Surat Utang RI Diyakini Makin Banyak Peminat karena Imbal Hasil Turun
ADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT
Kepala Badan Kebijakan Fiskal (BKF) Kemenkeu Suahasil Nazara mengatakan rata-rata yield SPN tiga bulan tersebut sudah mengalami penurunan sejak 2016 yang mencapai 6-7 persen. Hal ini mengartikan, instrumen fiskal pemerintah mulai diminati oleh para investor.
"SPN tiga bulan rata-rata sampai Agustus 4,7 persen, jadi sejak 2016 sesungguhnya sudah mengalami penurunan," ujar Suahasil di Ruang Banggar DPR RI, Senayan, Jakarta, Selasa (18/9).
Dia melanjutkan, bahkan ketika Bank Sentral AS, Federal Reserve, menaikkan suku bunga acuannya, rata-rata imbal hasil SPN juga masih sekitar 4,7 persen.
Adapun hingga akhir tahun ini, Suahasil memproyeksikan imbal hasil sebesar 5,0 persen, masih sesuai dalam target dalam APBN 2018 yang sebesar 5,2 persen. Sementara di tahun depan sebesar 5,3 persen.
"Rata-rata 2018 ini 5,0 persen. Mungkin karena kami masih estimasi tahun depan masih ada kenaikan Fed Fund Rate dan akan ditransmisikan ke suku bunga domestik, tahun depan 5,3 persen kami lihat," tambahnya.
ADVERTISEMENT
Pada lelang Surat Berharga Negara (SBN) terkahir pada Rabu (16/9), pemerintah berhasil meraih Rp 16,21 triliun dari total penawaran yang masuk sebesar Rp 36,88 triliun. Angka tersebut melebihi target indikatif sebesar Rp 10 triliun.
Dari tujuh seri yang dilelang, seri SPN03181213 mendapat penawaran yang tertinggi, dengan nilai Rp 12,2 triliun, sementara nominal yang dimenangkan sebesar Rp 3 triliun. Seri yang jatuh tempo pada 13 Desember 2018 tersebut memiliki imbal hasil atau yield rata-rata tertimbang yang dimenangkan sebesar 5,57 persen.
Adapun hingga akhir Juli 2018, total utang pemerintah yang berasal dari SBN mencapai Rp 3.467,52 triliun atau 81,35 persen dari total utang pemerintah pusat, terdiri dari SBN berdenominasi rupiah sebesar Rp 2.674,52 triliun atau 62,89 persen dan berdenominasi valas sebesar Rp 793,01 triliun atau 18,65 persen dari total SBN.
ADVERTISEMENT