Survei HSBC: Mayoritas Orang Indonesia Belum Siap Hadapi Pensiun

12 Februari 2019 14:18 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Acara HSBC Future of Retirement tentang dana pensiun di Jakarta, Selasa (12/2). Foto: Nurul Nur Azizah/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Acara HSBC Future of Retirement tentang dana pensiun di Jakarta, Selasa (12/2). Foto: Nurul Nur Azizah/kumparan
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Masa pensiun memang menjadi hal yang tak bisa terelakkan bagi tiap orang. Namun, kesadaran untuk mempersiapkan dana pensiun pun ternyata masih rendah di kalangan masyarakat Indonesia.
ADVERTISEMENT
Survei HSBC Future of Retirement Bridging The Gap pada 1.050 orang di berbagai wilayah di Indonesia menemukan, hanya 30 persen orang yang sadar dan tergerak untuk mempersiapkan dana pensiun. Sementara 70 persen sisanya belum mempersiapkan.
Kendati demikian, mayoritas responden dari survei itu sebetulnya merasa khawatir secara finansial saat nanti menjalani masa pensiun. Sebanyak 86 persen khawatir apakah akan hidup dengan nyaman, 83 persen khawatir akan meningkatnya kebutuhan biaya kesehatan, dan 77 persen khawatir kehabisan dana pensiun.
Acara HSBC Future of Retirement tentang dana pensiun di Jakarta, Selasa (12/2). Foto: Nurul Nur Azizah/kumparan
“Masa pensiun merupakan saat seseorang idealnya menikmati masa istirahat bersama keluarga setelah bertahun-tahun bekerja. Namun hal ini harus direncanakan dengan matang sedari dini. Sayangnya kesadaran ini biasanya timbul saat kita sudah mendekati masa pensiun,” kata Head of Wealth Management PT Bank HSBC Indonesia Steven Suryana di On Three Kafe, Jakarta, Selasa (12/2).
ADVERTISEMENT
Steven melanjutkan, mayoritas responden yang disurvei juga masih memiliki pola pikir untuk melanjutkan bekerja ketika masa pensiun kelak. Yaitu 2/3 responden usia kerja menyatakan akan Ianjut bekerja setelah pensiun, seperti 54 persen memulai berwirausaha sedangkan sebanyak 29 persen memilih untuk mengandalkan kebutuhan sehari-hari dari hasil tabungan, kembali mencari pekerjaan sebanyak 25 persen, serta membangun kos-kosan atau menyewakan rumah sebanyak 19 persen.
Sementara itu, kata Steven, inflasi terhadap harga kebutuhan ke depan bakal kian meningkat. Maka, menurutnya, seseorang yang hanya mengandalkan dana simpanan atau pekerjaan ketika pensiun menjelang, bakal kesulitan menjaga stabilitas keuangan.
Ilustrasi Bank HSBC Foto: REUTERS/Murad Sezer
“Yang juga mengkhawatirkan adalah lebih dari 3/4 responden usia kerja mengharapkan anaknya akan membantu mereka di masa pensiun, sedangkan kenyataannya saat ini hanya kurang dari 1/3 responden usia pensiun menerima bantuan dari anaknya,” lanjut Steven.
ADVERTISEMENT
Steven menjelaskan pentingnya untuk memvisualisasikan masa pensiun kelak sedari sekarang. Di antaranya, memiliki visi masa pensiun yang jelas, memilih mitra keuangan yang tepat, persiapan pensiun yang efektif, hingga menggunakan beragam instrumen yang sesuai dengan profil risiko yang dimiliki.
“Kesadaran akan kebutuhan realistis di hari tua dapat memulai percakapan yang penting untuk perencanaan pensiun. Yang pasti, semakin dini kita mempersiapkan diri, semakin bisa kita mewujudkan mimpi menjadi crazy rich retiree di Indonesia,” pungkasnya.