Tahun Depan, Mobil Luar Kota Masuk Jakarta Harus Bayar

23 Maret 2018 15:06 WIB
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Kepala BPTJ Bambang Prihartono (Foto: Wahyuni Sahara/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Kepala BPTJ Bambang Prihartono (Foto: Wahyuni Sahara/kumparan)
ADVERTISEMENT
Kemacetan di Jakarta dari hari ke hari semakin parah. Survei sebuah lembaga internasional, INRIX, menempatkan Jakarta sebagai kota termacet di Indonesia. Rata-rata kendaraan di Jakarta, terjebak kemacetan selama 15,8 menit per hari. Bandung dan Malang masing-masing di posisi kedua dan ketiga dengan 11,5 dan 11,3 menit per hari.
ADVERTISEMENT
Apalagi jalanan Jakarta, setiap harinya juga dijejali kendaraan dari kota-kota sekitar seperti Bogor, Depok, Tangerang dan Bekasi. Untuk mengurangi kemacetan dan jumlah kendaraan yang masuk Jakarta, Badan Pengelola Transportasi Jabodetabek (BPTJ) akan memberlakukan jalan berbayar elektronik atau electronic road pricing (ERP).
“Peraturan ganjil genap ini kan jangka pendek, sangat pendek. Besok apa yang bisa kita lakukan? Ya itu (ERP). Jadi misal mobil dari Bekasi masuk Jakarta langsung kena tarif. Rencananya tahun depan mulai diberlakukan,” ungkap Kepala Badan Pengelola Transportasi Jabodetabek (BPTJ) Bambang Prihartono di Kawasan Sudirman, Jakarta, Jumat (23/3).
Tidak hanya Bekasi, Bambang menegaskan semua mobil dari luar Jakarta akan dikenai tarif masuk jalanan Jakarta. Makin padat kondisi lalu lintas di Jakarta, maka tarif ERP akan makin tinggi. Nantinya mesin ERP ini akan dipasang di setiap jalan di perbatasan Jakarta, baik itu jalan tol maupun non-tol. Menurutnya sistem tersebut sudah diterapkan di negara-negara maju salah satunya Singapura.
Jalur Busway di Jl Sudirman bundaran Hi macet. (Foto: Soejono Saragih/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Jalur Busway di Jl Sudirman bundaran Hi macet. (Foto: Soejono Saragih/kumparan)
Meski demikian Bambang belum merinci besaran investasi dan tarif yang akan dikenakan dalam sistem ERP tersebut. Menurutnya saat ini pihaknya tengah melakukan kajian untuk penerapan ERP termasuk jadwal pengadaan teknologi, uji coba hingga akhirnya dapat diterapkan di Jakarta. “Sehingga itu membuat orang kalau enggak penting-penting amat dia enggak mau naik mobil,” ujar Bambang.
ADVERTISEMENT
Menurutnya ini adalah salah satu strategi pemerintah untuk mengurangi kemacetan di Jakarta. Pasalnya, Bambang menuturkan berdasarkan survei yang dilakukan pihaknya, masyarakat masih tetap akan menggunakan mobil pribadi meskipun tarif tol dinaikkan hingga 50%. Alasannya, mobil pribadi saat ini masih menjadi primadona bagi masyarakat. Sehingga masyarakat masih enggan berpindah dari transportasi pribadi ke transportasi umum.
“Jadi mindset masyarakat yang perlu diubah. Mobil pribadi itu sudah sangat nyaman. Bagaimana pemerintah bisa push untuk mengubah mindset masyarakat agar menggunakan transportasi umum. Dengan ganjil-genap, ERP,” ujar Bambang.
Menurutnya, jika pola pikir masyarakat tidak diubah hal tersebut  bisa menjadi ancaman bagi transportasi umum yang kini tengah dibangun secara masif oleh pemerintah. “Sebentar lagi ada MRT, LRT, siapa yang mau pakai kalau mindset tidak diubah?“ tutupnya.
ADVERTISEMENT