Ada Cerita tentang Zidane di Balik Ballon d'Or Luka Modric

4 Desember 2018 16:54 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Luka Modric meraih penghargaan Ballon d'Or 2018. (Foto: REUTERS/Benoit Tessier)
zoom-in-whitePerbesar
Luka Modric meraih penghargaan Ballon d'Or 2018. (Foto: REUTERS/Benoit Tessier)
ADVERTISEMENT
Di panggung The Grand Palais, Paris, tepat pada Selasa (4/12/2018), Luka Modric berdiri dan menjadi penanda putusnya hegemoni Lionel Messi dan Cristiano Ronaldo. Penggawa Kroasia itulah yang pada akhirnya meraih Ballon d'Or 2018.
ADVERTISEMENT
Modric tak hanya menggebrak dominasi yang itu-itu melulu, tapi juga mencatatkan sejarah baru di ranah sepak bola. Ia menjadi pesepak bola Kroasia pertama yang merengkuh gelar yang dirilis oleh France Football itu. Penghargaan itu mengonfirmasi betapa impresif performa Modric sepanjang 2017/18. Gelandang berusia 33 tahun ini mengantarkan Real Madrid menjuarai Liga Champions untuk kali ketiga secara beruntun dan membawa Timnas Kroasia ke final Piala Dunia.
Bagi Modric, penghargaan Ballon d'Or 2018 disebut sebagai hasil dari kerja kerasnya dalam meningkatkan kualitas permainan. Dalam prosesnya, Modric mengaku bahwa perubahan posisi yang dialaminya saat membela Tottenham Hotspur menjadikannya lebih kreatif dan makin piawai dalam membaca permainan.
Namun, Spurs tak menjadi satu-satunya cerita yang tersimpan dalam ingatan Modric menyoal gelar ini. Di dalamnya, juga ada Zinedine Zidane, mantan pelatihnya sendiri yang juga pernah memenangi Ballon d'Or pada 1998.
ADVERTISEMENT
"Saat Zidane baru menjabat sebagai pelatih Madrid pada Januari 2016, ia memanggil saya ke kantornya setelah latihan. Ia bicara soal pandangannya terhadap saya sebagai pesepak bola, ia juga mengatakan apa yang ia harapkan kepada saya. Ia bilang bahwa saya adalah pemain penting untuknya dan yang mengesankan, ia melihat saya sebagai sosok yang pantas untuk memenangi Ballon d'Or," jelas Modric, dilansir Marca.
Modric dan Zidane di akhir final Liga Champions 2017/18. (Foto: Isabella BONOTTO / Update Images Press / AFP)
zoom-in-whitePerbesar
Modric dan Zidane di akhir final Liga Champions 2017/18. (Foto: Isabella BONOTTO / Update Images Press / AFP)
"Saat seseorang seperti Zidane, dengan segala personalitas dan sejarah yang ditorehkannya, berkata seperti tadi, maka kepercayaan dirimu bisa terangkat. Saya mengagumi dan sangat menghormatinya sebagai pelakon sepak bola. Ia melihat saya seperti dirinya sendiri--pendiam dan sedikit pemalu. Ia juga berharap saya dapat lebih berekspresi di atas lapangan, supaya lebih luwes."
ADVERTISEMENT
Dalam racikan taktik Zidane sebagai pelatih Madrid dulu, ada tiga peran sekaligus yang dapat diemban oleh Modric: pengalir bola ke lini depan, kreator serangan utama, dan pengambil keputusan di lini kedua. Dalam tim yang dibangun oleh Zidane, Modric kerap menjadi sosok sentral di pakem dasar 4-3-3. Sebagai pemain, Modric tak hanya memiliki atribut menyerang yang apik, tapi juga kemampuan bertahan yang tak buruk.
"Ia membuat saya merasa dibutuhkan untuk menjadi kunci permainan tim yang dibangunnya. Kata-kata Zidane membantu saya untuk melangkah lebih jauh. Saat saya menghitung kembali trofi yang sudah saya raih musim ini dan saat saya melihat kembali siapa-siapa saja yang menjadi 30 finalis Ballon d'Or ini, akan selalu ada satu perkataannya yang tidak mungkin saya lupakan: Kamu (Modric -red) dapat memenangi Ballon d'Or," kenang Modric.
ADVERTISEMENT
Ballon d'Or tidak menjadi satu-satunya gelar individu yang diraih oleh Modric musim ini. Sudah ada beberapa gelar individu yang dibawanya pulang, salah dua di antaranya adalah Pemain Terbaik Versi UEFA dan FIFA.