Warga Karawang Sulap Rumput Laut Jadi Pakan Ikan hingga Produk Makanan

25 September 2019 18:59 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Aktivitas pengemasan rumput laut kering di gudang milik Koperasi Mina Agar Makmur di Desa Sedari, Kabupaten Karawang, Jawa
Barat sebelum dikirim ke pabrik agar-agar. Foto: Ema Fitriyani/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Aktivitas pengemasan rumput laut kering di gudang milik Koperasi Mina Agar Makmur di Desa Sedari, Kabupaten Karawang, Jawa Barat sebelum dikirim ke pabrik agar-agar. Foto: Ema Fitriyani/kumparan
ADVERTISEMENT
Sebagai warga pesisir, masyarakat Karawang di Jawa Barat terbiasa hidup berdampingan dengan rumput laut. Selain bandeng dan udang, ekonomi warga di sana bergantung pada budi daya komoditas berserat tinggi ini.
ADVERTISEMENT
Kepala Koperasi Mina Agar Makmur, Usup Supriatna, mengatakan rumput laut yang dibudi daya warga Karawang umumnya diproduksi menjadi rumput laut kering. Barang tersebut kemudian dijual kepada pabrik agar-agar PT Agarindo Bogatama yang terkenal dengan brand Swallow dari Jepang.
Tapi, selain dijual kepada pabrik agar-agar, warga yang tergabung dalam koperasi juga mulai memanfaatkan rumput laut ini menjadi pakan ikan hingga produk makanan seperti bihun yakni agar strip.
Untuk pakan ikan, Usup menjelaskan bahan yang digunakan adalah remahan atau sisa rumput laut kering di gudang saat diproduksi untuk pengiriman ke pabrik agar-agar. Remahan tersebut diolah menjadi pelet ikan bandeng yang dibudi daya di satu tambak.
"Pelet ini sebenarnya kandungan proteinnya sama dengan pakan ikan lainnya. Tapi seratnya lebih tinggi. Jadi bikin produksi bandengnya bagus-bagus," kata dia di Desa Sedari, Karawang, Jawa Barat, Rabu (25/9).
ADVERTISEMENT
Sebelum digabung dalam satu area tambak, produksi rumput laut dan bandeng terpisah. Pun dengan budi daya udang. Tapi setelah Pertamina EP Asset 3 Tambun Field memberikan bantuan dan pengarahan pada koperasi ini, kata Usup, budi daya ketiganya digabung. Dengan begitu, rupanya lumut-lumut rumput laut di perairan bisa dimakan oleh bandeng.
"Jadi kan panen rumput laut dan bandeng bergantian. Tak habis jadinya," ucapnya.
Rumput laut kering produksi Koperasi Mina Agar Makmur di Desa Sedari, Kabupaten Karawang, Jawa Barat. Foto: Ema Fitriyani/kumparan
Ubah Rumput Laut Jadi Mi Kristal
Sirkular ekonomi dari rumput laut tak berhenti di situ. Usup yang merupakan warga asli sana juga memproduksi agar-agar strip. Ini merupakan mi kristal dari agar-agar.
Program baru dari koperasi ini, kata dia, tercipta karena ibu-ibu di sekitar tambak juga ingin bisa diberdayakan. Akhirnya, kata dia, koperasi membuat Dapur Kreatif Anugerah Pertiwi untuk memproduksi mi kristal dari agar-agar.
ADVERTISEMENT
Untuk harganya, mi kristal agar strip dijual sekitar Rp 30-40 ribu per kg. Harga ini jauh lebih murah dari bihun serupa yang diimpor dari China seharga Rp 80 ribu per kg. Padahal, bahan baku mi kristal agar China beli dari pabrik agar-agar Indonesia.
"Dari petani ke pabrik, lalu kita olah di sini. Jadi perputaran uang ada di sini," tutur Usup.
Sebagai mitra bisnis, Direktur PT Agarindo Bogatama, Soerianto Kusnowirjono mengatakan inovasi yang dilakukan koperasi tersebut sangat menarik. Meski begitu, perusahaan belum bisa menyerap produksi bihun agar strip warga. Ke depannya dia menjanjikan bakal membantu mencarikan pasar bagi produksi Dapur Kreatif Anugerah Pertiwi.
Rumput laut kering produksi Koperasi Mina Agar Makmur di Desa Sedari, Kabupaten Karawang, Jawa Barat. Foto: Ema Fitriyani/kumparan
Tak Mau Ketinggalan Teknologi
Selain berinovasi di bidang pakan ikan hingga makanan, warga pesisir Karawang juga tak mau ketinggalan kemajuan teknologi. Setelah berdiskusi dengan tim Corporate Social Responsibility PEP Asset 3 Tambun Field, Usup dan anggota koperasi memutuskan membuat aplikasi bernama Seanergy sejak tiga bulan lalu.
ADVERTISEMENT
Aplikasi yang sudah bisa diunduh di Playstore ini, kata dia, memudahkan komunikasi sesama petani tambak jika ada masalah dalam budi daya. Sebagai contoh, ketika si petani mendapati tambaknya banyak lumut, dia bingung apakah boleh dipanen atau tidak, bisa bertanya dalam aplikasi Seanergy melalui fitur chatting.
Dalam aplikasi itu juga, petambak lain dari berbagai daerah bisa bergabung. Misalnya petani dari Subang bisa memasukkan data mitra koperasi, lokasi tambak, jumlah produksi, dan data lainnya.
"Memang masih perlu penyempurnaan dari aplikasi ini tapi ini langkah kami menyambut era digital. Walaupun tinggal di pesisir, tapi pola kami kotalah, tidak di kampungan," ucapnya.
PEP Asset 3 Tambun Field membina koperasi yang diketuai Usup sejak 2015. Diakui Manager PEP Asset 3 Tambun Field Ceppy Agung Kurniawan, kala itu masing-masing petani tambak produksi sendiri-sendiri.
ADVERTISEMENT
Tapi sejak 2016, mereka bergerak secara kelembagaan. Mitra koperasi Mina Agar Makmur pun tak hanya di Karawang, tapi juga sudah meluas ke Bekasi, Subang, dan Indramayu.
Dengan perputaran ekonomi berkelanjutan yang dilakukan di Karawang ini, aset Koperasi Mina Agar Makmur bertambah yang sebelumnya pada 2010 hanya Rp 25 juta sekarang sudah ratusan juta.
Aktivitas pengemasan rumput laut kering di gudang milik Koperasi Mina Agar Makmur di Desa Sedari, Kabupaten Karawang, Jawa Barat sebelum dikirim ke pabrik agar-agar. Foto: Ema Fitriyani/kumparan
Pun dengan upah para petani. Untuk upah tenaga panen dibayar Rp 1.800 per kg. Sementara rata-rata per tenaga panen berhasil mengumpulkan 100-200 kg per hari. Jadi, pendapatan kotor per tenaga panen per hari bisa mencapai Rp 200 ribu.
"Ya alhamdulillah sekarang petaninya makin banyak, omzet per bulan Rp 600-700 juta, bahkan kadang Rp 1miliar per bulan. Makanya ada aplikasi Seanergy juga untuk kontrol itu semua," ucap Usup.
ADVERTISEMENT