Akibat Tunggak Gaji, Sriwijaya Bisa Dicoret dari Liga 2

13 Juni 2019 19:13 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Sriwijaya FC saat berlaga melawan Bali United. Foto: ANTARA FOTO/Nova Wahyudi/hp/18
zoom-in-whitePerbesar
Sriwijaya FC saat berlaga melawan Bali United. Foto: ANTARA FOTO/Nova Wahyudi/hp/18
ADVERTISEMENT
Kasus tunggakan gaji pemain Sriwijaya FC memasuki babak baru. Pada 12 Juni lalu 'Laskar Wong Kito' menjalani sidang di Pengadilan Negeri Kelas 1 Palembang sering gugatan Asosiasi Pesepak Bola Profesional Indonesia (APPI).
ADVERTISEMENT
APPI bergerak menindaklanjuti upaya 28 mantan pemain Sriwijaya menuntut PT Sriwijaya Optimis Mandiri (SOM)—perusahaan yang menaungi klub tersebut. Sejauh ini, terungkap fakta persidangan bahwa PT SOM masih menunggak gaji tiga mantan pemainnya --Marckho Sandy Marauje, Sandi Firmansyah dan Mohammadou Alhadji-- senilai Rp 60 juta.
Masalah tunggakan gaji itu menjadi perhatian khusus BOPI (Badan Olahraga Profesional Indonesia). Pelaksana Tugas Sekretaris Jenderal BOPI, Sandi Suwardi Hasan, mengancam bakal mencoret Sriwijaya dari daftar peserta Liga 2 2019 jika polemik tunggakan gaji tak kunjung tuntas.
“Paling lambat Selasa atau Rabu pekan depan. Mereka harus menyelesaikan masalah tunggakan gaji. Perkara di pengadilan harus dicabut dan surat bebas tunggakan gaji diserahkan ke BOPI. Kalau tidak selesai, Sriwijaya dicoret dari Liga 2,” ujar Sandi, Kamis (13/6/2019).
ADVERTISEMENT
Ricky Fajrin dibayangi Marckho Sandy. Foto: ANTARA/Nyoman Budhiana
Ancaman tersebut bukan tanpa dasar. Pasalnya, penunggakan gaji menjadi indikator bahwa sebuah klub sepak bola tak mengusung profesionalisme.
Selain Sriwijaya, BOPI juga menemukan masalah penunggakan gaji di dua klub lainnya: PSPS Pekanbaru dan PSMS Medan dalam proses verifikasi. Proses ini nantinya bakal menjadi penentu apakah Liga 2 mendapatkan surat rekomendasi atau tidak.
“Tiga klub itu yang terekspos dari 23 peserta Liga 2 karena kasusnya sampai ke pengadilan. Namun, ada beberapa juga yang belum menyerahkan dokumen bebas tunggakan gaji, seperti Cilegon United dan PSGC Ciamis. Ya, artinya ketiga tim tadi punya kemungkinan dicoret kalau masalahnya belum selesai,” kata Sandi lagi.
Fenomena penunggakan gaji di Liga 2, menurut BOPI, tak lepas dari kebiasaan buruk para kontestannya. Sejumlah tim dinilai kerap merekrut pemain tanpa kontrak per musim.
ADVERTISEMENT
Sekretaris Jenderal Badan Olahraga Profesional Indonesia (BOPI), Sandi Suwardi Hasan saat ditemui awak media. Foto: Ferry Adi/kumparan
Nah, tabiat buruk tersebut dinilai tak cuma berdampak terhadap potensi penunggakan gaji. Dengan gaji yang tak dibayar, pemain lebih muda tergoda menerima tawaran pengaturan laga demi mendapatkan biaya hidup.
“Jangan salahkan subsidi atau apa pun. Kalau untuk gaji tidak usah bicara subsidi. Sebuah klub harus punya dana jaminan. Sektor gaji pemain ini fokus kami karena beberapa tim masih pakai sistem tarkam. Jadi, tidak ada kontrak. Lalu pemain digaji per pertandingan saja,” tuturnya.
Well, BOPI menunggu sampai batas waktu penyelesaian masalah tunggakan gaji. BOPI mendorong PT LIB untuk memaksa klub-klub Liga 2 menuntaskan persyaratan administratif.