Suku Bunga Acuan BI Diperkirakan Tetap 6 Persen
ADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT
Ekonom PT Bank Permata Tbk, Josua Pardede, memproyeksi BI akan tetap mempertahankan suku bunga acuan di level 6 persen. Pertimbangannya karena nilai tukar rupiah terhadap dolar AS yang cenderung stabil dan terjaganya laju inflasi.
Menurut dia, stabilitas nilai tukar rupiah ditopang ekspektasi kebijakan bank sentral AS yang melunak sehingga mempertimbangkan tren penurunan beberapa data ekonomi, seperti pertumbuhan penjualan ritel dan laju produksi industri yang melambat.
"Dari perspektif domestik, stance kebijakan moneter BI yang masih tight bisa ditujukan untuk memastikan defisit transaksi berjalan mengecil ke arah 2,5 persen terhadap produk domestik bruto (PDB) pada tahun ini," ujar Josua kepada kumparan, Kamis (21/2).
Senior Vice President (SVP) Chief Economist PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk (BNI) Ryan Kiryanto juga memiliki prediksi yang sama. Namun menurutnya, BI bisa menurunkan suku bunga acuan jika melihat data inflasi yang melandai.
ADVERTISEMENT
"Sebenarnya BI punya dua pilihan, menahan di level 6 persen atau menurunkan 25 bps menjadi 5,75 persen. Pilihan paling rasional dan strategis saat ini BI tetap menahan BI 7DRR di level 6 persen untuk prioritaskan stabilitas ketimbang pertumbuhan," katanya.
Sementara itu, Direktur Riset Center of Reform on Economics (Core) Indonesia Piter Abdullah menuturkan, BI akan tetap mempertahankan suku bunga acuan. Tak ada faktor yang cukup dominan untuk mendorong BI menaikkan atau menurunkan bunga acuan.
"Saya perkirakan bulan ini suku bunga BI tetap, tidak ada faktor-faktor yang cukup dominan untuk mendorong BI menaikkan atau menurunkan suku bunga," jelasnya.
Selama Januari 2019, BI mempertahankan suku bunga 6 persen. Gubernur BI Perry Warjiyo mengatakan keputusan tersebut diambil untuk menurunkan defisit transaksi berjalan atau Current Account Deficit (CAD) ke dalam batas yang aman dan mempertahankan daya tarik aset keuangan domestik.
ADVERTISEMENT
"BI menempuh operasi moneter untuk menjaga kecukupan likuiditas di pasar rupiah dan valas dan mendukung stabilitas moneter dan sistem keuangan," katanya.