10 Peristiwa Mengenaskan saat Wasit Dianiaya Pemain

8 Mei 2018 16:17 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Hakim garis menjadi korban amukan Persitema. (Foto: YouTube/PSIP TV)
zoom-in-whitePerbesar
Hakim garis menjadi korban amukan Persitema. (Foto: YouTube/PSIP TV)
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Sah-sah saja jika ingin protes kepada wasit. Toh, semua manusia di dunia ini punya isi kepala yang beda. Bahkan tiap kesebelasan sudah dipersilakan berbicara kepada wasit via kapten tim.
ADVERTISEMENT
Yang salah adalah jika protes tersebut dilayangkan dengan cara kekerasan. Itulah yang terjadi ketika laga Persitema Temanggung melawan PSIP Pemalang, Minggu (6/5/2018), berjalan 88 menit.
Di partai Liga 3 itu, para pemain Persitema protes akibat gol kedua PSIP. Wasit menilai bola sudah melewati garis gawang, sementara para pemain Persitema teguh menganggap bola belum melewatinya. Dan cara Persitema protes betul-betul tidak bisa diterima.
Di pinggir lapangan, hakim garis sudah mendapatkan lemparan dari suporter Persitema sebelum akhirnya mendapatkan pukulan. Sehingga, sang wasit pun memutuskan untuk berlari ke ruang ganti demi menyelamatkan diri.
Tahu apa yang menyedihkan dari hal tersebut? Ya, kejadian tersebut mengafirmasi bahwa menganiaya wasit adalah tindakan biasa di sepak bola Indonesia.
ADVERTISEMENT
Untuk menunjukkan seberapa biasa (dan oleh karenanya jadi miris) tindakan ini, kumparan (kumparan.com) pun akan memberikan beberapa kejadian serupa sejak dari 2004.
Persebaya Surabaya vs Persib Bandung (ISL 2004)
Eks wasit Jimmy Napitupulu juga pernah merasakan pengalaman tak mengenakkan saat menjadi wasit di Liga Indonesia. Saat menjadi pengadil di laga Persebaya Surabaya melawan Persib Bandung, April 2004, wasit asal Jakarta tersebut dipukul dari belakang usai babak pertama tuntas.
Implikasinya, ia pun menolak untuk menjadi wasit di babak kedua. Namun, pertandingan tetap berjalan karena posisinya digantikan Tavip Dwi Handaya.
Arema Malang vs PKT Bontang (ISL 2008/2009)
Ketika harus bertemu PKT Bontang di Stadion Kanjuruhan, Arema Malang mendapatkan ujian yang besar. Di laga yang terlaksana pada September 2008 itu, ‘Singo Edan’ terpaksa harus bermain dengan 10 pemain.
ADVERTISEMENT
Protes berlebihan dari Emile Bertrand Mbamba, penggawa Arema saat itu, adalah penyebab Suprihatin, wasit di laga ini, melayangkan kartu merah.
Rupanya, hal ini membuat kiper Arema saat itu, Kurnia Meiga, bertindak nekat. Bersamaan dengan Aremania -- panggilan suporter Arema -- yang tumpah ruah ke lapangan usai pertandingan, Kurnia pun menghajar Suprihatin. Kejadian ini mulanya bikin Kurnia mendapatkan larangan bermain setahun lamanya plus denda Rp 50 juta.
Namun, PSSI merevisi hukuman menjadi lima bulan dan denda Rp 30 juta akibat merasa Kurnia masih terlalu muda saat itu. Saat itu, usianya baru 18 tahun.
Persiba Balikpapan vs Persitara Jakarta Utara (ISL 2009/2010)
Laga Persiba Balikpapan melawan Persitara Jakarta Utara di Stadion Persiba Balikpapan, Desember 2009, tentulah takkan terlupakan bagi Jajat Sudrajat. Ya, di akhir laga tersebut, wasit asal Cianjur itu mendapatkan pukulan sehingga tubuhnya pun memar di sana sini.
ADVERTISEMENT
Ujung-ujungnya, Persiba pun dihukum denda Rp 50 juta plus tak boleh melakukan dua partai kandang oleh Komdis PSSI akibat gagal menjaga keamanan.
wasit dikeroyok sudah biasa di Liga Indonesia. (Foto: Twitter @thepopoh)
zoom-in-whitePerbesar
wasit dikeroyok sudah biasa di Liga Indonesia. (Foto: Twitter @thepopoh)
Persib vs Persija (ISL 2010/2011)
Ada hal konyol yang dilakukan Sudirman, asisten pelatih Persija Jakarta saat itu, ketika harus menghadapi Persib Bandung di ajang ISL musim 2010/2011.
Kala itu, Sudirman sedang kesal-kesalnya dengan wasit. Pikirnya, keputusan yang dilayangkan sang wasit selalu saja merugikan pihak ‘Macan Kemayoran’. Kekesalan tersebut berujung dengan tindakannya melempar kemasan air mineral kepada sang wasit.
Akibatnya, Sudirman pun dihukum larangan memasuki ruang ganti, area sekitar lapangan dan duduk di bangku cadangan pemain di dua pertandingan berikutnya.
