3 Alasan di Balik Karamnya Persija di AFC Cup

2 Mei 2019 14:24 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Suporter Persija Jakarta saat laga melawan Ceres Negros di Stadion Utama GBK, Jakarta, Selasa (23/4). Foto: Irfan Adi Saputra/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Suporter Persija Jakarta saat laga melawan Ceres Negros di Stadion Utama GBK, Jakarta, Selasa (23/4). Foto: Irfan Adi Saputra/kumparan
ADVERTISEMENT
Ada apa dengan Persija Jakarta? Berstatus jawara bertahan Liga 1, jalan yang mereka jalani pada awal tahun ini tampak begitu terjal. Setelah tersingkir di Piala Presiden, kini Persija dipastikan terhempas dari ajang AFC Cup 2019.
ADVERTISEMENT
Di AFC Cup, Persija pun gagal mengulangi prestasi musim lalu usai dipastikan tersingkir dari level kedua turnamen se-Asia itu usai menelan kekalahan 1-3 dari Becamex Binh Duong pada Rabu (1/5/2019).
Hingga lima partai yang telah dijalani, Persija hanya mampu meraih empat poin hasil dari sekali menang, sekali seri, dan tiga kali kalah. Partai pemungkas Grup G melawan Shan United (Myanmar) pun tak lagi menentukan.
Bandingkan dengan prestasi musim lalu. Tim kebanggaan The Jakmania itu berhasil merengkuh empat kemenangan dan sekali imbang untuk menyegel partai semifinal zona ASEAN AFC Cup dengan status juara Grup H.
Ya, perjalanan Persija musim ini memang begitu berliku. Dari lima laga terakhir di berbagai kompetisi, 'Macan Kemayoran' selalu menelan kekalahan.
ADVERTISEMENT
Karamnya Persija di AFC Cup bak titik kulminasi dari rentetan masalah yang telah terjadi sejak awal musim ini. Mengapa Persija tak mampu tampil trengginas seperti musim lalu? Berikut analisis singkatnya.
Terbaginya Fokus di Tiga Kompetisi Berbeda
Musim Liga 1 2019 belum juga dimulai, tenaga penggawa Persija tampak sudah dikuras lebih awal. Bagaimana tidak, semenjak awal tahun ini, Persija harus membagi konsentrasi kepada tiga kompetisi berbeda yakni Piala Indonesia 2018, Piala Presiden 2019, dan AFC Cup 2019. Konsekuensinya, jadwal tanding mereka menjadi begitu padat.
Dihadapkan kepada persoalan itu, manajemen Persija tampaknya tak menaruh skala prioritas. Hal itu terlihat dari komposisi pemain yang diturunkan pelatih Ivan Kolev di setiap ajang.
ADVERTISEMENT
Pada Piala Presiden yang hanya berstatus pra-musim, Kolev bahkan tetap mempertahankan the winning team-nya. Padahal, jadwal Persija berhimpitan.
Ambil contoh di matchday kedua Piala Presiden. Kala itu Persija harus tanding menghadapi Madura United pada 8 Maret, dan empat hari berselang mereka mesti terbang ke Myanmar untuk bertanding menghadapi Shan United. Beruntung, mereka meraih kemenangan dengan skor 3-1.
Suasana pertandingan antara Bali United vs Persija. Foto: Dok. Persija
Jadwal mepet juga terjadi saat Persija melaju ke babak 8 besar Piala Presiden. Menghadapi Kalteng Putra pada 28 Maret, Andritany Ardhyasa dan kolega sudah harus terbang ke Bacolod, Filipina untuk melakukan laga away menghadapi Ceres Negros pada 3 April lalu.
Kolev mencoba melakukan rotasi ketika bertanding di leg pertama perempat final Piala Indonesia menghadapi Bali United pada 26 April. Wajar memang, mengingat dalam tempo empat hari selanjutnya, Persija akan away ke Vietnam menghadapi Binh Duong.
