Tambang Terbuka Grasberg Habis, Kinerja Keuangan Freeport Turun

9 Januari 2019 15:52 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Lokasi tambang Freeport (Foto: Reuters)
zoom-in-whitePerbesar
Lokasi tambang Freeport (Foto: Reuters)
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Produksi tambang terbuka (open pit) PT Freeport Indonesia (PTFI) yang berada di Grasberg bakal habis tahun ini. Aktivitas pengerukan emas bakal berpindah ke tambang bawah tanah yang lebih kompleks.
ADVERTISEMENT
Direktur Jenderal Minerba Kementerian ESDM Bambang Gatot Ariyono mengatakan, habisnya produksi yang berada di tambang terbuka membuat EBITDA atau laba sebelum pajak perusahaan berkurang. Penurunan pendapatan pun terjadi cukup signifikan.
“EBITDA PTFI turun karena tambang Grasberg berhenti. Dalam prognosa Inalum (EBITDA) USD 4 miliar turun mulai 2019 menjadi USD 1 miliar. EBITDA-nya turun,” kata dia di kantornya, Jakarta, Rabu (9/1).
Tapi, Bambang menegaskan, aktivitas tambang terbuka bukan berarti benar-benar berhenti. Kata dia, masih ada produksi yang bisa dilakukan hanya saja bukan prioritas.
Dia juga menjelaskan, pendapatan PTFI akan kembali membaik pada 2020 saat aktivitas tambang bawah tanah mulai berjalan aktif. Di tambang bawah tanah sendiri terdapat 5 blok besar. Produksi pun bakal terus naik hingga puncaknya pada 2025.
ADVERTISEMENT
“EBITDA turun bukan karena cadangan, tapi proses tambang bawah tanah belum dimulai. 2020 mulai naik (produksinya). Lalu paling optimal 2025, stabil setelah itu,” jelas dia.
PT Freeport Indonesia (Foto: Antara/M. Agung Rajasa)
zoom-in-whitePerbesar
PT Freeport Indonesia (Foto: Antara/M. Agung Rajasa)
Direktur Mineral Ditjen Minerba Kementerian ESDM Yusuf Saefulhak menjelaskan, perpindahan aktivitas tambang terbuka ke tambang bawah tanah bukan berarti menutup seluruh area kubah tambang yang sejak puluhan tahun digerus PTFI.
“Jadi tidak berhenti operasional, tetap kontinyu. Ini overlapping operational,” jelasnya.
Dalam masa transisi area tambang ini, produksi pun turun. Berdasarakan data Kementerian ESDM, produksi konsentrat PTFI tahun ini diperkirakan hanya sebesar 1,2 juta ton saja. Dari jumlah tersebut, 1 juta ton dikelola di dalam negeri, sementara 200 ribu ton sisanya akan diekspor.
ADVERTISEMENT
Sementara data produksi PTFI pada tahun 2018 lalu adalah mencapai sektiar 2,1 juta ton. Dari angka tersebut, sebanyak 1,2 juta ton akan diekspor, sedangkan 800 ribu ton sisanya dikirim menuju PT Smelting Gresik yang ada di Gresik, Jawa Timur.
"Tahun 2019 produksi konsentratnya turun, ada proses infrastruktur turun jadi 1,2 juta ton, 200 ribu ton diekspor, yang 1 juta ton di kelola di Smelting Gresik karena ada peralihan operasional ke tambang bawah tanah," tutur dia.