Ajax vs Juventus: Asa 'Si Nyonya Tua' Mengulang Memori Final 1995/96

15 Maret 2019 20:01 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Del Piero bersama piala Liga Champions. Foto: WIkimedia Commons
zoom-in-whitePerbesar
Del Piero bersama piala Liga Champions. Foto: WIkimedia Commons
ADVERTISEMENT
Babak perempat final Liga Champions 2018/19 mengembalikan ingatan akan kejayaan Juventus 23 tahun lalu. Pada partai puncak Liga Champions 1995/96, Juventus mengangkat trofi 'Si Kuping Besar' usai menundukkan Ajax Amsterdam lewat drama adu penalti.
ADVERTISEMENT
Pasalnya, waktu normal pertandingan plus babak tambahan tuntas dengan skor imbang 1-1. Alhasil, babak adu penalti menjadi jalan terakhir untuk menentukan siapa yang berhak menutup kompetisi sebagai Raja Eropa.
Maka, beradulah Juventus dan Ajax dalam sepakan penalti. Kemenangan 4-2 pada akhirnya direngkuh Juventus. Pada babak ini, Edgar Davids dan Jan Jacobus Silooy menjadi dua algojo yang gagal menjebol gawang Juventus yang dikawal oleh Angelo Peruzzi.
Sejumlah pemain Juventus merayakan kemenangan atas Atletico Madrid di Allianz Stadium, (13/3). Foto: REUTERS/Massimo Pinca
Namun, Juventus dan Ajax yang sekarang adalah dua tim berbeda. Keperkasaan Juventus ditunjukkan dengan keberhasilan mereka menjadi satu-satunya tim di Serie A 2018/19 yang belum disentuh kekalahan.
Nama Ajax yang sekarang memang tak sementereng tim-tim besar lainnya macam Barcelona ataupun Manchester United, tetapi tradisi juara Liga Champions itu mengalir deras dalam darah mereka. Itu terbukti dari empat gelar juara yang direngkuh.
ADVERTISEMENT
Namun, pencapaian itu seolah mandek sejak musim 1994/95, periode terakhir Ajax menikmati duduk di singgasana juara Eropa. Catatan itu bukan berarti membuat Ajax pantas dipandang sebelah mata.
Keberhasilan mereka menyingkirkan juara bertahan, Real Madrid, pada babak 16 besar menjadi bukti. Kemenangan 2-1 Madrid pada leg pertama menjadi tak ada artinya karena Ajax berhasil menorehkan comeback via kemenangan 4-1 di leg pemungkas.
Para pemain Ajax Amsterdam merayakan gol ke gawang Real Madrid. Foto: Emmanuel Dunand/AFP
Pavel Nedved yang kini menjadi petinggi Juventus pun menyadari bahwa Ajax tidak akan menjadi lawan yang mudah bagi timnya. Ajax benar-benar membuktikan bahwa mereka layak untuk bersaing di papan atas kompetisi Eropa.
"Saya tidak senang dan tidak sedih juga. Ajax berhasil menyingkirkan Madrid, jadi mereka bukan lelucon. Saya sangat menyukai penampilan mereka di laga melawan Madrid, jadi kami juga harus benar-benar waspada. Kami akan bertarung melawan Ajax dengan komitmen besar. Saya mengharapkan dua laga yang hebat," ucap Nedved, dikutip dari laman resmi UEFA.
ADVERTISEMENT
Kabar baik bagi seantero suporter Juventus, tim mereka tidak pernah kalah dari Ajax dalam 10 pertemuan terakhir dengan rincian enam kemenangan dan empat hasil imbang. Bahkan lima dari enam kemenangan itu muncul dalam enam laga terakhir. Keduanya terakhir kali bertemu di babak 32 Liga Europa 2009/10.
Kala itu, Juventus merengkuh kemenangan agregat 2-1. Kemenangan 2-1 di partai tandang ditutup dengan hasil seri di kandang sendiri oleh 'Si Nyonya Tua'.
Penggawa Ajax, Frenkie de Jong, juga angkat bicara soal hasil undian kali ini. Baginya Juventus akan menjadi salah satu tim terkuat yang pernah ia hadapi.
"Saya menyaksikan bagaimana mereka mengalahkan Atletico (Madrid) 3-0. Mereka bermain dengan sangat hebat. Saat saya berusia 10 atau 12 tahun, Ronaldo selalu menjadi pemain terhebat di mata saya. Jadi, saya pikir akan menyenangkan bila bertanding melawannya," jelas De Jong, dikutip dari laman resmi UEFA.
ADVERTISEMENT
Namun, segala kemenangan dan kegemilangan yang dilakukan Juventus di pertandingan sebelumnya tak lebih dari sekadar catatan masa lampau. Lapangan bola Liga Champions berkawan karib dengan teka-teki dan kejutan. Maka, laga perempat final yang akan berlangsung pada 10-11 April 2019-lah yang bakal menjadi jawabannya.
Undian perempat final Liga Champions serta rute menuju final. Foto: kumparan/Basith Subastian