news-card-video
Jakarta
imsak
subuh
terbit
dzuhur
ashar
maghrib
isya

Target Pertumbuhan Ekonomi RI Bisa Turun 0,1% Akibat Perang Dagang

7 Juli 2018 16:50 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Pertumbuhan Ekonomi (Foto: Fanny Kusumawardhani/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Pertumbuhan Ekonomi (Foto: Fanny Kusumawardhani/kumparan)
ADVERTISEMENT
Perang dagang AS dengan China dan Uni Eropa dapat menggerus pertumbuhan ekonomi dunia. Bahkan jika AS jadi perang dagang dengan Indonesia, hal ini juga dapat membuat perekonomian domestik menyusut.
ADVERTISEMENT
Ekonom Universitas Indonesia (UI) Fithra Faisal mengatakan, berdasarkan proyeksi Dana Moneter Internasional (IMF), perang dagang dapat menurunkan pertumbuhan ekonomi dunia hingga 0,8% di tahun ini. Adapun target perekonomian global sebesar 3,9% hingga akhir tahun.
Sementara untuk Indonesia, dia memproyeksi pertumbuhan ekonomi bisa terkontraksi hingga 0,1% atau hanya tumbuh ke level 5,3%. Angka tersebut dinilai cukup tinggi, meskipun kontribusi Indonesia ke perdagangan internasional masih rendah. Adapun target perekonomian Indonesia dalam APBN 2018 sebesar 5,4%.
"Untuk Indonesia sendiri, sebenarnya karena kita kontribusi ke perdagangan internasional itu enggak terlalu besar, mungkin tidak ada efek langsung, kalaupun ada hanya kontraksi ke pertumbuhan ekonomi Indonesia sebesar 0,1%," ujar Fithra usai acara diskusi di kawasan Cikini, Jakarta, Sabtu (7/7).
ADVERTISEMENT
Konpers Donald Trump. (Foto: Reuters/Jonathan Ernst)
zoom-in-whitePerbesar
Konpers Donald Trump. (Foto: Reuters/Jonathan Ernst)
Namun demikian, Fithra menjelaskan penurunan pertumbuhan ekonomi tersebut tak harus dikhawatirkan. Justru menurutnya yang perlu mendapat perhatian adalah dampak jangka panjang perang dunia, khususnya AS-China.
"Bagaimanapun China dan AS adalah partner dagang terbesar kita dan koneksinya cukup kuat. Makanya ke depan seharusnya Indonesia sudah mencari portofolio lebih banyak, artinya mencari partner-partner dagang nontradisional," katanya.
Selain itu, neraca perdagangan Indonesia kepada China juga masih mencatatkan defisit. Jika tidak diatasi, Fithra bilang, Indonesia bisa kebanjiran produk impor asal China.
"Harus diatasi, kalau enggak, kita hanya jadi negara buangan produk mereka," tambahnya.
Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat, neraca perdagangan bulan Mei 2018 masih mengalami defisit sebesar USD 1,52 miliar. Ini disebabkan nilai impor lebih tinggi sebesar USD 17,64 miliar dibandingkan dengan nilai ekspor yang sebesar USD 16,12 miliar.
ADVERTISEMENT
Secara keseluruhan, nilai impor Indonesia Mei 2018 mencapai USD 17,64 miliar, naik 9,17% dibanding April 2018. Jika dibandingkan Mei 2017 meningkat 28,12%.
Sementara itu, nilai ekspor Indonesia Mei 2018 mencapai USD 16,12 miliar. Kenaikannya 10,9% dibanding ekspor April 2018. Demikian juga dibanding Mei 2017 meningkat 12,47%.
Dari Januari hingga Mei 2018, neraca dagang Indonesia ke China mencatatkan defisit USD 8 miliar. Hal ini karena impor Indonesia paling banyak berasal dari China, yakni 27,8%.