Tak Ingin Utang Membengkak, Mahathir Batalkan 2 Megaproyek KA Cepat

29 Mei 2018 7:09 WIB
comment
2
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Mahathir Mohamad. (Foto: REUTERS/Lai Seng Sin)
zoom-in-whitePerbesar
Mahathir Mohamad. (Foto: REUTERS/Lai Seng Sin)
ADVERTISEMENT
Perdana Menteri Malaysia Mahathir Mohamad membatalkan proyek kereta cepat Kuala Lumpur-Singapura. Ini merupakan proyek infrastruktur kakap kedua, yang dibatalkannya dalam 3 hari terakhir.
ADVERTISEMENT
“Keputusan ini sudah final, namun untuk realisasinya memang masih butuh waktu karena kami memiliki perjanjian dengan Singapura. Kami harus mengeksekusinya dengan biaya sekecil mungkin,” kata Mahathir dalam konferensi pers Senin (28/5) petang seperti dilansir Reuters.
Mahathir memilih membayar denda kompensasi sekitar 500 juta ringgit, ketimbang menambah utang negara untuk mendanai proyek tersebut.
Proyek prestisius kereta cepat Kuala Lumpur-Singapura bernilai USD 17 miliar atau sekitar Rp 238 triliun (Kurs Rp 14.000) yang didanai dengan pinjaman luar negeri. Proyek ini telah ditenderkan di masa pemerintahan Najib Razak, dan pembangunannya semula diproyeksikan rampung pada 2026.
Sebelumnya, pada Sabtu (26/5) Mahathir juga membatalkan mega proyek rel kereta East Coast Rail Link (ECRL) senilai 55 miliar ringgit atau sekitar Rp 193 triliun. Proyek ini juga didanai utang luar negeri dari China.
Kota Kerteh di Trengganu, Malaysia (Foto: Wendiyanto/ kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Kota Kerteh di Trengganu, Malaysia (Foto: Wendiyanto/ kumparan)
Proyek ECRL yang membentang di pesisir timur Malaysia, menghubungkan negara bagian Pahang, Trengganu, dan Kelantan. Wilayah itu merupakan salah satu pusat industri minyak dan gas Malaysia. Program ini merupakan bagian dari kerja sama kawasan yang digagas China, untuk menghidupkan kembali ‘jalur sutera’, dalam kerangka One Belt One Road (OBOR).
ADVERTISEMENT
Pengurangan utang negara merupakan salah satu janji politik Mahathir. Laporan resmi pemerintah mengungkapkan, utang negara pada akhir 2017 sebesar 686,8 miliar ringgit atau setara USD 172,5 miliar.
Pembatalan sejumlah megaproyek infrastruktur, menjadi salah satu cara Mahathir memenuhi janji politiknya. "Dengan sekali jalan kita bisa mengurangi (utang) hingga 200 miliar ringgit (Rp 700 triliun)," kata Mahathir.