UKM Bali Olah Limbah Mebel Jadi Produk Handmade Internasional

7 November 2018 13:23 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Brushcraft, produk handmade yang dibuat dari olahan mebel. (Foto: Dok. Kanal Bali)
zoom-in-whitePerbesar
Brushcraft, produk handmade yang dibuat dari olahan mebel. (Foto: Dok. Kanal Bali)
ADVERTISEMENT
Kreativitas memang sudah seharusnya menembus batas. Barang yang tadinya dipandang sebelah mata ternyata bisa diubah menjadi sesuatu yang bernilai ekonomi tinggi.
ADVERTISEMENT
Seperti yang dilakukan oleh Zakaria Palgunadi, pemuda asal Bali yang berhasil menciptakan produk kerajinan tangan yang terbuat dari limbah mebel. Usaha ini ia beri nama Brushcraft. Pria yang akrab disapa Ayik ini mengawali usahanya dari beberapa sampel kuksa atau gelas yang terbuat dari kayu dengan beberapa ukuran dan berberapa bentuk.
Produk kuksa sendiri sebenarnya berasal dari Skandinavia. Ia melakukan modifikasi untuk memberikan sentuhan rasa Bali pada produknya. Ia juga membuka jasa custom untuk model kuksa dengan sentuhan kearifan lokal.
Ayik menggunakan limbah kayu jati Bali, kayu jati mas dan jati Sumbawa untuk menciptakan kuksa karena dinilai memiliki kualitas yang paling terbaik. Untuk proses pengerjaannya sendiri, ia membatasi hanya 12 produk setiap kali produksinya.
ADVERTISEMENT
"Jenis kayu ini masih yang terbaik dari sisi serat kayu dan tekstur jenis ini masih paling pas," kata Ayik ketika ditemui di ajang Maker Fast 2018, Lapangan Niti Mandala Renon, Denpasar, Sabtu, (3/11).
Brushcraft, produk handmade yang dibuat dari olahan mebel. (Foto: Dok. Kanal Bali)
zoom-in-whitePerbesar
Brushcraft, produk handmade yang dibuat dari olahan mebel. (Foto: Dok. Kanal Bali)
Ayik mengatakan bahwa permintaan tidak hanya datang dari masyarakat lokal, tapi juga internasional. Meskipun banyak peminat, Ayik tidak menggebu-gebu dalam menentukan jumlah produksinya. Ia memiliki strategi untuk melihat tanggapan pasar terlebih dahulu.
Hingga saat ini, bisnis yang ia geluti sejak 2016 silam, telah merambat ke pasar Eropa, Australia, hingga Amerika. Di Indonesia sendiri, pemesanan paling banyak datang dari Pulau Jawa, Sulawesi, Kalimantan, dan Sumatra.
Bisnisnya kini telah banyak dikenal orang, terlebih ia kenal dengan banyak komunitas yang membantu bisnisnya untuk lebih dikenal.
ADVERTISEMENT
"Kalau produk saya saat ini juga di-support oleh beberapa kedai kopi termasuk Robi, vokalis Navicula, yang juga tertarik dengan ini," ujarnya
Untuk harganya sendiri, satu produk kuksa berukuran standar 180 ml dibanderol dengan harga mulai dari Rp 150 ribu.