Tahun Depan, Garuda Indonesia Butuh Pinjaman Modal USD 200 Juta

8 Desember 2017 18:55 WIB
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
CEO PT Garuda Indonesia Pahala N Mansury. (Foto: Reuters/Beawiharta)
zoom-in-whitePerbesar
CEO PT Garuda Indonesia Pahala N Mansury. (Foto: Reuters/Beawiharta)
ADVERTISEMENT
Perseroan Terbatas Garuda Indonesia membutuhkan pinjaman untuk menambah belanja modal tahun depan sebesar USD 200 juta. Direktur Utama Garuda Indonesia Pahala N Mansury mengatakan pinjaman tersebut bisa bersumber dari pasar modal atau perbankan.
ADVERTISEMENT
"Ada pinjaman, kalau dari rencana kita bisa menyiapkan pendanaan tambahan melalui pasar modal maupun pinjaman perbankan lainnya tahun depan lebih USD 200 juta," kata Pahala dalam peninjauan di Terminal 3 Bandara Internasional Soekarno-Hatta, Tangerang, seperti dikutip dari Antara, Jumat (8/12).
Adapun kebutuhan belanja modal maskapai penerbangan pelat merah tersebut pada tahun depan sebesar Rp 2 triliun hingga Rp 3 triliun. Perusahaan pada tahun depan akan fokus untuk perawatan pesawat.
"Tidak ada penambahan signifikan untuk belanja modal tahun depan, lebih kepada perawatan pesawat sekitar Rp 2-3 triliun. Kalau ini bersumber dari kas kita sendiri," katanya.
Garuda Indonesia hingga 2020 memutuskan untuk menunda pembelian pesawat dan lebih memfokuskan untuk meningkatkan ketergunaan pesawat. Pahala menargetkan ketergunaan pesawat dari yang saat ini sembilan jam bisa menjadi 11 jam.
ADVERTISEMENT
Selain itu, lanjut dia, pihaknya akan lebih mengoptimalkan pengoperasian pesawat ATR dan Bombardier CRJ 1.000.
"Rencana kita menaikkan produksi double digit, dalam hal ini jumlah kursi dan kilometer, khususnya untuk ATR dan CRJ didorong meningkat 30% sebagai pengumpan," katanya.
Pahala mengatakan hal itu juga dilakukan untuk mencapai target pendapatan pada tahun depan sebesar USD 3,2 miliar. Adapun komposisi kontribusi pendapatan tahun ini didominasi penerbangan domestik 52% dan internasional 47%.
"Kita perlu melihat anggaran sampai November dibandingkan tahun lalu sedikit lebih baik, kita perlu sikapi dan tidak ada penurunan," katanya.
Terkait hasil dari penerbitan saham perdana (IPO), Pahala mengaku menambah ekuitas sampai USD 800 juta. "Ini memberikan keamanan tambahan keamanan bagi para donor dari kita dan bank-bank yang memang membiayai kondisi ini," katanya.
ADVERTISEMENT