news-card-video
Jakarta
imsak
subuh
terbit
dzuhur
ashar
maghrib
isya

Wajah Transportasi DKI: MRT yang Modern dan MetroMini yang Tak Layak

20 Maret 2019 8:24 WIB
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Metromini dan MRT. Foto: Fanny Kusumawardhani/kumparan dan Iqbal Firdaus/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Metromini dan MRT. Foto: Fanny Kusumawardhani/kumparan dan Iqbal Firdaus/kumparan
ADVERTISEMENT
Bicara soal transportasi Jakarta, tak lepas kaitannya dengan aneka ragam moda yang hadir di tengah hiruk-pikuk masyarakat urban ibu kota.
ADVERTISEMENT
Ada yang dielu-elukan dengan segala kecanggihannya, namun ada pula yang sedang berjuang di tengah dinamika transportasi modern. Keduanya adalah Mass Rapid Transit (MRT) dan MetroMini. Dua wajah beda transportasi publik Jakarta, namun nyata ada di tengah-tengah kita.
Hingga kini, MRT Jakarta Fase I yang dikerjakan oleh konsorsium kontraktor Jepang-Indonesia, telah melewati tahap uji coba publik sejak Selasa (12/3) lalu dan direncanakan siap beroperasi penuh pada 24 Maret 2019 mendatang.
Pada fase I, MRT Jakarta rute Bundaran HI-Lebak Bulus memiliki panjang 16 kilometer (km), terdiri dari 10 km jalur layang atau elevated dan 6 km jalur bawah tanah atau underground.
Suasana uji coba publik perdana MRT Jakarta, Selasa (12/3). Foto: Iqbal Firdaus/kumparan
Nantinya di rute itu akan terdapat 7 stasiun layang, yakni di Lebak Bulus, Fatmawati, Cipete Raya, Haji Nawi, Blok A, Blok M, dan Sisingamangaraja. Di samping itu, ada juga 6 stasiun bawah tanah, yaitu Senayan, Istora, Bendungan Hilir, Dukuh Atas, dan Bundaran HI.
ADVERTISEMENT
Pada Selasa (19/3), Presiden Jokowi pun kembali menjajal MRT. Ia mengatakan, kualitas dari MRT tersebut sangat baik. Menurut dia, selanjutnya pemerintah akan langsung melanjutkan pembangunan MRT fase II rute Bundaran HI-Jakarta Kota.
"Ini langsung mulai (pembangunan MRT Fase II) nanti hari Minggu groundbreaking untuk fase kedua," kata Jokowi di Depo MRT Lebak Bulus, Jakarta, Selasa (19/3).
Soal kecanggihan, tak salah memang, MRT Jakarta dilengkapi dengan teknologi modern yang mumpuni.
Presiden Joko Widodo mencoba MRT Jakarta Foto: Biro Pers/Muchlis
Dilansir laman Jakarta Smart City, MRT Jakarta memiliki teknologi Communication-Based Train Control (CBTC). CBTC dikendalikan dari ruangan Operation Control Center (OCC) oleh para petugas yang disebut Traffic Dispatcher.
Dengan sistem ini, kereta MRT dapat terlacak lokasinya secara tepat dan akurat, sehingga perjalanan akan lebih terkelola secara efisien, aman, dan nyaman.
Petugas melakukan pengecekan kereta Mass Rapid Transit (MRT) di Stasiun Lebak Bulus. Foto: ANTARA FOTO/Muhammad Adimaja
Tak hanya itu, pantauan kumparan di lokasi saat uji coba, Selasa (12/3), kondisi MRT tampak modern dengan berbagai fasilitas lengkap seperti CCTV, AC, hingga platform screen doors yang mencegah agar tidak ada penumpang yang terjepit, memastikan pintu tertutup sempurna, serta pintu yang juga dilengkapi suara alarm.
ADVERTISEMENT
Menengok MetroMini Kini
Masih di bentang jalanan kota Jakarta, kondisi transportasi lain, MetroMini, justru menunjukkan situasi jomplang dengan berbagai keterbatasan yang ada. Mirip bumi dan langit.
Tak hanya jumlah armadanya yang kian terkikis, tapi banyak juga kondisi fisiknya yang sudah tak laik beroperasi.
