Achsanul-Haruna dan Misi agar PSSI Tanpa Rangkap Jabatan

15 Februari 2019 10:33 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Presiden Madura United, Achsanul Qosasi. Foto: Helmi Afandi/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Presiden Madura United, Achsanul Qosasi. Foto: Helmi Afandi/kumparan
ADVERTISEMENT
Achsanul Qosasi bukan orang baru di sepak bola. Ia sempat berdiri sebagai pengurus PSSI. Kiprah AQ—sapaan akrab Achsanul—di sepak bola Tanah Air begitu luas.
ADVERTISEMENT
Ia sempat menjadi manajer tim PON DKI Jakarta. Kala itu, pertemuan AQ dengan Haruna Soemitro dalam urusan sepak bola terjadi. Haruna menjadi manajer tim PON Jawa Timur pada PON Kalimantan Timur 2008.
Hubungan keduanya semakin dekat. Puncaknya terjadi pada 2016 ketika Persipasi Bandung Raya diakuisisi AQ dan berubah nama menjadi Madura United. AQ kemudian menunjuk Haruna sebagai manajer klub.
Manajer Madura United, Haruna Soemitro. Foto: kumparan/Alan Kusuma
Bukan tanpa alasan penunjukan Haruna itu. AQ menilai Haruna ialah sosok yang pas menangani 'Laskar Sape Kerap' lantaran sangat paham betul seluk-beluk sepak bola. Meski demikian, AQ pun mengakui masa lalu Haruna sebagai mafia bola.
“Saya kenal Haruna sudah lama. Sejak PON sampai saya sudah menjadi pengurus PSSI. Dia kemudian sempat menjadi Ketua Umum Asosiasi Provinsi Jawa Timur. Banyak orang bilang dia mafia. Namun, dulu memang begitu. Ada kalanya orang berhenti. Haruna orang yang mengerti sepak bola. Sampai saat ini saya yakin dengan dia,” kata AQ.
ADVERTISEMENT
AQ pun mengetahui kiprah Haruna dalam lingkaran sepak bola Indonesia. Ia menuturkan bahwa sang manajer selalu menjadi pemimpin dalam berbagai macam perbincangan bal-balan. “Dia mampu menguasai karena memang punya pengetahuan soal sepak bola.”
Begitu juga ketika PSSI tengah dilanda isu penjatuhan Edy Rahmayadi dari kursi Ketua Umum PSSI. AQ bercerita bahwa turunnya Edy dari jabatannya itu merupakan hal yang seharusnya. Ia menjadi orang yang vokal dalam urusan rangkap jabatan.
Ketua Umum PSSI Edy Rahmayadi (kiri) menyampaikan pidatonya didampingi Wakil Ketua Umum PSSI Djoko Driyono dalam pembukaan Kongres PSSI 2019 di Nusa Dua, Bali, Minggu (20/1/2019). Foto: ANTARA FOTO/Nyoman Budhiana
Achsanul sudah mengutarakan pendapatnya kepada Haruna begitu Edy terpilih menjadi Gubernur Sumatra Utara pada medio 2018 lalu. Mundur sebagai Ketua Umum PSSI ialah jalan yang paling pas buat Edy.
“Ketua tim sukses Edy menjadi Ketua Umum PSSI itu Haruna. Sementara saya meminta Edy mundur dari jabatan Ketua Umum PSSI begitu terpilih jadi Gubernur Sumut. Itu saran saya dan terbuka. Klub tidak ada yang berani, tapi saya bilang. Kalau dia Gubernur DKI Jakarta, tentu masih saya dukung," jelas AQ.
ADVERTISEMENT
"Atau, ketika masih menjadi Pangkostrad (Panglima Komando Strategis Angkatan Darat) dia secara fisik ada di Jakarta, masih bisa mengurus PSSI juga. Haruna menjalankan misi saya untuk Edy mundur,” kata AQ.
AQ punya alasan meminta Edy mundur. Ia—yang paham soal urusan dapur PSSI—punya keinginan PSSI lebih baik. Lebih lanjut, AQ menjelaskan bahwa tak boleh ada orang yang sama mengurus pusaran sepak bola itu.
Persiapan Kongres PSSI 2019. Foto: ANTARA FOTO/Nyoman Budhiana/foc.
“PSSI membentuk operator. Kemudian, regulasi atau kebijakan yang dibuat federasi ini diturunkan ke operator. Semua kebijakan itu diimplementasikan kepada klub. Lalu ada badan yudikatif yang berfungsi mengadili pelanggar kebijakan," jelas AQ.
"Jadi, PSSI, operator, klub, dan yudikatif tak boleh ada orang yang sama. Analoginya, seperti wasit ikut main sepak bola juga. Jangan itu orang sebagai Komite Eksekutif PSSI, tapi juga ada di operator,” ujar AQ.
ADVERTISEMENT
Ia juga menyarankan, orang yang duduk di jajaran eksekutif harus orang yang memiliki rekam jejak jelas dan mengerti sepak bola dengan dalam. Pada akhirnya, segala macam ide yang dilontarkannya itu bermuara pada satu tujuan: agar tak ada perang kepentingan dalam perjalanan roda sepak bola.