YLKI Soal Kantong Plastik Berbayar Rp 200: Kurang Efektif

2 Maret 2019 9:45 WIB
comment
2
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi Kantong Plastik Foto: Dok. Papermart
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi Kantong Plastik Foto: Dok. Papermart
ADVERTISEMENT
Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia (Aprindo) mengumumkan komitmen bersama dengan para anggotanya untuk melakukan kebijakan Kantong Plastik Tidak Gratis (KPTG). Langkah ini diterapkan mulai Jumat, 1 Maret 2019.
ADVERTISEMENT
Kantong plastik nantinya akan dikenakan biaya minimal Rp 200 per pcs. Alasannya, Aprindo ingin untuk melakukan edukasi kepada masyarakat untuk mengurangi penggunaan kantong plastik.
Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI) angkat bicara soal kebijakan kantong plastik berbayar ini. Menurut YLKI, langkah Aprindo menerapkan plastik berbayar, dari sisi praktis bisa dimengerti.
"Namun, plastik berbayar tersebut tidak akan efektif untuk mengurangi penggunaan kantong plastik oleh konsumen. Pasalnya nominal Rp 200 per kantong tidak akan mengganggu daya beli konsumen. Sekalipun konsumen dengan 5-10 kantong plastik saat belanja, konsumen hanya akan mengeluarkan Rp 1.000-Rp 2.000. Sebuah angka nominal yang tidak signifikan," kata Ketua YLKI Tulus Abadi melalui pesan singkat kepada kumparan, Sabtu (2/3).
ADVERTISEMENT
Ia menambahkan, seharusnya yang dilakukan Aprindo terkait kantong plastik lebih progresif lagi, yakni menggunakan kantong plastik ber-SNI, sesuai rekomendasi oleh BSN dan KLHK, yakni kantong plastik yang mudah terurai oleh lingkungan. 
"Masifnya penggunaan kantong plastik memang sudah sangat mengkhawatirkan. Sudah seharusnya pemerintah, pelaku usaha, produsen dan konsumen bersinergi untuk secara radikal mengurangi penggunaan kantong plastik," ucapnya. 
Tulus berpendapat, seharusnya masalah ini menjadi kebijakan dan gerakan nasional yang radikal oleh pemerintah pusat, bukan terfragmentasi secara sporadis di masing-masing daerah.
"Ini menunjukkan pemerintah, seperti KLHK, Kemendag, Kemenperin belum ada keseriusan, alias masih memble, untuk menyelamatkan pencemaran oleh sampah plastik. Dan seharusnya bukan hanya menyasar retailer modern saja, tetapi pasar-pasar tradisional, misalnya dimulai dari PD Pasar Jaya," ucapnya.
ADVERTISEMENT
"Dan, terakhir, bukan hanya kantong plastik saja, tetapi pembungkus plastik untuk kemasan makanan, minuman, kosmetik pun harus berbasis ramah lingkungan. Karena sampah pembungkusnya itulah sumber pencemaran lingkungan yang sejati," tutupnya.