Wall Street Melemah Seiring Berlanjutnya Kurva Imbal Hasil Terbalik

28 Maret 2019 7:31 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi Wall Street Foto: Wikimedia Commons
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi Wall Street Foto: Wikimedia Commons
ADVERTISEMENT
Bursa saham Amerika Serikat (AS) atau Wall Street melemah seiring imbal hasil (yield) obligasi kembali turun dan kurva terbalik yang berkepanjangan mendorong kekhawatiran perlambatan ekonomi AS.
ADVERTISEMENT
Kurva yield obligasi pemerintah AS yang terbalik yakni saat yield jangka panjang justru lebih rendah dari jangka pendek. Padahal normalnya, yield jangka panjang lebih tinggi dari jangka pendek.
Kurva yield terbalik ini akurat menjadi indikator penanda akan munculnya krisis.
Pekan lalu, yang baru mengalami kondisi terbalik adalah imbal hasil obligasi pemerintah AS tenor 10 dan 3 tahun. Imbal hasil obligasi pemerintah AS tenor 10 tahun berada pada 2,44 persen atau menurun 0,26 persen dalam sebulan. Imbal hasil tersebut juga sedikit lebih rendah dibandingkan obligasi tenor tiga bulan sebesar 2,46 persen.
Dilansir Reuters, Kamis (28/3), indeks saham Dow Jones (DJIA) turun 32,14 poin atau 0,13 persen ke posisi 25.625,59. Indeks saham S&P 500 (SPX) juga turun. 13,09 poin atau 0,46 persen ke posisi 2.805,37. Indeks saham Nasdaq (IXIC) susut 48,15 poin atau 0,63 persen ke posisi 7.643,38.
ADVERTISEMENT
Yield obligasi pemerintah AS bertenor 10 tahun merosot ke posisi terendah dalam 15 bulan. Hal ini karena investor tetap fokus pada bank sentral global yang cenderung dovish.
Kurva imbal hasil terbalik untuk pertama kalinya terjadi pada Jumat pekan lalu setelah 2007. Jika hal ini berlanjut, beberapa ahli mengatakan, hal itu bisa menunjukkan kemungkinan resesi terjadi dalam satu hingga dua tahun lagi.
Adapun saham bank dan keuangan merosot, dengan indeks sektor saham keuangan S&P 500 turun 0,4 persen di Wall Street.
"Kurva imbal hasil terbalik, itu lah yang membuat investor khawatir dan itulah sebabnya Anda mendapatkan aksi jual di sini. Ini jelas merupakan indikator ekonomi yang melambat, dan apakah mengalami resesi atau tidak, tidak ada yang benar-benar tahu. Tapi ini akan membuat jeda di pasar," ujar Presiden Direktur Alan B. Lancz and Associates Inc, Alan Lancz.
ADVERTISEMENT
Kekhawatiran tentang pertumbuhan global terjadi di tengah data ekonomi yang melemah. Bank Sentral AS atau Federal Reserve pun cenderung kurang agresif dan berpotensi tidak menaikkan suku bunga di 2019. Tak hanya itu, Bank Sentral Eropa juga menunda rencana kenaikan suku bunga di tengah meningkatnya ancaman pertumbuhan ekonomi.
Saham Lennar Corp naik 3,9 persen seiring produsen rumah itu mengatakan pasar perumahan akan membaik. Sementara itu, saham KB Home menguat 2,7 persen.
Saham Centene Corp turun 5 persen, usai firma asuransi kesehatan ini mengatakan akan membeli perusahaan yang pesaingnya lebih kecil, WellCare Health Plans Inc senilai USD 15,27 miliar. Saham WellCare melonjak 12,3 persen.
Volume perdagangan saham di Wall Street tercatat 6,97 miliar saham AS. Angka ini lebih rendah dibandingkan rata-rata perdagangan saham 7,64 miliar saham selama 20 hari sesi perdagangan terakhir.
ADVERTISEMENT