Wall Street Bervariasi Imbas Laporan Keuangan Emiten dan Perang Dagang

11 Februari 2019 7:42 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi Wall Street Foto: Wikimedia Commons
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi Wall Street Foto: Wikimedia Commons
ADVERTISEMENT
Bursa saham Amerika Serikat (AS) atau Wall Street bervariasi pada penutupan perdagangan akhir pekan lalu. Indeks saham acuan S&P 500 dan Nasdaq menguat tipis didukung hasil laporan keuangan perusahaan yang positif.
ADVERTISEMENT
Laporan keuangan yang membaik membuat S&P 500 dan Nasdaq berhasil meningkat. Sementara ketidakpastian dari perang dagang membuat Dow Jones harus turun dari posisi tertingginya.
Dilansir Reuters, Senin (11/2), indeks saham Dow Jones (DJIA) turun 63,2 poin atau 0,25 persen ke posisi 25.106,33. Indeks saham S&P 500 (SPX) menguat tipis 1,83 poin atau 0,07 persen ke posisi 2.707,88. Indeks saham Nasdaq (IXIC) bertambah 9,85 poin atau 0,14 persen ke posisi 7.298,20.
Selama sepekan, indeks Dow Jones naik 0,17 persen, indeks S&P 500 menguat 0,05 persen dan indeks Nasdaq bertambah 0,47 persen.
Saham Coty Inc, Mattel, dan Motorola Solutions Inc melonjak usai perseroan melaporkan hasil kuartalan yang lebih baik dari perkiraan.
ADVERTISEMENT
Selain itu, saham Electronic Arts Inc melonjak usai melemah pada Rabu pekan lalu. Kenaikan saham itu didorong oleh perseroan yang menyatakan permainan Apex Legends telah menarik 10 juta pemain dalam tiga hari. Saham Electronic Arts dan Motorola Solutions menjadi pendorong terbaik untuk indeks saham S&P 500.
Sebelumnya, Wall Street terseret kekhawatiran negosiasi perdagangan. Sentimen itu terus membebani investor.
Ilustrasi Wall Street Foto: Wikimedia Commons
Pada Kamis pekan lalu, Presiden AS Donald Trump menuturkan tidak berencana untuk bertemu Presiden China Xi Jinping sebelum batas waktu yang ditetapkan mencapai kesepakatan.
Sementara perwakilan dagang AS Robert Lighthizer dan Menteri Keuangan AS Steven Mnuchin akan melakukan perjalanan ke Beijing untuk pertemuan tingkat utama pada 14-15 Februari. Usai sesi berlalu, indeks saham utama Wall Street kembali melemah.
ADVERTISEMENT
"Apa yang diharapkan berdasarkan performa pasar adalah risiko kalau pelaku pasar akan melihat kenaikan tarif lain. Namun, risiko itu akan ditimpa oleh beberapa jenis perjanjian. Ini bukan indikator yang menunjukkan kekhawatiran investor pada saat ini," ujar Chief Invesment Strategis Oppenheimer Asset Management John Stoltzfus.
Adapun indeks saham S&P 500 meningkat lebih dari 15 persen dari posisi terendah selama 20 bulan di Desember. Ini didorong oleh Federal Reserve yang cenderung melunak pada kebijakan moneternya atau dovish.
Dari perusahaan yang masuk indeks saham S&P 500 yang telah melaporkan data hasil kuartalan, 71,5 persen mengalahkan perkiraan pasar. Para analis memperkirakan, laba kuartal saat ini turun 0,1 persen dari tahun sebelumnya.
Volume perdagangan di Wall Street tercatat 6,83 mliar saham. Angka ini lebih rendah dari rata-rata perdagangan selama 20 hari sekitar 7,46 miliar saham.
ADVERTISEMENT