news-card-video
Jakarta
imsak
subuh
terbit
dzuhur
ashar
maghrib
isya

Suku Bunga BI Diperkirakan Tetap 6 Persen di Maret 2019

21 Maret 2019 8:51 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Logo Bank Indonesia. Foto: REUTERS / Iqro Rinaldi
zoom-in-whitePerbesar
Logo Bank Indonesia. Foto: REUTERS / Iqro Rinaldi
ADVERTISEMENT
Bank Indonesia (BI) hari ini akan mengumumkan hasil Rapat Dewan Gubernur (RDG) Maret 2019, salah satunya terkait suku bunga acuan atau BI 7 Day Repo Rate. Sejumlah ekonom pun telah memberikan proyeksi terkait suku bunga acuan.
ADVERTISEMENT
Kepala Ekonom PT Bank Negara Indonesia Tbk (BNI) Ryan Kiryanto memproyeksi bank sentral akan mempertahankan suku bunga di level 6 persen. Hal ini karena adanya pertimbangan faktor global dan domestik, di antaranya kebijakan suku bunga Bank Sentral AS atau Fed Fund Rate (FFR) yang semakin longgar hingga penguatan kondisi ekonomi Indonesia.
"Saya kira RDG BI besok masih akan tetap mempertahankan suku bunga acuan atau BI7DRRR di level 6 persen," ujar Ryan kepada kumparan, Kamis (21/3).
Menurut dia, indikasi perlambatan ekonomi AS dan inflasi AS yang di bawah target membuat The Fed lebih melunak alias dovish untuk kebijakan moneter. Ryan melihat, kenaikan FFR hanya akan sekali di akhir tahun ini.
ADVERTISEMENT
"Pilihan The Fed ada dua, antara menahan FFR di level saat ini yg 2,25-2,5 persen hingga akhir tahun 2019 atau menaikkan FFR hanya sekali sebesar 25 bps menjadi 2,5-2,75 persen hingga akhir tahun 2019," katanya.
Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo saat konferensi pers bersama anggota Dewan Gubernur BI, Kamis (21/2). Foto: Jamal Ramadhan/kumparan
Selama 2018 hingga saat ini, BI telah menaikkan suku bunga acuan 175 basis poin (bps) ke level 6 persen. Ryan menilai, keputusan BI untuk mempertahankan bunga acuan sejalan dengan arah kebijakan bank sentral untuk menjaga stabilitas pertumbuhan ekonomi.
"Dari faktor internal, BI dan pemerintah memiliki stance yang sama, yakni stability over growth, sehingga pilihan paling rasional dan taktis adalah RDG BI tetap menahan BI7DRRR di level 6 persen," katanya.
"Level bunga acuan yg 6 persen saat ini sesungguhnya sudah priced in atau factored in dimana level 6 persen, ini sudah mempertimbangkan peluang FFR naik 25-50 bps di tahun 2019 ini," Ryan melanjutkan.
ADVERTISEMENT
Ekonom PT Bank Maybank Indonesia Tbk Myrdal Gunarto juga memproyeksi suku bunga acuan BI akan tetap di level 6 persen. Perkiraan ini dengan asumsi The Fed yang belum mengubah arah kebijakan moneternya atau tetap dovish.
"Masih dipertahankan 6 persen," kata Myrdal.
Menurut dia, selain mempertahankan suku bunga acuan, BI juga mestinya masih mempertimbangkan kondisi defisit neraca transaksi berjalan alias current account deficit (CAD).
Adapun kebijakan BI menaikkan suku bunga secara agresif tahun lalu salah satunya ditujukan untuk memperbaiki CAD yang mencapai 2,98 persen terhadap produk domestik bruto (PDB) di 2018. Tahun ini, BI menyasar defisit turun menjadi 2,5 persen terhadap PDB.
"Indonesia juga masih butuh inflow untuk mendorong masuk likuiditas. Faktor-faktor ini membuat peluang untuk menurunkan suku bunga menjadi berat meskipun kondisi inflasi rendah maupun nilai tukar relatif stabil saat ini," jelasnya.
ADVERTISEMENT
Kepala Penelitian Makroekonomi dan Finansial LPEM Universitas Indonesia (UI) Febrio Kacaribu pun memproyeksi suku bunga acuan BI akan tetap 6 persen. Menurutnya, BI sebaiknya menahan suku bunga sampai perbaikan defisit transaksi berjalan mulai terlihat menjanjikan.
"BI masih perlu mempertahankan suku bunga acuannya di bulan ini," kata Febrio.
Sikap dovish moneter The Fed juga diperkirakan akan terus berlanjut di bulan ini, konsisten dengan pengetatan pasar tenaga kerja AS dan ruang fiskal AS yang terbatas. Hal ini dinilai memberikan ruang bagi bank sentral pasar negara berkembang untuk bernapas termasuk, BI.
"Jika aliran masuk modal portofolio terus berlangsung dengan kuat dan BI
diproyeksikan dapat mengumpulkan cadangan devisa yang memadai, kami memandang bahwa BI harusnya memiliki ruang untuk menurunkan suku bunga kebijakannya sebanyak 50 bps nanti di tahun ini. Akan tetapi masih lebih tepat bagi BI saat ini untuk menunggu dan melihat perkembangan pasar sampai bulan depan," tambahnya.
ADVERTISEMENT