Ada Bendera Merah-Putih di El Clasico

24 Desember 2017 20:30 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
El Clasico (Ilustrasi) (Foto: Reuters/Sergio Perez)
zoom-in-whitePerbesar
El Clasico (Ilustrasi) (Foto: Reuters/Sergio Perez)
ADVERTISEMENT
Akhir tahun datang dan sudah selayaknya kita membicarakan liburan. Mereka yang mayoritas bekerja kantoran bahkan biasanya telah jauh-jauh hari menjadwalkan waktu berlibur melepas penat karena rutinitas pekerjaan. Dan tentunya, itu adalah sebuah kewajaran.
ADVERTISEMENT
Hal inilah yang dilakukan oleh salah satu staf kepelatihan Tim Nasional Indonesia, Bayu Eka Sari. Jika namanya terdengar asing, wajar, karena memang dirinya jarang tersorot. Tetapi, berterima kasihlah kepada Bayu, karena jika tak ada dia, pelatih kepala "Skuat Garuda", Luis Milla, akan mengalami kesulitan berkomunikasi dengan para pemain.
Hampir delapan bulan Bayu bekerja sama dengan Milla. Dia senantiasa menemani sang juru latih baik di dalam dan di luar lapangan sepak bola. Kini, Bayu pun mendapat kesempatan untuk menikmati liburan bersama sang pelatih ke negeri asalnya, Spanyol.
"Kebetulan, Coach Milla lagi berlibur di Spanyol dan aktivitas timnas juga lagi libur. Jadi, saya sekalian liburan dan meminta izin cuti selama lima hari," ujar Bayu membuka perbincangan dengan kumparan (kumparan.com) saat dihubungi, Minggu (24/12/2017).
ADVERTISEMENT
Bayu tak sendiri menginjakkan kaki di Spanyol. Bersamanya, datang pula Syarif Alwi yang mengambil kursus singkat kedokteran olahraga di sana.
Namun, kehadiran Bayu di sana semata-mata bukan hanya dalam rangka berlibur. Pasalnya, diakui Bayu, ia rindu akan susasana Eropa karena pernah mengenyam pendidikan dan sempat pula bekerja di Eropa.
"Jadi, karena kangen suasananya, saya memutuskan liburan tahun ini ke Madrid dan di sini saya akan menghabiskan 10 hari terhitung sejak 17 Desember lalu dan habis Natal, rencananya saya akan kembali ke Indonesia karena 27 Desember saya sudah harus masuk lagi," selorohnya.
Supaya suasana liburan lebih terasa, Bayu memilih menyewa apartemen hotel yang tak begitu jauh dari markas Real Madrid, Estadio Santiago Bernabeu. Bayu juga mengatakan, jarak penginapan dengan stadion hanya berjarak sekitar 500 meter. Selama di sana, hampir setiap tiap hari ia melakukan jogging dari penginapan ke Stadion Bernabeu.
ADVERTISEMENT
Namun, ketika kita bicara Madrid, tentunya pembicaraan tidak bisa sampai di situ. Madrid, bagi Bayu, berarti sepak bola dan untuk ini, dia juga punya cerita khusus.
Hari pertama di Madrid, kata Bayu, dia langsung ditraktir makan oleh Milla di restoran yang biasa didatangi oleh para pemain Real Madrid. Sesampainya di sana, saat memasuki lorong lorongnya, kata Bayu, sudah terpampang foto-foto legenda El Real seperti Ronaldo, David Beckham, Fernando Hierro, Raul Gonzalez, bahkan sampai foto Milla sendiri.
"Asli, Coach Milla terkenal banget di Spanyol. Entah itu di restoran ataupun di jalanan sekalipun, semua pada minta foto," kata Bayu.
Dalam kesempatan yang sama, Bayu memiliki permintaan khusus kepada Milla. Dia ingin menyaksikan pertandingan Atletico Madrid melawan Alaves. Pasalnya, Bayu penasaran ingin menyaksikan Atletico di kandang barunya, Estadio Wanda Metropolitano.
ADVERTISEMENT
Bayu pun berinisiatif untuk membeli tiket pertandingan. Namun, Milla melarangnya dan memberikan pernyataan yang membuat Bayu semakin kagum.
"Saat saya memutuskan berangkat ke stadion, Coach Milla langsung bilang: Ngapain kami beli tiket, nanti biar saya telepon direkturnya Atletico. Itu teman saya," ucapnya.
"Saya pikir Coach Milla bercanda, eh, ternyata beneran. Besoknya, saya dapet tiket menonton Atletico di bangku VVIP dan itu persis di belakang bench-nya langsung. Kalau mau masuk buat meluk (Diego) Simeone (pelatih Atletico, red) kayaknya dekat sekali," kenangnya.
Bayu menuturkan, selama di stadion dirinya dibuat tak berhenti terkagum. Pasalnya, stadion baru milik Atletico tersebut dibangun di dataran tinggi, tetapi antusiasme penonton tak pernah surut.
ADVERTISEMENT
"Selain itu, ada tulisan sangre y corazon. Artinya darah dan jantung, khas Atletico, di mana setiap mereka main akan selalu tampil habisan."
"Yang bikin saya kaget, pas lihat Atletico main, pergerakan pemain-pemainya mirip-mirip dengan gaya satu-dua sentuhan bola ala Timnas U-23. Alaves juga tak kalah hebat. Filosofi yang mereka mainkan juga sama karena saat bola terlepas dari kaki, para pemain langsung merebut bola."
"Apalagi pas pemain menendang bola, kedengeran tuh suara bolanya. Saya teringat bahwa setiap kesempatan latihan Coach Milla sering bilang: Kasih intensitas bolanya, tendang yang keras tapi terarah," cerita Bayu.
Liburan kali ini makin terasa berkesan bagi Bayu karena bisa menyaksikan duel sengit antara Real Madrid versus Barcelona pada Sabtu (23/12/2017) lalu. Di stadion yang penuh sesak itu, Bayu melakukan kebiasaannya saat menonton sepak bola.
ADVERTISEMENT
"Untuk cerita El Clasico, saya mendapatkan tiketnya dari Coach Milla. Di sana saya membentangkan bendera Merah Putih karena sudah menjadi tradisi saya kalau menonton pertandingan sepak bola di Eropa dan itu juga saya lakukan saat menonton Atletico di mana stadionnya juga sama: penuh."
Lantas jika kebiasaan itu dilakukannya, apa pandangannya terhadap laga yang dimenangkan oleh Barcelona dengan skor 3-0 tersebut? Untuk itu, Bayu hanya berujar singkat.
"Pertandingan kelas dunia, di mana Madrid kalah dan (Lionel) Messi mecetak gol. End of story," tutup Bayu.