Ujang, Petani Milenial yang Menolak Impor Bawang Merah

18 Agustus 2018 10:06 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ujang, petani milenial asal Cimenyan, Bandung, Jumat (17/8/18). (Foto: Elsa Toruan/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Ujang, petani milenial asal Cimenyan, Bandung, Jumat (17/8/18). (Foto: Elsa Toruan/kumparan)
ADVERTISEMENT
Kalau biasanya kalangan muda lebih menyukai bekerja di gedung tinggi dengan posisi yang keren, tidak dengan Ujang Margana. Ujang merupakan petani bawang merah asal Cimenyan, Kabupaten Bandung, Jawa Barat. Dia mengaku memilih untuk menjadi petani bawang merah karena sejak usia 7 tahun sering diajak oleh kedua orang tuanya yang juga berprofesi sebagai petani bawang merah.
ADVERTISEMENT
“Awalnya itu karena sering diajak sama orang tua ke kebun budidaya bawang merah karena orang tua saya kan memang fokus budidaya bawang merah. Makanya dari situ saya tertarik untuk bertani dan mengembangkan komoditas bawang merah,” katanya saat ditemui kumparan di Gedung Kementerian Pertanian, Jakarta, Jumat (17/8).
Meski sudah menamatkan kuliah di salah satu universitas swasta di Bandung, pria berusia 24 tahun ini mengaku gelisah. Dia tak ingin mengikut jejak teman-teman yang memilih hijrah ke kota. Baginya, potensi pengembangan bawang merah di Cimenyan lebih menjanjikan ketimbang mencari sesuap nasi di kota.
“Ngapain jauh-jauh ke kota untuk bekerja sementara di kampung halaman sendiri potensinya sangat besar, khususnya bawang merah,” tambahnya lagi.
ADVERTISEMENT
Ujang terpilih menjadi salah satu dari 27 orang di seluruh Indonesia yang menerima Penghargaan Tingkat Nasional tahun 2018 dari Kementerian Pertanian (Kementan) pada Jumat (17/8). Bukan tanpa alasan Ujang dipilih menerima penghargaan ini. Dia mengaku pernah membuat gerakan stabilisasi harga bawang merah di tahun 2016 lalu.
Saat itu, harga bawang merah tengah melonjak tajam. Di tingkat petani, bawang merah dijual seharga Rp 40 ribu hingga Rp 50 ribu per kilogram (kg). Sedangkan di tingkat konsumen Jabodetabek, harga bawang merah saat itu sudah mencapai Rp 70 ribu hingga Rp 80 ribu per kg.
“Kalau harga ini tidak lekas turun, maka waktu itu ada wacana pemerintah untuk impor. Saya merupakan salah satu orang yang sangat menentang impor, apalagi bawang merah,” tegasnya.
ADVERTISEMENT
Karena itu, Ujang bersama Kementan kala itu menstabilkan harga bawang merah dengan menjualnya sebesar Rp 20 ribu per kg di Jabodetabek. Usaha Ujang tidak sia-sia, sebab bukan hanya harga bawang merah waktu itu saja yang berhasil dia buat kembali normal, tetapi juga menarik perhatian Kementan hingga berhasil memperoleh penghargaan tersebut.
Penerima penghargaan kementan tingkat nasional 2018 (Foto: Elsa Toruan/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Penerima penghargaan kementan tingkat nasional 2018 (Foto: Elsa Toruan/kumparan)
Selain itu, Ujang mengaku juga melakukan budidaya pengembangan bibit bawang merah untuk Kabupaten Bandung. Dia menjelaskan kalau bibit bawang merah yang ia kembangkan ini mampu menghasilkn sebanyak 15 ton bawang merah dalam satu hektare lahan.
“Kami mengembangkan bibit bawang merah, minimal untuk membuat Kabupaten Bandung itu mandiri bibit. Bahkan, kami pernah distribusi bibit hingga ke Kalimantan Timur,” katanya lagi.
ADVERTISEMENT
Ujang berhasil menggerakkan seluruh petani di daerahnya agar mandiri dalam bertani dan juga menjaga stabilitas harga pangan.
Untuk itu, selain mendapat penghargaan, Ujang juga mendapat kesempatan untuk diikutsertakan dalam Rapat Paripurna DPR-RI, dan Pidato Kenegaraan Presiden RI, mengikuti Renungan Suci di Taman Makam Pahlawan Kalibata, mengikuti upacara peringatan detik-detik Proklamasi Hari kemerdekaan RI ke- 73 di Istana Negara dan Silaturahim Presiden RI dengan para Teladan lainnya.
Selain Ujang, ada sebanyak 2 orang petani berprestasi, 3 Gapoktan, 3 Kelembagaan Ekonomi Petani Berprestasi, 3 orang penyuluh pertanian teladan, 3 balai penyuluhan pertanian berprestasi, 9 orang pengelola pusat pelatihan pertanian dan perdesaan swadaya berprestasi, dan 3 orang Widyaiswara berprestasi menerima penghargaan yang diserahkan oleh Sekretaris Jenderal Kementan Syukur Iwantoro.
ADVERTISEMENT