Tantangan PLN di Jakarta: Menjual Surplus Listrik yang Melimpah

22 April 2018 17:59 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Power Bank PLN (Foto: Dok. PLN)
zoom-in-whitePerbesar
Power Bank PLN (Foto: Dok. PLN)
ADVERTISEMENT
Berbeda dengan daerah-daerah terpencil yang masih gelap gulita karena kekurangan pasokan listrik, DKI Jakarta yang termasuk dalam Sistem Kelistrikan Jawa-Bali memiliki surplus listrik yang amat melimpah.
ADVERTISEMENT
Beban puncak di Jawa-Bali hanya sekitar 25.000 Megawatt (MW), sementara total daya mampu mencapai mencapai 33.000 MW, sehingga ada cadangan daya (reserve margin) sebesar 8.000 MW. Tak ada pemadaman bergilir di Jawa-Bali, pasokan listrik sangat memadai.
Apalagi ada program pembangunan pembangkit listrik 35.000 MW, pembangkit-pembangkit listrik baru akan masuk dan memperkuat pasokan pada 2019-2020.
Tantangannya justru menjual kelebihan listrik yang melimpah itu. Di tengah perlambatan ekonomi, PLN harus memutar otak agar pertumbuhan penjualan listrik sesuai harapan.
Di Jakarta saja, ada beberapa pembangkit baru yang akan menambah surplus listrik, misalnya PLTGU Muara Karang Ekstensi 500 MW, PLTGU Muara Tawar 600 MW, dan PLTGU Tanjung Priok 800 MW.
Dalam kontrak jual beli (Power Purchase Agreement/PPA) antara Independent Power Producer (IPP) sebagai pemilik pembangkit listrik dengan PLN sebagai pembeli listrik ada mekanisme Take Or Pay.
ADVERTISEMENT
Jika kelebihan listrik ini tak terserap, PLN bisa terkena denda Take or Pay, ini dapat membahayakan keuangan PLN. Maka PLN harus menggenjot konsumsi listrik di Jawa-Bali.
Untuk mengetahui upaya-upaya PLN meningkatkan penjualan listrik di Jakarta, kumparan (kumparan.com) berkesempatan mewawancara khusus General Manager PLN Distribusi Jakarta Raya (Disjaya), M Ikhsan Asaad, pada Kamis (19/4). Berikut petikannya:
Bagaimana kondisi kelistrikan di Jakarta setelah pembangkit-pembangkit baru dari program 35.000 MW masuk pada 2019-2020?
Tentu kelistrikan di Jakarta akan semakin kuat, tapi tidak ada istilah over supply karena permintaan pasti akan terus tumbuh. Kalau negara maju, cadangan daya itu sampai 50%, jadi enggak akan mubazir.
Ini kan masuk terus pembangkit baru, sekarang reserve margin kita di Sistem Jawa-Bali sudah 32% atau 8.000 MW. Beban puncak kita 25.000 MW, di Jakarta sendiri 5.000 MW. Menurut saya ini sangat bagus untuk investasi masuk ke negara kita, enggak ada lagi keraguan ketidakcukupan daya.
ADVERTISEMENT
Apakah peningkatan kapasitas pembangkit itu sebanding dengan pertumbuhan penjualan listrik di Jakarta?
Memang setahun terakhir demand tidak tumbuh seperti yang kita harapkan, secara nasional hanya tumbuh sekitar 3%, di Jakarta hanya 1,7%-2% di 2017. Melihat fenomena ini, bagaimana mendorong masyarakat untuk lebih mudah menikmati listrik.
Dengan banyaknya gerai ritel yang tutup di Jakarta tahun lalu, bagaimana konsumsi listrik pelanggan bisnis?
Tahun lalu sampai Agustus memang agak turun. Ada pergeseran pola konsumsi, tapi bioskop dan restoran tetap ramai. Tapi setelah Agustus naik lagi. Bahkan mal Grand Indonesia minta tambah layanan premium.
Makanya kami membentuk marketing executive, anak-anak yang baru masuk PLN kami dorong menjadi account executive.
GM PLN Disjaya, M Ikhsan Asaad. (Foto: Dok. PLN)
zoom-in-whitePerbesar
GM PLN Disjaya, M Ikhsan Asaad. (Foto: Dok. PLN)
Bagaimana dengan konsumsi listrik pelanggan industri?
ADVERTISEMENT
Memang ada beberapa fenomena di Jakarta, beberapa industri pindah ke Tangerang, Banten. Tapi konsumsi pelanggan bisnis di Jakarta tumbuh. Dari 4,2 juta pelanggan PLN di Jakarta, 91% adalah pelanggan rumah tangga, ada 6-7% pelanggan bisnis. Dari pelanggan industri, ada industri baja yang sudah 2 tahun kolaps di Pulo Gadung, sekarang hidup lagi.
Apa saja inovasi dan kemudahan layanan dari PLN untuk meningkatkan penjualan?
Kita kan juga berupaya mendorong Easy of Doing Business (EODB), salah satu indikatornya adalah mendapatkan sambungan listrik. Target kita peringkat untuk kemudahan listrik naik ke posisi 20 dari sekarang peringkat 38. Yang jadi pilot kan Jakarta dan Surabaya.
