Wawancara Khusus: Pertamina Wajib Cari Mitra untuk Kelola Blok Rokan

20 Agustus 2018 12:36 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ignasius Jonan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral saat ditemui di kantornya, Rabu (15/8/18). (Foto: Fanny Kusumawardhani/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Ignasius Jonan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral saat ditemui di kantornya, Rabu (15/8/18). (Foto: Fanny Kusumawardhani/kumparan)
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Blok Rokan dan Blok Mahakam, ladang minyak dan gas terbesar Indonesia yang selama setengah abad dikelola kontraktor asing, diserahkan pada PT Pertamina (Persero).
ADVERTISEMENT
Blok Mahakam sudah resmi dioperasikan Pertamina sejak 1 Januari 2018 lalu. Sedangkan Blok Rokan akan dikelola Pertamina mulai 8 Agustus 2021.
Presiden Joko Widodo (Jokowi) dalam beberapa kesempatan menyebut kembalinya Blok Rokan dan Mahakam ke pangkuan Ibu Pertiwi ini agar kekayaan alam sebesar-besarnya untuk kemakmuran rakyat.
Di sisi lain, tidak diperpanjangnya kontrak perusahaan-perusahaan migas raksasa asing ini dapat berdampak negatif pada iklim investasi.
Selain itu, ada risiko produksi migas nasional bakal anjlok jika Pertamina tak mampu mengelola Blok Rokan dan Mahakam dengan baik. Negara tentu dirugikan kalau produksi Blok Rokan dan Mahakam merosot.
Dalam wawancara khusus dengan kumparan, Menteri ESDM Ignasius Jonan menepis semua kekhawatiran itu. Berikut kutipannya:
Mengapa sumber-sumber daya alam yang tadinya dikelola perusahaan asing, kini diserahkan ke BUMN?
ADVERTISEMENT
Sebenarnya dalam persoalan ketahanan energi itu tidak ada kaitan langsung dengan apa yang disebut corporate action. Saya kasih contoh misalnya Freeport. Freeport sudah Head of Agreement, sudah tanda tangan, mungkin akhir September selesai transaksinya.
Mahakam, sudah habis 50 tahun kontraknya, kita kasih ke Pertamina. Pertamina bayar ke kita, ini komersial saja. Sebenarnya dulu kita maunya berdua, Pertamina dan juga Total. Tapi akhirnya Total mengajukan penawaran yang menurut kami tidak reasonable, secara komersial kita tinggal saja, ya sudah.
Sama dengan Rokan, Chevron prioritas kok. Di Peraturan Menteri saya yang dikritik oleh banyak pengamat, kenapa kok prioritasnya bukan Pertamina atau badan usaha dalam negeri? Kita prioritas tetap kepada operator eksisting. Chevron kasih penawaran, kita enggak happy. Kita tanya ke Pertamina, you minat enggak? Terserah lho dia minat atau enggak, ini komersial.
ADVERTISEMENT
Pak Presiden arahannya selalu tidak boleh ada semangat nasionalisasi. Ini komersial aja. Kebetulan Pertamina menawarkan kompensasi yang lebih besar, ya kita ambil itu. Kan sama-sama badan usaha. Kalau waktu itu Pertamina enggak mau ikut, ya sudah ke Chevron lagi.
Meski demikian, ada kesan nasionalisasi. Apakah ini tidak akan berdampak negatif pada iklim investasi di sektor migas?
Enggak juga. Kalau misalnya begini, Pertamina sudah kita wajibkan cari partner. Lalu Pertamina akhirnya bilang boleh enggak patungan lagi dengan Chevron di Blok Rokan? Silakan saja, bicara saja secara business to business. Yang ditekankan Bapak Presiden, transaksi ini komersial.
Kalau orang tanya kok dikasih ke Pertamina? Pertamina memberi penawaran lebih bagus untuk negara. Apa berani saya? Misalkan Pertamina menawarkan dua kali lipat (dibanding Chevron) lebih bagus kompensasinya kepada pemerintah, terus saya tanda tangan untuk Chevron, saya masuk penjara suatu saat nanti kalau sudah enggak jadi menteri. Itu disuruh siapa pun pasti saya enggak berani kalau posisinya kayak begitu.
Ignasius Jonan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral saat ditemui di kantornya, Rabu (15/8/18). (Foto: Fanny Kusumawardhani/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Ignasius Jonan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral saat ditemui di kantornya, Rabu (15/8/18). (Foto: Fanny Kusumawardhani/kumparan)
Apakah pemerintah tidak khawatir produksi minyak Blok Rokan anjlok setelah dikelola Pertamina?
ADVERTISEMENT
Betul, makanya di dalam Keputusan Menteri yang saya buat, kita syaratkan bahwa Pertamina wajib melakukan kerja sama atau partnership dengan badan usaha hulu migas yang berpengalaman. Dengan tujuan untuk mempertahankan atau meningkatkan produksi.
Itu diwajibkan, sebelum alih kelola pada 8 Agustus 2021. Dia harus cari mitra, ada waktu 3 tahun, masa 3 tahun cari mitra enggak bisa?
Berkaca dari produksi gas Blok Mahakam yang turun 30 persen setelah dikelola Pertamina, bagaimana agar alih kelola Blok Rokan lebih baik?
Makanya harus cari partner sebelum 8 Agustus 2021. Kalau Mahakam, saya kira kalau produksinya turun terus, mungkin konsesi Pertamina akan kita pertimbangkan lagi.
Pertamina harus cari mitra di Mahakam?
ADVERTISEMENT
Harus.
Dengan kontrak bagi hasil gross split dan dikelola Pertamina, apakah bagi hasil untuk negara dari Blok Rokan akan lebih baik?
Lebih bagus.
Perbandingannya?
Begini, ini kan tergantung harga minyak, rumus bagi hasilnya banyak. Lebih bagusnya itu kita tidak terkaget-kaget orang klaim cost recovery itu lebih besar atau lebih kecil. Kan kita sudah dapat bagi hasil di depan, sudah selesai.