Tak Hanya AS dan Eropa, Pasar Ekspor CPO RI Juga Besar di Timur Tengah

4 Februari 2017 16:56 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
ADVERTISEMENT
Ilustrasi Kelapa Sawit (Foto: Pixabay)
Ekspor produk minyak sawit atau Crude Palm Oil (CPO) asal Indonesia di tahun 2016 memang turun 5 persen dari 26,4 juta ton (2015) menjadi 25,1 juta ton. Pemicunya adalah penurunan permintaan CPO dampak dari melemahnya pasar global yang terjadi hampir di seluruh negara.
ADVERTISEMENT
Namun, CPO Indonesia berhasil masuk ke berbagai negara. Tidak hanya ke pasar Amerika Serikat (AS) dan Uni Eropa, tetapi juga hingga ke pasar Timur Tengah.
"Demikian juga tumbuh juga permintaan-permintaan dari negara Persia seperti Iran dan Irak serta Timur Tengah lainnya. Ini pasar yang potensial untuk kita garap ke depan," ungkap Ketua Umum Perhimpunan Ekonomi Pertanian Indonesia (Perhepi) Bayu Krisnamurthi saat ditemui di kawasan Jonggol, Bogor, Jawa Barat, Sabtu (4/2).
Sementara itu, permintaan yang cukup tinggi juga diperlihatkan dari pencapaian ekspor CPO ke China, India, Pakistan. Sedangkan di Uni Eropa, CPO Indonesia paling banyak dikirim ke Belanda, Rusia, Spanyol dan Italia.
Kelapa Sawit (Foto: Pixabay)
"Besar sekali saya kira untuk minyak goreng. Seperti diketahui ekspor terbesar kita ke China, India, Pakistan dan Belanda," sebutnya.
ADVERTISEMENT
Sedangkan pada tahun 2016, angka ekspor CPO ke AS mencatatkan peningkatan yang cukup signifikan. Angkanya naik 43 persen atau dari 758,55 ribu ton pada tahun 2015 menjadi 1,08 juta ton.
Di tahun ini, ekspor CPO Indonesia ke AS diharapkan masih akan tumbuh positif. Hal itu bisa terjadi bila didukung oleh kebijakan Presiden AS Donald Trump.
"Pasar AS masih didominasi untuk biodiesel, minyak gorengnya belum banyak dan memang kita sedang menunggu kebijakannya Donald Trump, apakah dia masih peduli dengan lingkungan. Karena biodiesel di AS itu disubsidi, apabila subsidi itu ditarik bisa mempengaruhi penjualan kita nantinya," katanya.