Tagline kami di Jakarta adalah 'Jakarta Kian Benderang'. Jakarta sudah terang, tapi mau kita buat semakin terang dalam segala hal. Bukan hanya secara fisik kelihatan nyala terang, tapi juga bagaimana orang mudah menikmati listrik. Jadi kita enggak sekedar mudah mendapat listrik lagi, tapi mudah menikmati listrik. Saya bilang ke Pak Gubernur, bagaimana warganya maju kotanya kalau gelap, harus terang benderang.
ADVERTISEMENT
Kita banyak produk-produk seperti Power Bank Express Service, kalau hari ini butuh langsung menyala juga hari ini. Dan untuk standar ibu kota, listrik itu tidak boleh mati. Beberapa konsumen kita tawarkan layanan premium atau layanan prioritas yang disuplai minimal dari 2 sumber. Ini sudah ada 98 pelanggan di Jakarta yang sudah menjadi pelanggan prioritas. Ini kita dorong terus.
Siapa saja yang sudah menjadi pelanggan premium di Jakarta dan sekitarnya?
Dari berbagai macam segmen, ada sekolah seperti SMA 98, rumah sakit, stasiun TV, data center bank, bahkan rumah tangga. Anak sekolah sekarang biar enak belajarnya adem, pakai komputer. Kalau lagi Ujian Nasional (UN) berbasis komputer lalu listrik mati, risiko itu kan ada, maka untuk meminimalkan risiko itu kita suplai dari 2 sumber.
ADVERTISEMENT
RSCM, RSUD Koja, Bank Indonesia, Grand Indonesia sudah jadi pelanggan premium.
Berapa tarif yang dibayar pelanggan untuk mendapat layanan premium?
Tarifnya, tarif premium. Kalau pelanggan premium yang bronze tambah Rp 30 per kWh, tapi itu sebanding dengan layanannya. Bayangkan rumah sakit lagi operasi tiba-tiba mati listrik, kan repot. Kemudian yang paling tinggi layanan premium yang platinum, itu tambah Rp 150 per kWh.
Kita lagi siapkan yang titanium, sudah pakai baterai. Kan lagi berkembang bisnis startup, lagi berkembang ekonomi digital. Itu enggak boleh kedip listriknya, kalau kedip bisa hilang data di data center.
Sekarang berapa lama waktu tunggu untuk mendapat sambungan listrik di Jakarta?
Mau daftar sambungan listrik, enggak ada lagi daftar tunggu, kita habiskan. Enggak ada lagi kayak dulu 3 bulan menunggu sambungan listrik. Sabtu-Minggu pun dilayani 24 jam. Jadi masyarakat makin mudah mendapat lsitrik.
ADVERTISEMENT
Kalau tegangan rendah, sehari langsung menyala. Kalau butuh daya besar, kita punya Power Bank Express Service. Jadi enggak ribet.
Apakah ada keringanan biaya penyambungan?
Orang mau angsur silakan. Kalau dulu orang butuh listrik harus bayar dulu biaya penyambungan, sekarang enggak perlu. Bahkan enggak perlu jadi pelanggan PLN dulu kalau pakai Power Bank Express Service. Industri di Pulo Gadung misalnya, kita kasih diskon-diskon untuk kemudahan mendapat sambungan listrik.
Apakah produk baru seperti Power Bank Express Service berhasil meningkatkan penjualan listrik?
Beberapa kontraktor sudah menggunakan Power Bank ini, mereka bisa berhemat sampai 50%. Kalau pakai genset kan Rp 3.000 per kWh, kalau pakai Power Bank Rp 1.500 per kWh. Pulau Intan di PIK (Pantai Indah Kapuk) juga pakai Power Bank. Pakai genset itu cari solarnya susah, bikin udara kotor, dan bahaya.
ADVERTISEMENT
Selain itu, layanan-layanan apalagi yang ditawarkan PLN Disjaya untuk pelanggan?
Total Electicity Solution, jadi urusan listrik itu urusan PLN. Masyarakat tidak usah ragu menggunakan listrik PLN. Kita kerja sama dengan beberapa bank seperti BRI, Bukopin, Mandiri. Ada namanya dana talangan, enggak usah takut menunggak, langsung ditalangi sama bank.
Kita juga punya anak usaha. Misalkan ada industri masih menggunakan genset, enggak usah dikelola sendiri, ada anak usaha kami yang akan mengelola.
Kami juga punya anak usaha namanya ICON+, kami bundling listrik dengan internet. Jadi pelanggan premium kita kasih internet. Internet kan butuh listrik, ini layanan tambahan, memberi kemudahan.
Kemudian ada asuransi PT Tugu Kresna Pratama, kita proteksi pelanggan dari bahaya kebakaran. Jadi tidak usah khawatir dengan listrik.
ADVERTISEMENT
Kemudian kan ada gaya hidup baru, misalkan penggunaan kompor induksi, kami dorong. Penggunaan kendaraan listrik juga kami dorong. Pegawai-pegawai kami operasional sudah pakai motor listrik. Kan lebih efisien, jarak tempuh 60 kilometer cuma Rp 3.000.