Ada Cela di Balik Kokohnya Tembok Pertahanan Persib

20 Juli 2018 17:59 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Duel Sriwijaya FC vs Persib. (Foto: ANTARA FOTO/Nova Wahyudi)
zoom-in-whitePerbesar
Duel Sriwijaya FC vs Persib. (Foto: ANTARA FOTO/Nova Wahyudi)
ADVERTISEMENT
Eksistensi Persib Bandung sebagai tim unggulan jelang putaran pertama Go-Jek Liga 1 usai, harus diakui, tak bisa terbantahkan. Selain bertengger di peringkat empat klasemen sementara, 'Maung Bandung' juga tercatat sebagai tim dengan pertahanan terbaik.
ADVERTISEMENT
Ya, sejauh ini Persib baru kebobolan 11 kali dari 15 laga yang telah dimainkan. Catatan tersebut jauh lebih baik daripada kontestan Liga 1 lainnya, termasuk pemuncak klasemen sementara, PSM Makassar, yang sudah 19 kali kemasukan.
Ada beberapa faktor yang membikin pertahanan Persib kokoh. Sebagai pelatih, Roberto Carlos Mario Gomez tentu punya andil besar. Keputusan dalam menyusun komposisi pemain di lini belakang patut diacungi jempol. Nama-nama seperti Supardi Nasir, Ardi Idrus, Victor Iqbonefo, dan Bojan Malisic selalu jadi andalan.
Keputusan Gomez memilih Ardi sebagai pemain inti memang sempat dipertanyakan banyak pihak. Akan tetapi, perlahan dan pasti, Ardi mampu menunjukkan kualitasnya. Dalam analisis yang sempat kumparanBOLA buat, performa ciamik Ardi tak lepas dari instruksi-instruksi yang diberikan Gomez.
ADVERTISEMENT
Eks pelatih Johor Darul Takzim itu menginstruksikan Ardi untuk fokus menggalang kekuatan di pertahanan dan tak usah repot-repot membantu serangan. Lihat saja dalam beberapa laga terakhir Ardi jarang melakukan overlap untuk melewati lawan. Dia juga jarang sekali meninggalkan posnya untuk membantu pemain sayap yang berada di depannya membangun serangan.
Instruksi Gomez tersebut membuat peran Ardi tak sementereng bek lainnya seperti Firza Andika maupun Rezaldi Hehanusa yang kerap melakukan penetrasi dan melepaskan operan silang ke dalam kotak penalti. Namun, kontribusi Ardi tak bisa diremehkan.
Faktor selanjutnya yang membikin pertahanan Persib kokoh adalah keberadaan Dedi Kusnandar di lini tengah. Ya, pemain asal Jatinangor tersebut sukses menjaga kedalaman Persib. Akan tetapi, lagi-lagi, keberhasilan Dedi tak lepas dari keputusan dan petuah Gomez di pinggir lapangan.
ADVERTISEMENT
Gomez menaruh Dedi lebih kedalam. Tujuannya, agar Dedi dapat menjadi peredam serangan lawan sejak sepertiga pertahanan dan pengirim umpan yang ulung dari kedalaman. Hal tersebut membikin permainan Persib menjadi seimbang antara menyerang dan bertahan. Dan, Gomez mengakui itu.
"Baik secara bertahan maupun menyerang ini adalah kerja sebuah tim. Semua pemain bekerja sangat baik di semua lini, termasuk lini pertahanan. Dalam setiap laga, kami selalu berusaha menyeimbangkan antara bertahan dan menyerang," ucap pelatih kelahiran Argentina itu sebagaimana dilansir laman resmi klub.
"Kami terus berusaha memperbaiki semua kekurangan, harus semakin berkembang. Masih ada beberapa pertandingan penting di depan dan kami harus pertahanan tren positif ini," lanjutnya.
Pelatih Persib Bandung, Mario Gomez (Foto: Fanny Kusumawardhani/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Pelatih Persib Bandung, Mario Gomez (Foto: Fanny Kusumawardhani/kumparan)
Meski demikian, tak semua keberhasilan Persib berada di tangan Gomez seorang. Kualitas individu 11 pemain di lapangan turut andil terkait prestasi Persib musim ini. Salah satunya adalah Bojan Malisic. Kematangan bermain pemain asal Serbia itu tak bisa dipandang sebelah mata.
ADVERTISEMENT
Itu bisa dilihat dari keputusan-keputusan Malisic saat mematahkan serangan-serangan lawan. Permain berusia 33 itu tahu kapan harus menekel, membatasi gerak lawan, atau menutup ruang bagi tembakan jarak dekat maupun jauh. Berkat performanya yang ciamik, Malisic menjawab rindu Bobotoh terhadap Vladimir Vujovic yang hengkang pada awal musim.
Namun, Persib bukannya tanpa cela. Ketika pertandingan memasuki menit-menit akhir, mereka cenderung kerap kehabisan bensin. Sialnya, itu berdampak terhadap perolehan poin Persib. Dengan kata lain, ada poin yang hilang karena karena gol lawan di pengujung laga.
Berdasarkan data yang kumparanBOLA, empat dari 11 gol yang masuk ke gawang Persib terjadi dalam interval waktu 75-90 menit. Jumlah itu menjadi yang terbanyak dibandingkan interval waktu lainnya. Nahas, gol-gol tersebut punya efek yang signifikan terhadap hasil akhir pertandingan.
ADVERTISEMENT
Laga kontra PS Tira pada pekan pertama menjadi cotohnya. Kemenangan yang sudah berada di depan mata --seusai unggul 1-0-- harus sirna 15 detik jelang masa injury time habis.
Kejadian yang sama terulang saat bersua dengan Arema FC di pekan keempat. Setelah membalikkan kedudukan menjadi 2-1 pada menit 78 lewat tembakan Ezechiel N'Douassel, Balsa Bozovic dapat mencetak gol dua menit sebelum waktu normal habis.
Dari dua laga itu, Persib sudah kehilangan empat poin di pengujung pertandingan. Padahal, jika mereka dapat mengakhir laga sebagai pemenang dalam laga itu, tentu situasinya bakal jauh lebih baik ketimbang saat ini.
Yang jadi pertanyaan kini, apa yang menyebabkan Persib kedodoran di menit-menit akhir? Jawabannya terletak pada antisipasi bola mati yang buruk. Dua dari empat gol yang bersarang ke gawang Persib dalam interval 76-90 menit bermula via bola mati.
ADVERTISEMENT