Tren Hotel Kapsul di RI, Dikembangkan Swasta hingga BUMN

4 Agustus 2018 19:45 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi hotel kapsul. (Foto: Dok. PT. Matahari Fajarindo Lestari)
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi hotel kapsul. (Foto: Dok. PT. Matahari Fajarindo Lestari)
ADVERTISEMENT
Bandar Udara Internasional Soekarno-Hatta telah memiliki digital airport hotel alias hotel kapsul. Hotel yang terletak di Terminal 3 Ultimate, area kedatangan domestik lantai 1 ini rencananya akan dirilis pada 10 Agustus 2018.
ADVERTISEMENT
Senior Manager Branch Communication and Legal Bandara Internasional Soekarno-Hatta Febri Toga Simatupang mengatakan, hotel tersebut menyediakan 120 unit kamar berbentuk kapsul. Tujuan dibuatnya hotel ini adalah untuk penumpang yang menunggu delay atau transit dalam waktu lama.
“Kan kita enggak hanya sewa per malam, ada juga per enam jam. Dengan begitu, pengunjung bisa beristirahat sambil menunggu jadwal keberangkatan tiba,” ungkap Febri kepada kumparan, Sabtu (4/8).
Hotel kapsul memang tengah menjadi tren, khususnya di kalangan traveler. Berbeda dari hotel biasanya yang menyediakan kamar dalam unit ruangan, hotel dengan tipe ini justru mendesain kamarnya dalam bentuk kapsul bertumpuk. Tiap kamar kapsul biasanya berisi satu single bed, TV, akses Wi-Fi, dan stop kontak. Meskipun termasuk akomodasi low-cost, hotel kapsul sering didesain futuristik, sehingga cocok juga untuk para milenial.
ADVERTISEMENT
Hotel kapsul pertama kali dihadirkan di Osaka, Jepang, pada tahun 1979. Bernama Capsule Inn Osaka, hotel ini didesain oleh arsitek Kisho Kurokawa.
Awal kemunculan hotel kapsul dilatarbelakangi oleh naiknya tarif taksi saat itu, sehingga terlalu mahal bagi orang yang bekerja lembur untuk pulang ke rumah setiap hari. Saat itu, satu unit kamar di Nakagin Capsule dibanderol senilai 1.900 yen, lebih murah dibandingkan hotel bisnis atau pun tarif taksi jarak jauh.
Setelah dipelopori di Osaka, hotel kapsul selanjutnya dibangun di Tokyo, Kyoto, dan kota-kota besar lainnya. Saat ini, ada lebih dari 300 hotel kapsul yang tersebar di Jepang.
Beberapa dekade setelah Capsule Inn Osaka berdiri, kota-kota di Asia dan Eropa pun banyak mencontoh konsep hotel tersebut. Mulai dari Taipei, Xi'an, Kuala Lumpur, Singapura, bahkan Paris dan Inggris. Karena digemari backpacker, berbagai negara pun menciumnya sebagai ladang emas. Akhirnya hotel kapsul tumbuh bagai jamur di berbagai negara, termasuk Indonesia.
Menhub di Hotel Kapsul di Terminal Tanjung Perak (Foto: Pelindo III)
zoom-in-whitePerbesar
Menhub di Hotel Kapsul di Terminal Tanjung Perak (Foto: Pelindo III)
Hotel kapsul masuk ke Indonesia sejak 2006 lalu. Sejak saat itu banyak bermunculan hotel kapsul dengan ciri khas masing-masing. Masuknya hotel kapsul ke Indonesia sendiri seolah membawa kabar baik. Cukup merogoh kocek tak sampai Rp 300.000, traveler sudah disuguhkan kasur empuk, dan berbagai fasilitas lainnya.
ADVERTISEMENT
Setelah masuk ke Indonesia selama 12 tahun, hotel kapsul makin mudah ditemui di berbagai kota. Seperti Hotel Tab Capsule di Surabaya, Bobobox di Bandung, The Capsule Hotel Gajahmada di Semarang, Whiz Capsule Trawas di Mojokerto, QB Capsule Hotel di Bali, KINI Luxury Capsule serta masih banyak lagi.
Tak hanya didirikan oleh pihak swasta saja, BUMN pun turut ambil bagian.
Hal ini terbukti dari berdirinya hotel kapsul di pelabuhan Tanjung Perak, Surabaya. PT Pelabuhan Indonesia III (Persero) membuat hotel kapsul bernama SNQ Capsule yang dibanderol Rp 100.000 untuk sehari dan Rp 10.000 untuk per jam, minimal 6 jam. Hotel kapsul Pelabuhan Tanjung Perak tersebut berlokasi di lantai 1 Gedung Terminal Penumpang Gapura Surya Nusantara (GSN). Saat ini, perseroan baru menyediakan jumlah kamar sebanyak 12 capsule single bed.
ADVERTISEMENT