5 Pelatih Asing dan Lokal yang Pantas Menggantikan Luis Milla

13 September 2018 14:44 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Pelatih Timnas Indonesia, Luis Milla (Foto: Nugroho Sejati/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Pelatih Timnas Indonesia, Luis Milla (Foto: Nugroho Sejati/kumparan)
ADVERTISEMENT
Usai bertanding menghadapi Uni Emirat Arab, Luis Milla masuk ke dalam ruang konferensi pers dengan raut muka menahan emosi. Milla kecewa, banyak yang membuatnya merasakan hal itu selepas laga.
ADVERTISEMENT
Pertama, Timnas U-23 harus mengubur impian untuk lolos ke babak delapan besar Asian Games 2018. Bermain dengan apik, Timnas U-23 harus menyerah lewat drama adu penalti.
Kedua, Milla kecewa dengan beberapa keputusan wasit Shaun Evans yang berpihak kepada tim tamu. Ya, wasit asal Australia itu memberikan hadiah penalti kepada Uni Emirat Arab pada menit ke-64, padahal menurut Milla tak ada pelanggaran yang dilakukan oleh pemain Timnas U-23.
Yang ketiga, Milla kecewa lantaran pertandingan tersebut bisa menjadi yang terakhir dirinya bersama Timnas. Ya, Milla gagal mengemban target yang diberikan oleh PSSI kepadanya.
Sejak resmi melatih Indonesia pada Januari tahun lalu, Milla dibebani dua target yakni emas SEA Games dan empat besar Asian Games. Apesnya, tak ada target yang bisa Milla realisasikan.
ADVERTISEMENT
Maka dari itu, di akhir konferensi pers usai pertandingan menghadapi Uni Emirat Arab, Milla mengisyaratkan mundur.
"Terakhir untuk teman teman jurnalis, terima kasih. Terima kasih untuk kritikan dan masukan kepada saya, Anda sudah baik sekali kepada saya. Terima kasih atas rasa hormat yang Anda semua berikan, terima kasih," ucapnya.
Drama berlanjut setelah itu. Banyaknya masyarakat yang menginginkan Milla bertahan membuat PSSI mencoba mewujudkannya.
Luis Milla pada sebuah laga. (Foto: Graham Stuart/AFP)
zoom-in-whitePerbesar
Luis Milla pada sebuah laga. (Foto: Graham Stuart/AFP)
Melalui sang Ketua Umum, Edy Rahmayadi, PSSI membeberkan keinginannya untuk mempertahankan Luis Milla. Gayung tak bersambut, hingga kini sang arsitek belum menanggapi keinginan federasi.
Isu tunggakan gaji disinyalir menjadi landasan mengapa Milla belum menyambut tawaran federasi. Pelatih berusia 52 tahun itupun masih asik berlibur di kampung halamannya.
ADVERTISEMENT
Tak ada tanggapan dari Milla membuat kabar PSSI sedang mencari alternatif lain. Mulai dari Simon McMenemy hingga Widodo Cahyono Putro masuk kandidat pengganti Milla.
Nah, kami dari kumparanBOLA juga ingin berkontribusi memberikan penilaian siapa-siapa yang pantas menggantikan Milla. Meski kebanyakan dari kami masih ingin Milla tetap melatih Timnas.
Simon McMenemy
Simon menjadi nama yang paling santer menangani Timnas Indonesia. Pengalamannya melatih di Indonesia serta Asia Tenggara memang sudah tak diragukan lagi.
Nama Simon tenar lantaran sukses mengantarkan Filipina masuk ke babak semifinal Piala AFF 2010. Lewat pemain-pemain naturalisasinya Filipina mampu tampil impresif.
Sayang, pada laga semifinal, Filipina harus menyerah dari Timnas Indonesia dengan skor agregat 2-0. Sesudah itu, Simon mendapat tawaran melatih tim Indonesia.
ADVERTISEMENT
Simon McMenemy berbicara dengan jurnalis setelah sesi latihan Bhayangkara FC. (Foto: Alan Kusuma/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Simon McMenemy berbicara dengan jurnalis setelah sesi latihan Bhayangkara FC. (Foto: Alan Kusuma/kumparan)
Tim Indonesia pertama yang ia besut adalah Mitra Kukar. Hampir setahun Simon menahkodai Tim 'Naga Mekes' kendati tak ada gelar yang ia raih. Lalu, Pelita Bandung Raya juga sempat merasakan tangan dingin dari pelatih asal Skotlandia ini. Sama seperti di Mitra Kukar, Simon tak memberikan gelar bagi PBR kala dirinya melatih.
Namun, Simon tak kehilangan pamor dan Bhayangkara FC menunjuknya untuk menjadi juru taktik di musim 2016. Hasilnya, gelar juara Liga 1 berhasil Simon persembahkan untuk Bhayangkara FC musim lalu.
Kini, Simon juga sukses menjaga konsistensi Bhayangkara FC di papan atas klasemen Liga 1. Maka tak heran, nama Simon menjadi yang terdepan sebagai pengganti dari Luis Milla.
Roberto Carlos Mario Gomez
ADVERTISEMENT
Saat datang ke Indonesia, Mario Gomez sudah memiliki prestasi yang mneterang dalam karier kepelatihannya. Bersama klub Malaysia, Johor Darul Takzim, Gomez bergelimang gelar.
Termasuk Piala AFC yang dirinya dapatkan pada tahun 2015 lalu. Selain itu, di kancang domestik, Gomez berhasil mempersembahkan gelar Liga Super Malaysia, Piala FA Malaysia, dan Piala Sultan Haji Ahmad Shah.
