Transformasi Gerai Ritel Menghindari Kepunahan

13 Februari 2019 20:36 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Central Neo Soho yang akan ditutup pada 18 Februari 2019. Foto: Dok. Istimewa
zoom-in-whitePerbesar
Central Neo Soho yang akan ditutup pada 18 Februari 2019. Foto: Dok. Istimewa
ADVERTISEMENT
Di awal tahun ini, tutupnya sejumlah gerai ritel menyedot perhatian publik. Ada setidaknya 26 gerai tutup serta pemutusan hubungan kerja (PHK) 532 karyawan di PT Hero Supermarket hingga tutupnya Central Departement Store di Neo Soho Mall.
ADVERTISEMENT
Merespons hal itu, Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia Roy Mandey mengatakan, fenomena itu sebetulnya selain memang efisiensi juga merupakan bentuk transformasi dari bisnis ritel.
“Ritel ini masuk ke dalam masa transisi, artinya ritel ini harus berupaya mengikuti apa yang dimaksud perkembangan bisnis model,” katanya saat ditemui usai Kongkow Bisnis PAS FM di Hotel Millenium, Jakarta, Rabu (13/3).
Ia menerangkan, transformasi ritel kini setidaknya bakal menuju ke arah yang dinamakan Omni Channel dan micsious.
Omni Channel itu tidak hanya physical saja tapi channel distribusi yang menggunakan online e-commerce. Ini yang utama. Micsious bagaimana memadukan dunia usaha ritel yang biasanya toko belanja ini secara fisik ini kita campur atau mix dengan adanya leisure dan entertainment buat family,” tuturnya.
ADVERTISEMENT
Dengan peralihan itu, kata Roy, ritel ke depan bakal lebih menyesuaikan dengan kebutuhan dan selera konsumen.
“Dengan adanya experience yang dapat meningkatkan rasa nyaman konsumen sebelum mereka berbelanja,” imbuh dia.
Jika hal itu berhasil, Roy optimis bisnis ritel bisa mencetak pertumbuhan dua digit yang pertama, yaitu 10 persen.
“Situasi sekarang sudah mulai membaik, 2018 kita sudah mulai lebih baik dari 2017, kita bertumbuh di angka 9 persen, kemudian 2019 ini biasanya sebelum masa pemilu ini konsumsi meningkat,” ujarnya.
Ia kembali menegaskan, bisnis ritel masih memiliki umur panjang dan tak akan tutup sama sekali.
“Kalaupun ada yang tutup itu sifatnya mereka melakukan efisiensi dan mereka ingin mengubah luasan tokonya yang tadinya terlalu besar menjadi luasan yang disesuaikan dengan keinginan konsumen. Jadi kalau tutup bukan karena pailit tetapi lebih kepada transformasi bisnis ritel,” tandasnya.
ADVERTISEMENT