Tak Hanya Enak Makanannya, Kini Restoran Juga Perlu Instagramable

12 Oktober 2018 9:49 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Kafe instagramable di Yogyakarta (Foto: Instagram @roasterandbear @cafebrickjogja)
zoom-in-whitePerbesar
Kafe instagramable di Yogyakarta (Foto: Instagram @roasterandbear @cafebrickjogja)
ADVERTISEMENT
Selain cara bertransaksi, generasi milenial kini juga menggeser pangsa pasar desain interior. Hal ini ditandai dengan munculnya banyak kafe atau bahkan tempat makan yang dikenal 'instagramable' hanya untuk menarik pembeli milenial.
ADVERTISEMENT
Himpunan Desain Interior Indonesia (HDII) Francis Surjaseputra mengatakan, para pelaku usaha restoran yang tidak mengikuti pasar akan cenderung ditinggalkan. Sebab, saat ini rasa terkadang sudah tidak menjadi prioritas utama milenial dalam menentukan tempat makan, tapi juga harus instagramable.
"Karena saat ini sangat berkembang yang namanya media sosial. Dari situ, kalangan milenial yang merupakan pasar yang potensial saat ini karakternya tidak hanya mementingkan makanan yang enak, tapi juga lokasi atau desain yang cantik," katanya saat dihubungi kumparan, Jumat (12/10).
Dalam menciptakan suasana atau restoran yang diinginkan oleh para milenial tadi, desain interior menjadi salah satu hal yang penting. Inilah yang kemudian menjadi tantangan bagi para pelaku usaha.
"Mereka harus menghadirkan desain interior yang instagramable. Tidak mudah karena desain seperti ini selain boros bahan baku, yaitu membutuhkan dana yang besar," katanya lagi.
Kafe instagramable di Palembang (Foto:  Instagram @literoom_id @luthiercoffee )
zoom-in-whitePerbesar
Kafe instagramable di Palembang (Foto: Instagram @literoom_id @luthiercoffee )
Sehingga, modal yang besar untuk membuat desain interior yang menarik tadi berpotensi membuat harga makanan atau minuman yang dijual jadi mahal. Sementara, para pelaku usaha tadi harus menghadapi para pesaing yang barangkali termasuk kompetitif soal harga.
ADVERTISEMENT
"Tentu, desain interior yang keren dan cantik itu pasti membutuhkan biaya, ada yang harus dikorbankan di dalamnya. Belum lagi harga bahan baku, data dari Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan kalau harga bahan baku naik rata-rata 0,28 persen tiap bulannya. Ini yang kemudian jadi tantangan bagi para pelaku usaha makanan dan minuman," tutupnya.