Akhir Perjalanan dan Kesetiaan Alessandro Lucarelli

29 Mei 2018 5:54 WIB
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Lucarelli, simbol kesetiaan Parma.  (Foto: ANDREAS SOLARO / AFP)
zoom-in-whitePerbesar
Lucarelli, simbol kesetiaan Parma. (Foto: ANDREAS SOLARO / AFP)
ADVERTISEMENT
Kesetiaan adalah bagian paling mahal dalam hidup. Begitu juga di sepak bola, pemain yang benar-benar menunjukkan loyalitas dengan klubnya juga bisa dihitung dengan jari. Alessandro Del Piero, Paolo Maldini, Francesco Totti, Javier Zanetti, Ryan Giggs, dan Andres Iniesta adalah deretan nama yang mengedepankan kesetiaan ketimbang materi. Loyalitas yang kemudian terbayarkan dengan pengakuan dan juga trofi juara.
ADVERTISEMENT
Sekarang perkaranya, bagaimana jika klub tak bisa membayar kesetiaan itu dengan gelar? Toh, nama-nama di atas bisa dikata beruntung karena dipayungi klub raksasa, yang memperbesar persentase mereka untuk mendapatkan trofi juara. Alessandro Lucarelli tidak demikian. Ia adalah simbol dari kesetiaan yang paripurna.
Lucarelli lahir di Livorno. Namun, tidak seperti sang kakak, Cristiano Lucarelli, yang menghabiskan lebih banyak kariernya bersama AS Livorno --sang adik memilih Piacenza sebagai klub profesional pertamanya.
Baru setelah berseragam Palermo dan Fiorentina, Lucarelli membela Livorno di musim 2004/2005. Hingga sampailah Lucarelli dalam pelukan Parma Calcio pada musim panas 2008. Ia memutuskan untuk hengkang dari Genoa dan bergabung dengan Cristiano yang lebih dulu merapat ke Ennio Tardini.
ADVERTISEMENT
Keputusan yang lumayan absurd sebenarnya. Pasalnya, saat itu Parma baru saja terdegradasi dari Serie A--setelah 18 tahun lamanya--usai finis di posisi 19 pada musim 2007/2008.
Namun, hanya semusim Parma terjebak di Serie B. Mereka kembali promosi usai menempati posisi runner-up di edisi 2008/2009. Peran Lucarelli tak bisa dianggap remeh. Buktinya ia telah dipercaya tampil dalam 39 di semua ajang, baik itu saat rezim Luigi Cagni dan Francesco Guidolin.
Setelah berhasil bertahan di level tertinggi dalam piramida sepak bola Italia tersebut, malapetaka menerjang Parma di akhi musim 2014/2015. Mereka divonis turun ke Serie D lantaran tidak membayar gaji pemain sebesar 63 juta euro.
ADVERTISEMENT
Situasi makin sulit karena Parma juga ditinggal para pemain pentingnya. Gabriel Paletta, Jonathan Biabiany, Antonio Mirante, dan Antonio Cassano tak lagi bersama Gialloblu. Tapi keputusan berbeda diambil Lucarelli. Mantan penggawa Fiorentina itu memutuskan untuk tinggal bersama Parma di Serie D.
Selebrasi para pemain Parma. (Foto: Dok. Parma)
zoom-in-whitePerbesar
Selebrasi para pemain Parma. (Foto: Dok. Parma)
“Setelah bangkrut, saya bilang, ‘Saya akan mati bersama Parma dan bersama Parma pula saya ingin terlahir kembali’. Terima kasih kepada para penggemar dan rekan-rekan saya, pada akhirnya, kami berhasil melakukannya,” ungkap Lucarelli.
Tapi bukankah terkadang cinta itu buta, dan kesetiaan juga tak memandang alasan logis. Alih-alih meraih gelar, untuk tampil di kompetisi teratas pun ia kudu melewati tiga level lebih dulu. Mahalnya loyalitas Lucarelli akhirnya terbayarkan. Hanya dalam rentang waktu tiga musim ia sukses membawa Parma kembali ke habitatnya. Menembus Lega Pro, Serie B, hingga akhirnya sampai di Serie A.
ADVERTISEMENT
Secara mengejutkan, Lucarelli malah memutuskan pensiun saat mengembalikan nama baik Parma. Pada pidato perpisahannya, Lucarelli mengucapkan terima kasih atas keberhasilan Parma menembus Serie A.
"Sebelum mengatakan apa-apa, izinkan saya mengucapkan satu kata: terima kasih. Terima kasih kepada semua teman saya yang telah berbagi banyak hal dalam tiga tahun ini."
"Tentu saja saya tidak akan meninggalkan tim ini, staf, para penggemar ini: Saya masih akan terus menjadi bagian dari Parma, kemudian kita akan melihat dalam kapasitas apa. Percayalah, saya mengatakannya dengan sebuah niat yang sangat besar dan dengan hati yang berteriak: Saya bangga telah menjadi bagian dari kisah Anda. Untuk menjadi Kapten tim hebat ini, memiliki baju indah ini dan telah menjadi Alessandro Lucarelli. Salah satu dari kalian".
ADVERTISEMENT
Lucarelli mengakhiri pengabdiannya dengan sempurna. Lewat 333 pertandingan sekaligus menjadi pemain dengan penampilan terbanyak bagi Parma. Memang terkadang bukan gelar, tak juga materi yang jadi objek utama bagi para pesepak bola. Tapi juga kesetiaan, yang jadi destinasi Lucarelli. Dan makin sempurna dengan keberhasilan Parma kembali ke Serie A musim depan.
Grazie, capitano. Addio, Lucarelli.