ADVERTISEMENT
Kendati demikian, kebijakan rotasi pemain itu membuahkan hasil buruk setelah Persija kalah dengan skor 1-2 dari Bali United--meski masih punya peluang lolos ke fase selanjutnya karena bakal gantian menjamu Bali United di rumah sendiri pada leg kedua.
Lini Depan Tumpul
Faktor lain yang membuat Persija limbung adalah tak adanya pencetak gol yang mumpuni. Kasus dugaan pelecehan seksual yang melibatkan Marko Simic membuat sang pemain tak bisa membela Persija sejak Februari lalu.
Hilangnya Simic memang sangat terasa untuk lini depan Persija. Pada ajang Liga 1 musim lalu, penyerang asal Kroasia ini mengoleksi 18 gol dan satu assist dari 30 penampilannya.
Selain itu, Simic juga mencatatkan 90% dribel sukses dan memiliki 53% akurasi tembakan. Simic bahkan tercatat sebagai pencetak gol terbanyak dan pemain terbaik di Piala Presiden 2018.
ADVERTISEMENT
Seperti kehilangan tandem, Riko Simanjuntak yang biasa garang tampak kurang gereget musim ini. Penampilan menawannya kala berlaga bersama Simic dahulu belum begitu terlihat.
Kosongnya posisi yang biasa ditempati Simic membuat Persija mendatangkan penyerang lainnya yaitu Silvio Escobar. Akan tetapi, harapan besar Persija kepada Escobar bertepuk sebelah tangan. Performa penyerang asal Paraguay itu tak sesuai ekspektasi manajemen dan pendukung Persija.
Marko Simic (Persija vs Persela). Foto: Dok. Media Persija
Tak ada gol yang bisa dibuat oleh Escobar selama pegelaran AFC Cup dan Piala Presiden. Padahal, Escobar sudah tampil dalam enam laga bersama Persija. Apes bagi Persija, penyerang lainnya yakni Bambang Pamungkas juga tak kalah tumpulnya.
Sumber gol bagi Persija malah datang dari pemain tengahnya. Ya, Bruno Matos bisa menjadi pembeda untuk lini serang 'Macan Kemayoran'.
ADVERTISEMENT
Matos tercatat menjadi pencetak gol terbanyak Persija di Piala Presiden 2019 dan AFC Cup. Lima gol dibuat pemain asal Brasil itu di Piala Presiden dan empat gol di AFC Cup.
Kurang Jitunya Transfer Legiun Asing
Saat akan memasuki musim baru, Persija melepas tiga legiun asingnya dengan berbagai alasan yakni Jaimerson Silva, Rohit Chand, dan Renan Silva. Manajemen Persija kemudian menggantinya dengan tiga nama baru yang tak pernah merumput di Tanah Air. Mereka adalah Jakhongir Abdumuminov, Bruno Matos, dan Vinicius Lopes Laurindo.
Tiga dari dua nama pemain asing tersebut tak mampu memperlihatkan kapasitasnya. Vinicius dan Jakhongir akhirnya dilepas manajemen kendati baru tampil di babak awal Piala Indonesia.
Jahongir Abdumuminov, pemain baru Persija Jakarta. Foto: Dok. Media Persija
Persija menggantinya dengan Steve Paulle dan mengembalikan lagi Rohit Chand. Akan tetapi, keputusan itu tampaknya tak banyak membantu persiapan tim.
ADVERTISEMENT
Tak hanya itu, Persija juga tak menambah skuat lokalnya untuk mengarungi musim kompetisi yang sangat padat. Tercatat, hanya segelintir nama seperti Ryuji Utomo, Tony Sucipto, dan Dany Saputra yang sejauh ini mampu memberikan kontribusi untuk Persija.
Catatan lain yang membuat Persija tak mampu tampil mengesankan adalah pergantian pelatih. Hingga saat ini, Ivan kolev belum mampu meneruskan hegemoni Stefano 'Teco' Cugurra yang sejatinya telah membangun skuat Persija dalam dua musim belakangan. Kolev tampak masih membutuhkan waktu untuk meramu skuat asuhannya.