Timur Tengah dan Eropa Timur Dibidik Jadi Pasar Baru Sawit RI

14 Maret 2018 18:53 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tumpukan kelapa sawit (Foto: AFP PHOTO / Adek BERRY)
zoom-in-whitePerbesar
Tumpukan kelapa sawit (Foto: AFP PHOTO / Adek BERRY)
ADVERTISEMENT
Pengusaha sawit yang tergabung dalam Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (GAPKI) akan membidik pasar baru guna meningkatkan nilai ekspor. Setelah Afrika, Afganistan dan Bangladesh, pengusaha kini mengincar Eropa Timur dan Timur Tengah.
ADVERTISEMENT
Tahun 2017, nilai ekspor CPO tercatat menembus USD 22,97 miliar atau meningkat dari tahun sebelumnya yang sebesar USD 18,22 miliar. Di tahun ini, GAPKI optimistis laju ekspor CPO ke berbagai negara secara kumulatif akan tumbuh sebesar 10%.
"Artinya pemerintah juga berusaha jangan sampai kita diganggu terus. Artinya pemerintah memperhatikan bahwa ini hajat hidup orang banyak di sawit ini," ungkap Ketua Bidang Tata Ruang dan Agraria GAPKI Eddy Martono di acara Munas GAPKI di Hotel Fairmont, Jakarta, Rabu (14/3).
Pekerja membawa kelapa sawit (Foto: AFP PHOTO / Adek Berry)
zoom-in-whitePerbesar
Pekerja membawa kelapa sawit (Foto: AFP PHOTO / Adek Berry)
GAPKI mencatat, hampir semua negara tujuan ekspor CPO Indonesia meningkat permintaannya. Secara persentase negara-negara Afrika mengalami peningkatan permintaan paling tinggi di tahun 2017.
Ekspor CPO ke negara-negara Afrika mengalami peningkatan sebesar 50% menjadi 2,29 juta ton di tahun 2017 dari 1,52 juta ton di tahun 2016. Disusul Bangladesh 1,26 juta ton naik 36%, India 7,63 juta ton naik 32 %, China 2,29 juta ton naik 16%, negara-negara Uni Eropa 5,03 juta ton naik 15%, Amerika Serikat 1,18 juta ton naik 9%, Pakistan 2,21 juta ton naik 7%, Negara-negara Timur Tengah 2,12 juta ton naik 7%.
ADVERTISEMENT
Eddy menambahkan sampai sekarang ini, CPO masih menjadi minyak nabati yang murah dengan stok yang cukup banyak. Sehingga di pasar luar negeri, CPO selalu unggul dibandingkan minyak nabati jenis lainnya seperti minyak bunga matahari, minyak kedelai dan reepseed.
"Mereka tidak secepat itu menggantikan CPO dengan prodak nabati lain. Enggak akan ke kejar secara produksi, apalagi kalau seperti sekarang gangguan panen terhadap bunga matahari terhadap kedelai terganggu, mereka mau ngambil dari mana? kan mereka cuma tanaman musiman, kalau mereka musim dingin panjang mereka terganggu itu susah," sebutnya.