Tiket Pesawat Mahal, Travel Agent di Daerah Perlahan Berguguran

24 April 2019 18:02 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Kondisi Agen Travel Tradisional di  Kawasan Jakarta Selatan, Kamis (14/3). Foto: Nurul Nur Azizah/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Kondisi Agen Travel Tradisional di Kawasan Jakarta Selatan, Kamis (14/3). Foto: Nurul Nur Azizah/kumparan
ADVERTISEMENT
Asosiasi Perusahaan Perjalanan Wisata Indonesia (Asita) mencatat travel agent atau biro perjalanan wisata mulai menutup usahanya. Kondisi tersebut merupakan dampak dari mahalnya harga tiket pesawat sejak Januari 2019.
ADVERTISEMENT
Menurut Sekretaris Jenderal DPP Asita, Titus Indrajaya, hal itu terjadi lantaran 60 persen bisnis anggota Asita fokus pada penjualan tiket pesawat. Adapun anggota Asita saat ini tercatat sekitar 7.000 travel agent.
"Kalau yang tutup ada lah, karena 60 persen anggota kita fokusnya di ticketing," kata Titus saat ditemui di Hotel Millenium, Jakarta, Rabu (24/4).
Dia menambahkan, sejak Januari 2019 sekitar 5 persen atau 350 travel agent mengajukan untuk tidak lagi menjadi anggota Asita. Salah satu penyebabnya yakni karena penjualan tiket pesawat sepi.
"Kalau catatan DPP kita kan menunggu dari daerah, ada keterangan bahwa ini tidak lagi jadi anggota. Penyebabnya macam-macam, tiket termasuk, kurang lebih 5 persen," jelas Titus.
Lion Air dan Garuda Indonesia di Bandara Internasional Soekarno-hatta, Jakarta. Foto: AFP/Adek BERRY
Agar travel agent di daerah tetap bertahan, Asita mendorong agar anggotanya melakukan inovasi, tak hanya bergantung pada penjualan tiket pesawat. Titus juga mengaku kini aktif menggandeng banyak pihak agar agen travel bisa tetap bertahan.
ADVERTISEMENT
"Ada program Asitago, bagaimana travel agent konvensional itu pelayanannya dibikin digital. Lalu kita akan menggandeng Kemenkes untuk membuat health tourism, tunggu saja," paparnya.
Titus menambahkan, pemesanan paket wisata tercatat mengalami penurunan hingga 40 persen sejak harga tiket pesawat mahal. Saat ini masyarakat memiliki kecenderungan jika berwisata tak menggandeng travel agent.