Tak Dapat Batu Bara Murah, PLN Terancam Nombok Rp 32 Triliun

30 Juli 2018 15:48 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Kapal Tongkang Pengangkut Batu Bara di Sungai Musi (Foto: ANTARA FOTO/Nova Wahyudi)
zoom-in-whitePerbesar
Kapal Tongkang Pengangkut Batu Bara di Sungai Musi (Foto: ANTARA FOTO/Nova Wahyudi)
ADVERTISEMENT
Pemerintah berencana mencabut patokan harga batu bara Domestic Market Obligation (DMO) khusus untuk ketenagalistrikan sebesar USD 70 per ton.
ADVERTISEMENT
Direncanakan, patokan harga tersebut akan diganti dengan pungutan ekspor sebesar USD 2-3 per ton untuk menutup kerugian PLN akibat tingginya harga batu bara yang kini sudah di atas USD 100 per ton.
Jika rencana ini benar-benar terealisasi, keuangan PLN dalam bahaya. Berdasarkan perhitungan kasar PLN, pungutan ekspor batu bara USD 2-3 per ton diperkirakan hanya menghasilkan penerimaan sebesar USD 1,4 miliar atau Rp 19,6 triliun per tahun.
Padahal, peningkatan biaya produksi listrik akibat meroketnya harga batu bara tahun ini mencapai USD 3,7 miliar.
"Beban PLN bertambah kurang lebih USD 3,7 miliar (akibat kenaikan harga batu bara tahun ini). Kalau pungutan USD 2-3 per ton (dengan asumsi ekspor batu bara 400 juta ton per tahun) totalnya hanya USD 1,3 miliar sampai USD 1,4 miliar. Tapi hitungan pastinya belum masuk," kata Kepala Satuan Komunikasi Korporat PLN, I Made Suprateka, kepada kumparan, Senin (30/7).
ADVERTISEMENT
Ilustrasi PLTU. (Foto: Antara/Iggoy el Fitra)
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi PLTU. (Foto: Antara/Iggoy el Fitra)
Artinya, PLN bakal nombok USD 2,3 miliar atau Rp 32,2 triliun. Dampaknya, PLN terpaksa harus mencari utang untuk menutup biaya operasinya. PLN tak bisa lagi fokus membangun infrastruktur ketenagalistrikan. Program 35.000 MW dan pembangunan infrastruktur listrik untuk desa-desa terpencil akan terhambat.
Secara terpisah, Dirjen Ketenagalistrikan Kementerian ESDM Andy Noorsaman Sommeng membenarkan bahwa rencana penghapusan patokan harga batu bara DMO ini mengancam PLN.
"Ini cukup bahaya bagi PLN karena akan meningkatkan BPP (Biaya Pokok Penyediaan listrik) kembali,” ungkap Andy.
Menurut Andy, selama ini beban PLN sudah cukup berat untuk menjaga tarif listrik supaya tak naik. Harga batu bara, minyak, dan gas naik. Sementara tarif listrik PLN ditetapkan tak boleh naik.
ADVERTISEMENT
“Cukup berat PLN menjaga harga, sedangkan di satu sisi harga energi primer meningkat, harga ICP meningkat, hanya batu bara yang bisa kita pakai. Kalau ini diperdebatkan lagi akan jadi bahaya,” ujarnya.
Apalagi, saat ini nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) sedang melemah hingga di level Rp 14.400. Penguatan dolar AS turut mempengaruhi keuangan PLN.
“Setiap kenaikan (nilai tukar) Rp 100 maka biaya produksi PLN naik Rp 1,2 triliun. Di satu sisi di ujung di masyarakat kita enggak boleh naik,” pungkasnya.