Aaron Ramsey, Peluru Tajam Meriam London

28 Mei 2017 15:50 WIB
comment
3
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Ramsey, Peluru Meriam London. (Foto: Reuters/John Sibley )
27 Februari 2010 di Britannia Stadium menjadi hari yang tak terlupakan bagi bocah 19 tahun asal Wales, Aaron Ramsey. Pada menit 69, Aaron Ramsey yang bermain sejak menit awal, harus ditarik keluar lapangan dengan menggunakan tandu. Ramsey harus menerima kenyataan pahit bahwa kaki kanannya patah setelah mendapat tekel keras dari pemain Stoke City, Ryan Shawcross. Aksinya di lapangan harus berakhir lebih cepat.
ADVERTISEMENT
Seluruh pemain Arsenal di lapangan langsung mendatangi Ramsey kala itu. Gelandang Arsenal lainnya, Cesc Fabregas, tak kuasa melihat kaki Ramsey. Fabregas menutupi mukanya dengan kaus tanda tak kuasa. Pun dengan Gael Clichy dan Niklas Bendtner yang saat itu seperti tak percaya dengan keadaan yang menimpa rekannya tersebut.
Bayang-bayang buruk akan berakhirnya karier Ramsey di usia sedini itu pun menyeruak. Pasalnya, cedera yang menimpanya bukan cedera sepele. Dan jika pun bisa sembuh, Ramsey akan menepi cukup lama atas cedera yang menimpanya.
Usai laga, pelatih Arsenal, Arsene Wenger,pun berkomentar atas kejadian yang menimpa pemain yang lahir 26 Desember itu. "Kehilangan pemain pada usia 19 tahun di saat dia sedang memulai kariernya itu sangat mengerikan," ujar Arsene Wenger seusai laga versus Stoke itu.
ADVERTISEMENT
Beruntung bagi Ramsey, ia bisa pulih. Namun benar saja, Ramsey harus absen kurang lebih satu musim untuk memulihkan patah kakinya. Bukan hanya memulihkan kondisi fisik, namun mental sang pemain juga perlu dipulihkan usai cedera yang begitu buruk itu.
Usai masa pemulihan, Ramsey tak dapat tempat utama di Arsenal. Dirinya kemudian harus rela dipinjamkan ke klub lain untuk menambah menit bermain serta meningkatkan mental bertandingnya. Nottingham Forrest dan Cardif City menjadi tim yang berhasil meminjam Ramsey pada musim 2010/2011.
Gol Ramsey ke gawang Chelsea. (Foto: Reuters/John Sibley )
Musim berikutnya, Ramsey kembali ke Emirates Stadium setelah Arsenal kembali berniat menggunakan jasanya. Ramsey kemudian berhasil membuktikan, tak ada trauma saat bertanding. Perlahan, dirinya pun mendapat tempat utama seiring dengan kepergian Cesc Fabregas. Kematangan Ramsey terlihat ketika dirinya sukses berbagi peran dengan Mikel Arteta di lini tengah Arsenal.
ADVERTISEMENT
Musim 2013/2014 --satu musim setelah kembali-- menjadi musim yang baik bagi Ramsey. Pasalnya ia berhasil menjadi pemain terbaik Arsenal pilihan fans mengalahkan Oezil dan Cazorla saat itu.
Tidak sampai di situ, Ramsey juga menjadi penentu kemenangan Arsenal saat final Piala FA menghadapi Hull City lewat golnya saat masa perpanjangan waktu. Kala itu, Arsenal tertinggal 0-2 terlebih dahulu. Kemudian The Gunners mampu menyamakan kedudukan dan Ramsey berhasil mencetak gol pamungkas di menit 109 memanfaatkan umpan backheel Olivier Giroud. 3-2 Arsenal menang.
Sinar Ramsey kembali terang saat Euro 2016 di Prancis. Bersama Gareth Bale dirinya menjadi tulang punggung Wales dan membawa negaranya itu menembus semifinal. Total, Ramsey mengemas empat assist pada turnamen itu. Meski gagal membawa Wales juara, namun Ramsey berhasil menunjukan kualitasnya.
ADVERTISEMENT
Sayangnya, usai turnamen itu, performa Ramsey menurun bersama Arsenal. Hal itu dikarenakan cedera yang menimpa pemain bertinggi 178 sentimeter tersebut. Ramsey pun hanya bermain sebanyak 23 laga dan mengemas satu gol di ajang Premier League.
Namun sekali lagi, Ramsey tak menyerah. Ia terus berjuang jika ia memang layak diandalkan Arsenal. Pria 26 tahun itu mampu menunjukkan kapasitasnya bersama The Gunners. Pada formasi anyar 3-4-2-1 yang diterapkan Wenger, Ramsey tampil membaik. Terlebih perannya lebih di lini tengah lebih cair.
Dan puncak membaiknya penampilan Ramsey ada pada partai final Piala FA menghadapi Chelsea pada Sabtu (27/5) kemarin. Sama seperti pada final 2013/14 lalu, kini Ramsey juga kembali menjadi pahlawan.
Dirinya menjadi penentu gelar Piala FA ke 13 Arsenal setelah sundulannya berhasil menggetarkan jala Thibaut Courtouis pada menit 79. Padahal tiga menit sebelumnya, Chelsea berhasil menyamakan kedudukan dan membuat tensi pertandingan meninggi. Tapi Ramsey, kembali datang di saat yang tepat. Arsenal pun juara setelah menang 2-1.
ADVERTISEMENT
Ramsey dan Piala FA. (Foto: Reuters/John Sibley )
Wembley pun menjadi saksi, bila Ramsey bisa membuktikan jika cedera yang menimpanya tujuh tahun silam tak begitu mengganggu mental dan performanya. Justru itu yang pada akhirnya membuat ia semakin dewasa dan menjadi lebih baik. Sehingga kini, Ramsey bisa terus menjadi peluru andalan bagi pasukan Meriam London.