom-in-whitePerbesar
Rute Jakarta ke Gunung Menyan di Bogor (Foto: Google Maps)
Alasan Sukamdani Membangun Pesantren
Ada tiga latar belakang utama yang mendorong Sukamdani dan Juliah mendirikan Pondok Pesantren Modern Sahid.
Pertama, wasiat orang tua.
Ayah Sukamdani bernama KH Raden Sahid Djogosentono. Nama yang sama dengan nama kecil Sunan Kalijaga (Raden Sahid) tersebut tersirat harapan agar keluarga dan keturunannya menjadi penerus dakwah Sunan Kalijaga. Semangat ini memotivasi Sukamdani untuk selalu melaksanakan dan menfasilitasi kegiatan dakwah, baik di dalam lingkungan usaha Sahid Group maupun dalam masyarakat luas. 
ADVERTISEMENT
Kedua, niat Juliah Sukamdani mendirikan madrasah.
Pada tahun 1997, Hajjah Juliah Sukamdani berkeinginan membangun sebuah madrasah di Jakarta yang unggul dan dapat bersaing dengan sekolah-sekolah umum. Niat tersebut didukung oleh suaminya. Sukamdani malah menyarankan agar tidak hanya mendirikan madrasah tetapi membangun pondok pesantren modern yang terdiri dari madrasah, mulai tingkat TK sampai perguruan tinggi.
Ketiga, keprihatinan terhadap kemerosotan moral bangsa.
Sebagai pejuang kemerdekaan dan pembangunan bangsa, Sukamdani merasa prihatin melihat kemerosotan moral bangsa khususnya yang tampak pada saat peristiwa lengsernya presiden Soeharto bulan Mei 1998.
Pada saat itu, rakyat melakukan penjarahan di mana-mana sehingga banyak pengusaha bingung menyelamatkan harta mereka. Dalam suasana seperti itu Sukamdani berkata: “Saya tidak bingung, karena saya tahu di mana menyimpan harta yang aman, yaitu di pesantren (membangun pesantren)”.
ADVERTISEMENT
Sukamdani berkeyakinan, membangun pesantren berarti berinvestasi akhirat yang pahalanya dapat dinikmati selama-lamanya. Di samping itu, membangun pesantren juga ikut menyelesaiaan kemerosotan moral anak bangsa melalui pendidikan Islam.
Pondok Pesantren Modern Sahid di Gunung Menyan (Foto: Youtube Pondok Pesantren Modern Sahid)
zoom-in-whitePerbesar
Pondok Pesantren Modern Sahid di Gunung Menyan (Foto: Youtube Pondok Pesantren Modern Sahid)
Mengenal Pontren Modern Sahid
Pengasuh Pondok Pesantren Modern Sahid menyebut pesantren ini memiliki fasilitas yang lengkap, SDM yang mukhlish dan profesional, serta sistem manajemen modern yang efektif.
“Pada tanggal 27 Mei 2006, pesantren ini diwakafkan dengan nadzir Yayasan Wakaf Sahid Husnul Khatimah,” demikian yang tertulis dalam website.
Pesantren modern ini menerapkan sistem pendidikan terpadu, yaitu mengintegrasikan tiga pusat pendidikan, yaitu keluarga, sekolah, dan lingkungan.
ADVERTISEMENT
Rinciannya, dalam hal pendidikan keluarga, pendidikan dilaksanakan di asrama meliputi pendidikan rohani, akhlak, dan jasmani. Kedua, pendidikan sekolah meliputi pendidikan intelektual, keterampilan, seni budaya.
Ketiga, pendidikan lingkungan diciptakan melalui masjid sebagai pusat kegiatan sehingga semua kegiatan dikomando dengan azan dan dijiwai salat lima waktu.
“Dengan demikian, santri mendapatkan pendidikan selama 24 jam setiap hari dalam suasana yang Islami,” tutur pengelola pesantren.
Sukamdani telah kembali ke haribaan Allah SWT di usia 89 tahun, Kamis (21/12). Gunung Menyan akan menjadi tempat peristirahatan terakhir Sukamdani. Gunung Menyan juga akan menjadi saksi cahaya Islam yang memantul ke seluruh dunia.