Survei PwC: Banyak Perusahaan Tak Siap Hadapi Serangan Siber

27 November 2018 11:55 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi Internet. (Foto: fancycrave1 via Pixabay)
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi Internet. (Foto: fancycrave1 via Pixabay)
ADVERTISEMENT
Adopsi Internet of Things (IoT) dalam revolusi industri 4.0, merambah semua sektor bisnis dan menjadi tren global. Tapi hal tersebut tak diiringi kesiapan untuk menghadapi serangan siber, justru ketika dunia usaha banyak memanfaatkan layanan digital.
ADVERTISEMENT
Kesimpulan itu terungkap dari Survei Digital Trust Insights PwC tahun 2018 ini yang baru saja dirilis.
“Survei ini mendapati bahwa perusahaan-perusahaan dari segala ukuran sama-sama tidak siap, baik dalam menghadapi ancaman-ancaman ini maupun melindungi dirinya sendiri dan para pelanggannya,” demikian dinyatakan dalam laporan tertulis yang diterima kumparan, Selasa (27/11).
Menurut laporan tersebut, survei tahun ini menyajikan pandangan dari 3.000 pemimpin usaha di 81 wilayah dan dari berbagai sektor industri.
Risk Assurance Leader dari PwC Indonesia, Subianto mengungkapkan, hanya 20 persen responden di Asia Pasifik yang cukup nyaman dengan kondisi di mana perusahaan menyampaikan laporan yang memadai kepada direksi, tentang metrik-metrik manajemen risiko siber dan privasi.
Selain itu, hasil temuan di Asia Pasifik mendapati bahwa hanya 39 persen responden berencana berinvestasi untuk keamanan IoT dalam 12 bulan ke depan, dan ini termasuk Indonesia. “Oleh sebab itu, penting agar perusahaan-perusahaan di Indonesia mulai membangun kepercayaan digital agar dapat bertahan di masa depan,” katanya.
ADVERTISEMENT
Temuan-temuan penting lainnya dari laporan tersebut antara lain:
Ilustrasi Hacker (Foto: Thinkstock)
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi Hacker (Foto: Thinkstock)
● Hanya 53 persen perusahaan mempraktikkan manajemen risiko yang proaktif sepenuhnya sejak awal, dalam proses transformasi digitalnya.
● Hanya sebagian kecil perusahaan (23 persen), bahkan pada perusahaan dengan tingkat valuasi di atas USD 100 juta, mengaku berencana untuk menyelaraskan upaya-upaya kewaspadaan keamanan dengan tujuan-tujuan bisnisnya.
● Hanya 27 persen pejabat eksekutif yang yakin bahwa direksinya mendapatkan metrik-metrik yang mencukupi terkait manajemen risiko siber dan privasi.
● Secara global, kurang dari separuh perusahaan dengan valuasi di atas USD 100 juta di sektor-sektor utama yang menyatakan telah sepenuhnya siap mematuhi General Data Protection Regulation, yang mulai berlaku pada bulan Mei 2018.
● Walaupun 81 persen pejabat eksekutif menganggap Internet of Things (IoT) penting bagi bisnisnya, namun hanya 39 persen di antaranya sangat yakin bahwa kendali “kepercayaan digital” disertakan di dalam pemanfaatan IoT.
ADVERTISEMENT
Laporan ini juga mendapati, sektor-sektor industri yang mempraktikkan manajemen risiko yang proaktif sejak awal, dari yang prosentasenya tertinggi ke yang terendah adalah: jasa keuangan (63 persen), telekomunikasi, media, dan teknologi (58 persen), jasa kesehatan (57 persen), pasar konsumer (51 persen), produk industri (50 persen), dan pertambangan energi (48 persen).