news-card-video
Jakarta
imsak
subuh
terbit
dzuhur
ashar
maghrib
isya

Adisak Kraisorn: Penebar Teror Berkaki Kaca

17 November 2018 15:27 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Striker Thailand, Adisak Kraisorn, di Piala AFF 2014. (Foto: AFP/Ed Jones)
zoom-in-whitePerbesar
Striker Thailand, Adisak Kraisorn, di Piala AFF 2014. (Foto: AFP/Ed Jones)
ADVERTISEMENT
Adisak Kraisorn. Nama satu ini memang sekarang menjadi buah bibir di jagat persepakbolaan Asia Tenggara. Alasannya, tak lain, adalah karena dia berhasil mencetak enam dari tujuh gol Thailand ke gawang Timor Leste pada pertandingan pertama Grup B Piala AFF 2018, Jumat (9/11/2018) pekan lalu. Tak pelak, Adisak pun kini jadi nama paling diwaspadai oleh Timnas Indonesia jelang pertandingan matchday ketiga Grup B, Sabtu (17/11) malam nanti.
ADVERTISEMENT
Pencapaian Adisak di laga kontra Timor Leste itu memang fenomenal. Dengan enam golnya, Adisak mendekati rekor milik striker Singapura, Noh Alam Shah, yang pernah mencetak tujuh gol sekaligus dalam satu laga. Along --sapaan akrab Noh Alam Shah-- melakukan itu 12 tahun silam pada pertandingan menghadapi Laos.
Capaian fenomenal Adisak ini sebenarnya tidak disangka. Bahkan, si pemain sendiri barangkali tak mengira bisa melakukan itu. Pasalnya, bisa masuk skuat Thailand saja sudah merupakan hal bagus bagi Adisak. Sepanjang musim 2018, Adisak cuma bermain sebanyak sembilan kali. Dari sana, hanya ada satu laga di mana dia menjadi starter. Catatan golnya pun nihil, meskipun ada empat assist yang tercatat atas namanya.
Cedera menjadi alasan di balik meredupnya Adisak. Meski sudah menjadi bagian dari tim 'Gajah Perang' sejak 2013, pria 27 tahun ini sempat absen dua tahun dari Timnas. Sebelum cedera sobek ligamen lutut pada Februari 2018 yang memaksanya absen lima bulan, Adisak sebelum-sebelumnya juga sudah kerap didera cedera.
ADVERTISEMENT
Pada 2016, misalnya, dia mengalami cedera lutut sebanyak tiga kali. Salah satu cedera yang dideritanya itu merupakan cedera ACL yang membuatnya absen di Piala AFF 2016. Cedera ACL itu pun akhirnya kambuh pada pertengahan 2017 meski tidak separah sebelumnya. Lalu, saat ligamennya sobek Februari lalu, Adisak pun merasa frustrasi.
"Delapan bulan terakhirku sangat berat. Aku kehilangan ambisi bermain dan terkadang aku ingin berhenti. Tapi banyak orang yang terus mendukungku, termasuk timku (Muangthong United, red) dan para suporter. Aku beruntung," tutur Adisak kepada Bangkok Post.
Muangthong United sendiri merupakan klub pertama dan terkini Adisak. Setelah memperkuat Bangkok Christian College antara 2007 dan 2009, Adisak menghabiskan aktu sebentar di akademi Muangthong United sebelum dipromosikan ke tim utama. Namun, kala itu Adisak gagal menembus tim utama.
ADVERTISEMENT
Adisak pun lantas dipinjamkan dulu ke Phuket pada musim 2010 sebelum akhirnya dilego ke Buriram United. Di sinilah Adisak mulai merasakan sepak bola Thailand yang sebenarnya. Total, sebelas gelar berhasil diraih pemain bertinggi 182 cm itu bersama Buriram dalam tiga musim.
Setelah tiga tahun, Adisak ditransfer ke BEC Tero Sasana lewat sistem barter. Buriram memberi Adisak ke BEC Tero, sementara Narubadin Weeratnodom alias Ton menyeberang ke Buriram dari BEC Tero. Satu musim dihabiskan pemain berjuluk Golf ini sebelum akhirnya mudik ke Muangthong United. Bersama Muangthong, Adisak sejauh ini sudah mengumpulkan lima trofi.
Berprestasi di level klub, Adisak juga gemilang di level internasional. Semua bermula pada 2009 bilamana dia menjadi juara Piala AFF U-19 yang kala itu dihelat di Saigon. Adisak sendiri mencetak tiga gol pada turnamen tersebut. Empat tahun berselang, dia akhirnya dipercaya memperkuat tim senior Thailand. Namun, sebelum itu dia sempat menjuarai SEA Games 2013 bersama Timnas U-23.
ADVERTISEMENT
Bersama tim senior Thailand, keberhasilan terbesar Adisak sejauh ini adalah gelar juara Piala AFF 2014. Dua gol ketika itu sukses disumbangkannya dalam turnamen di Vietnam dan Singapura tersebut. Akhirnya, baru pada 2018 ini Adisak dipanggil kembali untuk memperkuat Thailand. Sebelum berangkat ke Piala AFF, Adisak sudah lebih dulu bermain dalam laga melawan Hong Kong dan Trinidad & Tobago.
Adisak Kraisorn saat menghadapi Indonesia di SEAG 2013. (Foto: Getty Images/Stanley Chou)
zoom-in-whitePerbesar
Adisak Kraisorn saat menghadapi Indonesia di SEAG 2013. (Foto: Getty Images/Stanley Chou)
Adisak saat ini menjadi salah satu pemain inti di Thailand. Ketiadaan Teerasil Dangda dan Chanatip Songkrasin memang meningkatkan status Adisak di lini depan The War Elephants. Sejauh ini, dia pun sukses menjadi pemain paling berbahaya di turnamen. Pelatih Indonesia, Bima Sakti, dan kapten tim, Hansamu Yama Pranata, sudah mengakui kehebatan sosok kelahiran Buriram tersebut.
ADVERTISEMENT
***
Adisak memang harus diwaspadai. Akan tetapi, jika Indonesia terlalu terfokus kepadanya, itu juga bisa berbahaya. Pasalnya, Thailand masih memiliki sejumlah nama lain yang juga kudu diberi perhatian khusus. Tanaboon Kesarat, misalnya. Pemain Bangkok Glass ini pada 2016 lalu secara langsung terlibat dalam tim yang menundukkan Indonesia di final.
Selain Tanaboon, Thailand juga masih punya sejumlah nama naturalisasi yang juga wajib diawasi. Mereka adalah Philip Roller (Thailand-Jerman), Manuel Bihr (Thailand-Jerman), Kevin Deeromram (Thailand-Belgia), dan Mika Chunuonsee (Thailand-Wales). Roller dan Bihr sudah terlibat manakala Thailand menghajar Timor Leste 7-0 pekan lalu.
Selain punya pemain-pemain andal, Thailand juga unggul telak dari segi tradisi atas Indonesia, terutama jika bermain di Stadion Rajamangala. Bayangkan saja, dari 20 pertandingan, Indonesia baru bisa menang tiga kali di stadion berkapasitas 49.772 orang tersebut. Artinya, pekerjaan Indonesia memang akan berkali-kali lipat lebih berat nanti malam. Apalagi, untuk menjaga asa lolos ke fase gugur, Indonesia wajib memetik kemenangan.
ADVERTISEMENT