PS Pidie Jaya vs PSAB Aceh Besar (Divisi Utama 2011/2012)
ADVERTISEMENT
Pemain PSAB juga pernah menganiaya wasit ketika harus menghadapi PS Pidie Jaya di Divisi Utama, Maret 2012. Insiden itu terjadi ketika laga berjalan 88 menit.
Saat itu, seorang pemain PSAB mendapatkan kartu kuning dari Ferianto, wasit di laga tersebut. Padahal, PSAB merasa bahwa justru pemain PSAB lah yang dijatuhkan oleh pemain Pidie. Alhasil, para pemain pun langsung mengerubungi Ferianto. Karena sang wasit asal Medan itu dengan pendiriannya, pemain, pelatih dan ofisial PSAB menajdi kesal.
Tak lama, ketiga pihak itu mengejar Ferianto untuk menghajarnya. Dan mengetahui itu, Ferianto pun berlari dengan kecepatan maksimal.
Pelita Bandung Raya vs Persiwa Wamena (ISL 2013)
Bagaimana rasanya memukul wasit tepat di depan muka? Tanya kepada Pieter Rumaropen. Ia pernah melakukannya ketika timnya saat itu, Persiwa Wamena, bertemu Pelita Bandung Raya (PBR) di Stadion Siliwangi, April 2013.
ADVERTISEMENT
Ketika itu, ia kesal betul dengan keputusan wasit untuk memberikan penalti kepada PBR setelah bek Persiwa, OK Jhon, melanggar Nova Arianto di kotak terlarang. Tak lama, tangan kirinya melayang ke muka Muhaimin, wasit di laga tersebut, dengan kencangnya. Setelah itu, Muhaimin pun hilang kesadaran.
Implikasinya, Pieter pun mendapatkan hukuman tak boleh membela klub di Indonesia lagi seumur hidupnya. Meski begitu, ia berhasil melakukan banding pada Januari 2015. Tindakan ini membuat Pieter menyesal seumur hidup.
Persebaya Surabaya vs Mitra Kukar (ISL 2014)
Baru laga pertama, ISL musim 2014 sudah ricuh saja. Di laga melawan Persebaya, Februari 2014, pelatih Mitra Kukar saat itu, Stefan Hansson, tak henti-hentinya kesal dengan keputusan sang wasit. Namun, ia tak sendiri. Ofisial dan para penggawa Mitra Kukar pun punya jalan pikiran yang tak jauh beda dengannya.
ADVERTISEMENT
Kemudian, ketika laga tersebut memasuki masa injury time, mereka semua mengepung sang wasit. Beruntung, polisi dan pihak keamanan bergerak cepat untuk mengamankan situasi.
Persik Kendal vs Persiku Kudus (Liga Nusantara 2016)
Di Kendal, kekerasan kepada wasit juga pernah terjadi. Setelah laga melawan Persiku Kudus, Agustus 2017, kelar, para pemain Persik Kendal langsung mengejar Supardi, wasit yang bertugas di laga ini, akibat merasa keputusan wasit berat sebelah. Implikasinya, polisi pun hadir untuk mengamankan Supardi untuk sekadar masuk ke ruang ganti.
Namun, intimidasi yang dirasakan Supardi tak kelar sampai di sana saja. Setelah wasit keluar lapangan pun, masih ada beberapa pemain Persik yang berusaha mendatangi Supardi. Hal ini membuat Bupati Kendal saat itu, Mirna Annisa, terpaksa harus turun ke lapangan demi menenangkan para pemain Persik.
ADVERTISEMENT
Persewangi vs PSBK Blitar (Liga 2 2017)
Keras betul partai play-off khusus Liga 2 yang mempertemukan Persewangi Banyuwangi dengan PSBK Blitar, Oktober 2017. Belum genap berusia satu menit, satu pemain Persiwangi sudah mendapatkan satu kartu merah. Kemudian, di menit 16, lagi-lagi pemain Persiwangi mendapatkan kartu merah lainnya.
Namun, bukan dua kejadian tersebut yang memantik para penggawa Persewangi berlaku liar. Ketika laga tersebut berjalan 86 menit, para penggawa Persewangi berang akibat tidak mendapatkan penalti. Setelah itu, semuanya jadi kacau. Laga sepak bola pun berubah menjadi laga tarung bebas.
Bhayangkara Muda vs Persibara (Liga 3 2018)
Rupanya, di hari yang sama insiden aniaya wasit di laga Persitema melawan PSIP terjadi, ada kejadian serupa di laga Persibara Banjarnegara melawan Bhayangkara Muda.
ADVERTISEMENT
Ketika laga Liga 3 itu tengah berjalan, para pemain Bhayangkara Muda mendatangi wasit. Bukan untuk berdebat akibat kartu kuning yang diterima oleh salah satu pemainnya, melainkan untuk langsung menghajar sang wasit. Akibatnya, wasit pun berlari ketakutan.
Wasit Persibara vs Bhayangkara Muda Dianiaya (Foto: Dok. Reform PSSI)
zoom-in-whitePerbesar
Wasit Persibara vs Bhayangkara Muda Dianiaya (Foto: Dok. Reform PSSI)
Padahal, siapa yang salah? Ya… pemain Bhayangkara Muda, lah. Tekel keras yang dilancarkan salah satu pemainnya itu sangat berisiko. Kalau ini sepak bola luar negeri, tentulah sang pemain bukan dikasih kartu kuning, melainkan kartu merah.