Pelatih Persib, Mario Gomez (kanan) (Foto: Alan Kusuma/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Pelatih Persib, Mario Gomez (kanan) (Foto: Alan Kusuma/kumparan)
Catatan itu yang membuat Persib kepincut dan merekrutnya di awal musim 2017 ini. Hasilnya pun manis, dengan skuat yang tak istimewa, Gomez berhasil meramu Persib menjadi tim yang istimewa.
Hingga pekan ke-20, Persib mampu bercokol di papan atas klasemen dengan 35 angka. 'Maung Bandung' berhasil meraih 10 kemenangan dan 5 kali hasil imbang.
ADVERTISEMENT
Tak hanya itu, di bawah arahan Gomez, beberapa pemain muda tampil mengesankan. Ghozali Siregar, Ardi Idrus, serta Indra Mustafa adalah nama-nama yang bersinar di bawah Gomez. Komitemen Gomez terhadap talenta muda diyakini cocok untuk meneruskan tongkat estafet Milla.
Robert Rene Albert
Dua hal yang bisa diingat ketika menyebutkan nama Robert Rene Albert. Perdana, topi khasnya yang selalu ia gunakan setiap berada di pinggir lapangan ketika melatih. Kedua, Robert berhasil membawa Arema FC menjadi juara Indonesian Super League pada musim 2009/10. Padahal, saat itu adalah musim perdana Robert di Indonesia.
Arema dibawa Robert menjadi tim yang tangguh dengan skuat yang mentereng. Ya,. Noh Alam Shah di lini depan ditopang Roman Chmelo di lini kedua membuat Arema menjadi menakutkan.
ADVERTISEMENT
'Singo Edan' berhasil merengkuh 23 kemenangan dengan hanya 4 kali meraih hasil imbang. Arema pun terpaut enam angka dari tim di posisi kedua, Persipura.
Konferensi pers pelatih dan pemain PSM. (Foto: Ofisial Piala Presiden 2017)
zoom-in-whitePerbesar
Konferensi pers pelatih dan pemain PSM. (Foto: Ofisial Piala Presiden 2017)
Prestasi Robert sebagai pelatih pun cukup baik. Pelatih asal Belanda itu sukses meraih gelar juara Malaysia Premier League bersama Sarawak FA dan Singapore League bersama Home United.
Kini, pelatih berusia 63 tahun itu tengah melatih PSM Makassar. Sudah dari musim lalu, PSM menunjuk Robert menjadi juru latih. Hasilnya, PSM menjadi kompetitor juara.
Sayang, 'Juku Eja' hanya berada di posisi tiga klasemen. Musim ini, PSM tetap menjadi favorit juara Liga 1. Lewat segala pengalamannya di Indonesia dan Asia Tenggara boleh lah tangan dingin Robert digunakan untuk menangani Timnas Indonesia.
ADVERTISEMENT
Rahmad Darmawan
Kami menaruh Rahmad Darmawan karena kapasitasnya di kancah sepak bola Indonesia. Tak bisa dimungkiri, segudang pengalaman sudah dimiliki oleh pria berusia 51 tahun itu.
Curiculum vitae dari RD--sapaan akrabnya--cukup mengesankan untuk bisa menjadi pelatih Timnas Indonesia. Dua kali juara Liga Indonesia ketika membesut Persipura dan Sriwijaya FC adalah catatanya.
Rahmad Darmawan (Foto: Alan Kusuma/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Rahmad Darmawan (Foto: Alan Kusuma/kumparan)
Selain itu, pelatih yang identik dengan topi ini juga sukses meraih tiga gelar Piala Indonesia yang diraih secara beruntun bersama Sriwijaya FC. RD juga cukup berhasil ketika membesut Timnas U-23.
Dalam ajang SEA Games, RD berhasil meraih medali perak sebanyak dua kali yakni di tahun 2011 dan 2013. Menarik bila melihat RD yang memiliki segudang pengalaman dan disegani oleh pemain Indonesia menangani Timnas di Piala AFF akhir tahun ini.
ADVERTISEMENT
Widodo Cahyono Putro
Dibanding empat nama yang kami sebutkan di atas, Widodo paling minim prestasinya. Ya, dalam karier kepelatihan, tak ada gelar yang bisa diraih oleh pria asal Cilacap ini. Total ada lima tim yang sudah ditangani oleh Widodo tetapi hingga kini tak ada yang menghasilkan gelar.
Paling tinggi yakni ketika melatih Bali United musim lalu setelah mengantarkan menjadi runner-up Liga 1. Bali United hanya kalah head-to-head dari sang juara Bhayangkara FC.
Namun, berdasarkan rilis dari PT Liga Indonesia Baru (LIB), Widodo tercatat sebagai pelatih lokal yang konsisten. Dua musim bersama Bali United menunjukkan bahwa Widodo mampu mempertahankan performa skuatnya dengan apik.
Pelatih Bali United, Widodo C. Putro. (Foto: Dok. Persija)
zoom-in-whitePerbesar
Pelatih Bali United, Widodo C. Putro. (Foto: Dok. Persija)
Di level Timnas Indonesia, nama Widodo juga tak bisa dipandang sebelah mata. Sudah tiga kali ia tercatat sebagai asisten pelatih dari Alfred Riedl yakni pada Piala AFF 2010 dan 2014 serta sekali menjadi asisten pelatih di Timnas U-23 pada 2012.
ADVERTISEMENT
Sebagai pelatih, Widodo pernah mengarsiteki Timnas U-21 yang kala itu turun di ajang Sultan Hassanal Bolkiah Trophy pada 2012. Ketika itu, Widodo berhasil membawa Andik Vermansah cs. melaju hingga babak final sebelum dikalahkan tuan rumah Brunei Darussalam.