Albino United FC: Hapus Diskriminasi dan Pengucilan Lewat Sepak Bola

26 Juli 2017 17:28 WIB
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Albino United FC bersama pemain Everton. (Foto: Everton)
zoom-in-whitePerbesar
Albino United FC bersama pemain Everton. (Foto: Everton)
ADVERTISEMENT
Di Tanzania, Afrika Timur, menderita albinisme adalah sebuah masalah. Di sana, orang-orang albino --sebutan bagi penyandang albinisme-- selalu dikucilkan. Lebih-lebih, mereka dianggap hina, tak layak untuk hidup.
ADVERTISEMENT
Di Tanzania sana, seorang penderita albino dianggap sebagai jelmaan dari penyihir. Kepercayaan lain menyebut kalau penderita albino adalah perwujudan hantu para penjajah Eropa di masa lalu. Sementara, sebagian lain percaya bahwa para apabila membunuh penderita albino, seseorang dapat mendapatkan kekayaan, kemakmuran, dan kekuatan yang sangat besar.
Karenanya tak heran apabila tingkat kekerasan di Tanzania terhadap mereka yang kekurangan pigmen melanin ini sangatlah tinggi. Tercatat sejak tahun 2000 ada lebih dari 500 aksi kekerasan, 186 kasus pembunuhan, dan banyak kasus kriminal lain seperti pemerkosaan hingga mutilasi yang mengincar penyandang albinisme.
Ada sekitar 1.400 penyandang albinisme yang hak hidupnya sebagai manusia bisa kapan saja terancam. Pada saat manusia seharusnya mendapat hak yang sama untuk hidup, mereka justru terbelenggu, dikucilkan, dan terus tergerus bahaya hanya karena memiliki warna kulit, rambut, dan bola mata berbeda.
ADVERTISEMENT
Harapan seolah hilang bagi para penderita albino di Tanzania sana. Tak semua aktivitas bisa mereka lakukan. Apalagi, 60% penduduk Tanzania masih percaya akan sihir. Para penderita Albino tak memiliki ruang yang bebas untuk bergerak. Beberapa dari mereka, mungkin sudah sangat bersyukur ketika bisa bersekolah sampai tingkat tertinggi. Tapi untuk sebagian lain, sudah bisa hidup saja adalah anugerah yang sangat besar.
Tahun 2008 lalu, John dan Oscar Haule, dua saudara penduduk Tanzania yang berkulit normal (bukan Albino, red) melihat situasi genting di negerinya. Mereka menilai, diskriminasi terhadap penderita albino sudah keterlaluan. Mereka ingin para penderita albino itu bisa mendapat hak yang sama seperti mereka, seperti penduduk Tanzania lainnya.
Di sebuah lapangan di kota Dar es Salaam, Ibu Kota Tanzania, dua saudara ini kemudian membentuk sebuah klub sepak bola. Albino United FC namanya. Tujuan mereka mendirikan klub ini sederhana saja. Mereka menganggap sepak bola mungkin bisa menjadi wadah bagi para penderita albino untuk berkumpul, menjalankan aktivitas seperti manusia-manusia pada umumnya. Perbedaan warna kulit tak ada pengaruhnya.
ADVERTISEMENT
Mereka menganggap klub sepak bola yang mereka dirikan ini juga bisa menimbulkan perspektif kepada para penderita albino kalau mereka tidak perlu minder, tidak perlu takut menghadapi dunia luar. Sepak bola adalah permainan universal, kata banyak orang; sepak bola adalah olahraga yang tak pandang bulu. Haule bersaudara setuju akan hal ini dan karenanya klub ini didirikan.
Setelah didirikan dan mendapat pemain, Albino United mulai menjalani laga-laga persahabatan untuk mengenalkan diri. Ejekan, hinaan, cacian mereka lalui. Mereka tak berhenti untuk terus bermain bola. Seluruh pemain yang merupakan penderita albino bermain dengan penuh semangat. Di atas lapangan bola, mereka seolah melupakan segala diskriminasi dan pengucilan yang mereka dapatkan.
Setahun setelah terus memperkenalkan diri, mereka akhirnya diizinkan bermain di divisi tiga Liga Tanzania. Bahkan, mereka mulai mendapat sponsor dan mereka diberi kesempatan mengunjungi desa-desa untuk memberikan penyuluhan, memberikan motivasi, dan mengajak pemuda-pemuda penderita albino bergabung.
ADVERTISEMENT
Klub mulai berkembang, tapi hinaan dan ejekan tetap saja datang. Hingga perlahan-lahan mereka mulai memenangi pertandingan di divisi tiga dan para lawan, mereka yang mengaku "normal" itu, perlahan-lahan mulai sadar, warna kulit bukanlah sebuah perbedaan. Para lawan yang dikalahkan tahu kalau di antara mereka dan para pemain Albino United itu sama, sama-sama manusia, sama-sama pesepak bola. Ejekan dan hinaan pun meredup.
Di akhir musim pertama, mereka menduduki tempat keempat di divisi Tanzania. Prestasi yang tidak terlalu baik bagi sebuah klub sepak bola. Tapi bagi Albino United ini adalah luar biasa, ini adalah pembuktian yang berhasil mereka lakukan. Dan nama mereka pun mulai terdengar luas. Tak hanya di seluruh Tanzania, tapi menyebar ke negara-negara lain di Afrika.
ADVERTISEMENT
Kini, Albino United masih berkompetisi di level amatir Liga Tanzania. Mereka masih ada, bahkan pemain-pemain tak hanya orang Albino saja, tapi juga dari mereka yang berkulit hitam. Bahkan nama mereka semakin terdengar luas. Pada tahun 2010 lalu misalnya, mereka diundang FIFA untuk menghadiri Piala Dunia 2010 yang diadakan di Afrika Selatan dan kala itu mereka berkesempatan bertemu dengan bintang sepak bola Afrika asal Pantai Gading, Didier Drogba.
Di musim panas ini, saat klub Premier League, Everton, menjalani tur pramusim ke Tanzania, Albino United kembali mendapat sorotan. Pasalnya, dalam tur mereka itu, Everton menyempatkan mengunjungi latihan Albino United. Kala itu pada 12 Juli, tiga pemain Everton yakni Michael Keane, Muhamed Besic, dan Tom Davies datang mengunjungi mereka di Uhuru Stadium.
ADVERTISEMENT
Tak hanya sekadar mengunjungi, para penggawa Everton itu juga memberikan jersey tandang kepada masing-masing pemain. Juga tak lupa, mereka memberikan motivasi kepada pelatih dan para pemain agar tak pernah menyerah, agar terus bermain sepak bola dan terus melanjutkan dan berupaya mewujudkan mimpi mereka.
"Dari menghabiskan waktu bersama mereka, saya telah belajar bahwa para pemain sudah melewati masa-masa sulit. Tidak mudah bagi mereka berada di sini. Ada baiknya mereka terus bisa menikmati sepak bola dan berharap untuk bisa terus bermain bersama," kata Keane usai pertemuan itu.
"Mereka seharusnya tidak merendahkan kami, tidak melepas jabat tangan kami. Mereka seharusnya tidak mempersekusi kami. Kami sama dengan mereka, yang berbeda hanyalah pigmen melanin kami saja," ujar salah satu pemain Albino United, Ismaily Ally, seperti dilansir BBC.
ADVERTISEMENT
Teruslah bermain, Albino United!