news-card-video
Jakarta
imsak
subuh
terbit
dzuhur
ashar
maghrib
isya

Survei PwC: Laporan Kejahatan Ekonomi Global Capai Rekor Tertinggi

22 Februari 2018 23:48 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi Kejahatan di Dunia Maya (Foto: Thinkstock)
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi Kejahatan di Dunia Maya (Foto: Thinkstock)
ADVERTISEMENT
Lembaga auditor dan konsultan PwC melaporkan hasil survei global tentang Kejahatan Ekonomi dan Tindak Penipuan di dunia usaha (Global Economic and Fraud Survey) 2018.
ADVERTISEMENT
Berdasarkan hasil survei yang dilakukan lembaga dengan jaringan di 158 negara tersebut, tingkat laporan kejahatan ekonomi ke angka tertinggi dalam survei dua-tahunan PwC tentang kejahatan di dunia usaha.
Survei global ini mengkaji tanggapan lebih dari 7.200 responden dari 123 negara. Secara keseluruhan, 49% responden mengatakan perusahaannya menderita kerugian akibat tindak penipuan dalam dua tahun terakhir, meningkat dari 36% perusahaan di tahun 2016.
Berdasarkan wilayah, Afrika (naik menjadi 62% dari 57%), Amerika Utara (naik menjadi 54% dari 37%) dan Amerika Latin (naik menjadi 53% dari 28%) melaporkan tingkat kejahatan ekonomi tertinggi.
"Penyalahgunaan aset (45%) masih memimpin sebagai kejahatan ekonomi yang paling banyak dialami perusahaan-perusahaan dalam 24 bulan terakhir, disusul ketat oleh kejahatan siber (31%), penipuan konsumen (29%), dan perbuatan salah di bidang usaha (28%)," demikian siaran pers dari PwC, Kamis (22/2).
ADVERTISEMENT
Survei tahun ini mengungkap adanya kenaikan yang signifikan (+6% menjadi 52%) dalam jumlah kejahatan ekonomi yang dilakukan pihak internal. Terdapat juga kenaikan dalam persentase kejahatan yang disebabkan oleh manajemen senior (dari 16% di tahun 2016 menjadi 24% di tahun 2018).
Namun berdasarkan wilayah, hasil survei cukup bervariasi. Di Australia (64%), Inggris (55%), Kanada (58%); Argentina (44%), dan Amerika Serikat (48%). Kejahatan yang paling banyak dilaporkan adalah kejahatan yang dilakukan pihak eksternal.
Hasil survei yang diperoleh menggarisbawahi adanya tingkat kesadaran dan pemahaman yang tinggi tentang jenis-jenis tindak penipuan, para pelakunya, peran teknologi, dan potensi dampak penipuan serta kerugian terhadap usaha.
Global Forensics Leader PwC, Kristin Rivera, mengatakan pihaknya tidak bisa menyimpulkan semakin tinggi tingkat kejahatan yang dilaporkan, maka semakin tinggi pula tingkat kejahatan yang benar-benar dilakukan.
ADVERTISEMENT
Yang ditunjukkan oleh survei, kata dia, adalah terdapat tingkat pemahaman yang jauh lebih tinggi tentang apakah yang dimaksud dengan tindak penipuan dan di mana tindak penipuan itu terjadi.
"Kecenderungan ini terutama benar dalam hal kejahatan siber, di mana ada pemahaman yang lebih mendalam tentang isu-isu, penyelidikan, analisis, dan investasi yang lebih besar dalam upaya-upaya pengendalian dan pencegahan," katanya.
Menurut Kristin, meningkatnya kesadaran tentang penipuan dan kejahatan ekonomi, investasi untuk memeranginya pun semakin besar. Dalam dua tahun ke depan, 51% perusahaan akan mempertahankan besaran investasinya untuk memerangi kejahatan ekonomi, sedangkan 44% perusahaan akan menambah investasinya.
Hampir dua per tiga (64%) responden, kata dia, menyatakan kerugian akibat tindak penipuan yang paling merusak yang pernah mereka alami dapat mencapai hingga USD 1 juta; sementara 16% perusahaan menyatakan USD 1 juta hingga USD 50 juta.
ADVERTISEMENT
"Sebanyak 42% (+3%) responden menunjukkan bahwa perusahaannya meningkatkan komitmen keuangannya untuk melawan kejahatan ekonomi selama dua tahun terakhir," katanya.