Wawancara Khusus: Menyikapi 60 Tahun Hubungan Indonesia-Jepang

8 September 2017 9:55 WIB
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
ADVERTISEMENT
Hubungan Indonesia dengan Jepang akan genap berusia 60 tahun pada 20 Januari 2018. Ini menjadi momentum untuk lebih mempererat lagi hubungan kedua negara terutama di bidang ekonomi.
ADVERTISEMENT
Utusan Khusus Indonesia untuk Jepang Rachmat Gobel bercerita apa saja pencapaian yang telah dilakukan Jepang untuk Indonesia dalam beberapa tahun terakhir. Gobel menyatakan, Jepang merupakan partner utama Indonesia begitu pula sebaliknya.
Lantas, bagaimana hubungan ekonomi kedua negara di masa depan? Berikut wawancara khusus kumparan (kumparan.com) dengan Rachmat Gobel saat bertemu di Fairmont Hotel, Jakarta, Rabu (6/9).
Rachmat Gobel (Foto: Resnu Andika/kumparan)
Sebagai Utusan Khusus Indonesia untuk Jepang, apa saja yang telah Bapak lakukan?
Saya kira-kira dalam setahun sebagai Utusan Khusus, kurang lebih bisa setengah tahun ada di Jepang. Bolak-balik terus. Capek tetapi kita nikmatin dong pekerjaan ini.
Lalu, bagaimana perkembangan hubungan ekonomi Indonesia-Jepang saat ini?
Bagus, investasi Jepang kalau dilihat tahun lalu itu 2 kali lipat dari tahun sebelumnya. Nah, sekarang saya sedang ikut bagaimana mendorong dan menyukseskan program-program strategis yang sudah dibicarakan antara Presiden (Jokowi) dengan Perdana Menteri Jepang Shinzo Abe. Misalnya Pelabuhan Patimban, (kereta cepat) Jakarta-Surabaya, terus MRT (Mass Rapid Transit).
ADVERTISEMENT
Kemudian juga kemarin program percepatan pembangunan tol Trans Sumatera, belum lagi bagaimana bisa ikut mendorong program yang sudah dibuat Kementerian Pariwisata, total ada 10 destinasi. Lalu mendorong program KKP termasuk Morotai itu yang sedang dikerjakan. Besar angkanya berapa triliun, saya lupa angkanya.
Komitmen apa yang ditawarkan Jepang kepada Indonesia?
Indonesia ini pangsa pasar yang besar. Kita masih punya sumber daya alam dan hasil bumi yang bagus. Tentunya ini yang membuat semua negara tertarik berinvestasi di Indonesia. Tetapi kita masih banyak PR di dalam negeri, misalnya Bapak Presiden kemarin sudah mengumumkan Paket Kebijakan VI. Kita semua perbaiki karena menghadapi era globalisasi. Kita harus terbuka jangan tertutup, kita harus melihat manfaatnya. Kalau investasi di Indonesia tetapi loan-nya tinggi tetapi itu kan investasi yang produktif. Banyak yang melihat dari sisi negatif bukan positifnya.
ADVERTISEMENT
Seperti proyek infrastruktur yang dibangun Bapak Presiden itu untuk membangun ekonomi nasional lebih baik. Jalan dirapikan untuk apa? Supaya logistik bisa lebih murah, pelabuhan dibangun sehingga antar pelabuhan bisa menjadi pelayanan terbaik kepada kliennya. Ini kan bagus. Membangun efektif dan produktif dan kompetisi yang bagus.
Nanti ada Pelabuhan Patimban, sebelumnya sudah ada Tanjung Priok. Ini kan bagus jadi ada kompetisi. Kalau hanya 1 ya monopoli jadi enggak baik.
Pengusaha Rachmat Gobel (Foto: Dewi Rachmat.K/kumparan)
Singapura masih menjadi investor terbesar di Indonesia sedangkan Jepang nomor dua, Apakah Jepang bisa menyalip Singapura?
Kalau pemerintah sudah melakukan perbaikan secara konsisten, saya yakin bisa. Jepang ini nomor 1 sekarang menurut saya. Yang direct memang terhitung tetapi yang indirect ini yang tidak terhitung. Lewat Singapura itu investasi mana yang banyak? ya Jepang. Investasi di sektor rill sangat banyak. Misalnya otomotif yang sudah jadi basis industri. Toyota sudah masuk ke sini, Suzuki juga sudah masuk basis produksi. Basis produksi itu buat domestik dan ekspor. Daihatsu R&D nya sudah ada di Indonesia, kemarin YKK sedang berpikir memindahkan R&D ke Indonesia. Kalau sudah banyak nilai posisi Indonesia kelihatan sekali. Nilai SDM kita kelihatan bagus juga kalau R&D nya ada di sini. Artinya orang Indonesia berperan. Saya berharap semua akan menjadikan Indonesia sebagai pusat R&D nya dengan dukungan dari SDM dan sumber daya alamnya.
ADVERTISEMENT
YKK berencana memindahkan R&D ke Indonesia, saat ini R&D masih dilakukan di mana?
Di Jepang.
Lantas apa yang Bapak lakukan untuk meningkatkan hubungan Indonesia-Jepang, terutama di bidang ekonomi?
Saya ini harus keliling, promosi, cerita tentang apa (itu Indonesia) dan cari komplain mereka. Kan saya harus begitu. Saya itu hanya satu bagaimana mewujudkan cita-cita saya, mengangkat value orang Indonesia. Makanya urusan jamu pun saya urus karena ada value di situ. Bagaimana melihat orang-orang di industri jamu ketawa mereka. Ada kebanggaan dan itu bagian dari NKRI. Kalau kita punya produk berkualitas itu kan bagian dari semangat NKRI kita.