The Fed Beri Sinyal Tahan Suku Bunga Sepanjang 2019

21 Maret 2019 8:10 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Petugas melayani penukaran uang dolar Amerika di salah satu gerai penukaran valuta asing, Jakarta. Foto: Antara/Puspa Perwitasari
zoom-in-whitePerbesar
Petugas melayani penukaran uang dolar Amerika di salah satu gerai penukaran valuta asing, Jakarta. Foto: Antara/Puspa Perwitasari
ADVERTISEMENT
Bank Sentral Amerika Serikat (AS) atau Federal Reserve atau The Fed memutuskan untuk mempertahankan suku bunga acuan di level 2,25-2,5 persen di bulan ini. The Fed bahkan memberikan sinyal untuk tetap mempertahankan level tersebut hingga akhir tahun ini.
ADVERTISEMENT
Hal tersebut sejalan dengan pelemahan ekonomi AS, proyeksi tingkat pengangguran, dan inflasi. Ketua The Fed Jerome Powell juga menuturkan akan lebih 'bersabar' dalam kebijakan moneter.
"Mungkin perlu beberapa waktu sebelum proyeksi lapangan kerja dan inflasi merubah kebijakan. Bersabar berarti kita melihat tidak perlu terburu-buru untuk melakukan penilaian," kata Powell.
Para pembuat kebijakan di The Fed juga melihat pertumbuhan ekonomi AS hanya akan tumbuh 2,1 persen di 2019, di bawah pencapaian tahun lalu yang sebesar 3 persen.
Jerome Powell Foto: REUTERS/Joshua Roberts
Fed Fund Rate (FFR) yang dipertahankan tersebut membawa The Fed sejalan dengan investor yang berpendapat bank sentral tidak akan menaikkan suku bunga tahun ini.
"Saya tidak berpikir mereka akan melakukannya, tetapi mereka dianggap lebih dovish daripada yang diharapkan," kata Brian Jacobsen, ahli strategi investasi senior untuk Wells Fargo Asset Management.
ADVERTISEMENT
Proyeksi kebijakan The Fed itu juga sejalan dengan kritik Donald Trump terhadap kenaikan FFR yang dianggap membahayakan pemulihan ekonomi AS, meski demikian para pejabat Fed tidak melihat kebijakannya memiliki dampak jangka panjang pada pertumbuhan.
Sementara itu Powell mengatakan ekonomi AS berada di "tempat yang baik" dan memiliki prospek yang "positif."
Powell juga akan terus memperhatikan berbagai risiko seperti Brexit, perang dagang AS-China, bahkan hingga perlambatan ekonomi AS.
"Data saat ini tidak mengirimkan sinyal bahwa kita perlu bergerak ke satu arah atau lainnya, dalam pandangan saya. Ini saat yang tepat bagi kita untuk bersabar," tambahnya.