Angkutan umum Metromini Jakarta jurusan Pasar Minggu - Blok M, di Pasar Minggu, Jakarta Selatan, Selasa (19/3). Foto: Nurul Nur Azizah/kumparan
kumparan, Selasa (19/3), mendatangi pool MetroMini di Terminal Pasar Minggu, Jakarta Selatan. Waktu menunjukkan pukul 09.00 WIB, suasana terminal tampak sepi. Hanya ada dua unit bus MetroMini yang terparkir dengan sopir yang terlelap di kursi belakang.
“Ramainya di terminal sini jam setengah enam pagi, ya paling ada 10-an bus, kalau dulu ramai ini, sampai penuh di sini,” kata seorang juru parkir, Salihin (45) kepada kumparan.
Sopir angkutan umum Metromini Jakarta jurusan Pasar Minggu - Blok M, di Pasar Minggu, Jakarta Selatan, Selasa (19/3). Foto: Nurul Nur Azizah/kumparan
Menyusuri jalan dekat lokasi pasar, kumparan kemudian naik di salah satu MetroMini yang sedang menunggu penumpang. Setelah belasan menit, kursi MetroMini yang mayoritas terisi pun tancap gas.
ADVERTISEMENT
Bus yang berwarna dominan orange itu pun, melaju dengan kondisi beberapa kali ngerem mendadak. Teriakan penumpang, menambah riuh dan sesak kondisi MetroMini nomor 75 jurusan Pasar Minggu-Blok M yang tanpa AC itu.
“Itu sopirnya emang suka ugal-ugalan, saya pernah negor, tapi ya gimana,” celetuk salah seorang penumpang paruh baya, Sis (60).
Suasana di dalam angkutan umum Metromini Jakarta jurusan Pasar Minggu - Blok M, Selasa (19/3). Foto: Nurul Nur Azizah/kumparan
Sis mengatakan, armada MetroMini kini memang bisa dikatakan tidak laik melayani penumpang ibu kota. Misalnya saja, kondisi tempat duduk yang kotor dan catnya luntur, bau apek, udara panas, hingga banyaknya pengamen yang tak jarang membuat kurang nyaman.
Benar saja, selama kurang dari 10 menit MetroMini melaju, para pengamen pun terlihat hilir mudik bertandang. Bahkan ada pula yang sengaja meminta uang dengan nada intimidatif.
ADVERTISEMENT
“Uang bapak ibu tidak dibawa mati, jangan pelit-pelit untuk memberi, gopek seribu rupiah diterima,” ujar salah seorang pengamen.
Sis lantas melanjutkan, soal standar keamanan yang menurutnya juga sangat tak terjamin.
“Kita tahu ada copet, makanya hati-hati aja tasnya, pokoknya sebelum keluar ditaruh di depan,” kata dia.
Angkutan umum Metromini Jakarta. Foto: Nurul Nur Azizah/kumparan
Meski begitu, ia menyebut tetap menggunakan layanan MetroMini karena terbilang lebih praktis untuk suatu kondisi tertentu.
“Sudah lama suka naik ini, langsung naik, turun langsung bayar,” ucap dia.
Salah seorang pengemudi MetroMini jurusan Pasar Minggu-Blok M, Marbut tak menampik kondisi kurang laiknya armada bus MetroMini yang ia kemudikan.
Ia menerangkan, kondisi sulit memang sedang dirasakan para pengemudi MetroMini. Imbasnya, penyediaan MetroMini yang dikelola oleh bos perorangan itu terabaikan.
ADVERTISEMENT
“Ya kita mikirnya cuma kejar setoran, itu saja sudah sulit sekarang ini. Kita nyetor Rp 200 ribu per hari, sedangkan jumlah penumpang juga sudah menurun, 70 persen ada kali,” katanya ditemui kumparan di pool MetroMini Blok M.
Tak hanya Marbut, kondisi serupa juga dialami sopir MetroMini lainnya, Puji. Ia mengaku terkadang juga perlu menombok jika setoran tidak cukup.
“Ya mau gimana lagi, cuma ini yang bisa dilakukan,” katanya pasrah.